Acara Bedah Buku "Kami Jihadis Kalian Teroris" Karya Ustadz Rois Abu Syaukat Juga Dihadiri Oleh Istri dan Keluarganya

JAKARTA  (jurnalislam.com) – Acara bedah buku "Kami Jihadis Kalian Teroris" karya Ustadz Rois Abu Syaukat, seorang mujahid terpidana mati ternyata juga di hadiri oleh istri dan keluarganya, Ahad (27-/04/2014).

Acara yang dilaksanakan di Masjid Al Muhajirin Grogol itu dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai elemen masyarakat dengan menghadirkan 3 pembicara; Ustadz Fuad Al Hazimi dari Dewan Majelis Syari'ah JAT,  Ustadz Harits Abu Ulya dari The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) dan Ustadz Achmad Michdan dari Tim Pengacara Muslim (TPM).

Pembicara pertama, ustadz Achmad Michdan menyampaikan bahwa umat Islam mulai dizholimi pada awal tahun 2000 di Ambon.

"Pada awal tahun 2000 tepatnya tanggal 19 januari umat Islam di Indonesia mulai merasakan kezholiman, dimana pada saat umat Islam di Ambon sedang merayakan Hari Raya Iedul Fitri dibantai oleh kaum kafir Kristen, yang  kemudian peristiwa ini di kenal dengan peristiwa Ied berdarah”, tutur beliau.

Beliau melanjutkan bahwa kezholiman-kezholiman yang dialami oleh umat Islam serta penanganannya yang berat sebelah menjadi alasan kuatnya lahirnya gerakan perlawanan dari umat Islam.

"Akar permasalahan dari lahirnya perlawanan umat Islam yang mereka sebut sebagai teroris (baca mujahid) di sebabkan karena seringnya umat Islam terzholimi, sehingga melahirkan pemikiran dari para mujahidin untuk  melawan kezholiman tersebut. Umat Islam juga tidak mendapatkan haknya dengan baik oleh pemerintah Indonesia contohnya seperti kasus Ambon, Poso yang tidak pernah diselesaikan dengan baik hingga sekarang, padahal kasus tersebut  telah memakan korban jiwa hingga ribuan umat Islam”, lanjut beliau

Kemudian pembicara kedua, ustadz Fuad mengawali paparannya dengan sebuah hadits Rasulullah Saw, yaitu "Bebaskanlah para tahanan (mujahid), berikanlah makan dan berziarahlah kepada  orang  yang sakit."

Dalam paparannya, beliau menjelaskan bahwa istilah terorisme terus mengalami perubahan. Mulai dari radikalisme, fundamentalisme, ekstrimisme hingga menjadi terorisme.

"Kata-kata teroris  awalnya berasal dari kata Radikalisme lalu menjadi fundamentalisme lalu berubah menjadi ekstrimisme hingga sekarang dikenal menjadi terorisme sedangkan kata teror dan teroris berbeda dengan kata irhab dan jihad baik dari segi etimologi maupun terminologi”, paparnya.

Jika berdasarkan redaksi penamaan kata Terorisme, lanjut beliau, ternyata terorisme bisa juga dilakukan oleh negara bahkan PBB sekalipun dapat melakukannya.

"Terorisme tidak hanya bisa dilakukan oleh kelompok/organisasi, tetapi terorisme dapat juga dilakukan oleh negara (terorisme state) bahkan PBB berdasarkan redaksi  tentang penamaan kata tersebut”, jelasnya

Selain itu, Ustadz Fuad juga mengingatkan bahwa terorisme adalah sebuah upaya pembunuhan karakter karena Jihad berbeda dengan terorisme. Pada dasarnya perlawanan umat Islam ini adalah sebuah pembelaan terhadap syariat Islam dari berbagai penistaan yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Perang melawan terorisme yang dikampanyekan Amerika sejatinya adalah perang melawan Islam, karena hanya Islamlah yang menjadi penghalang terbesar mereka. Beliau menukil surat Al Maidah ayat 33 – 34, "hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya dan membuat kerusakan di bumi, hanyalah dibunuh atau disalib atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang, atau diasingkan dari tempat kediamannya. Yang demikian itu kehinaan bagi mereka di dunia dan akhirat mereka mendapat azab yang besar kecuali orang-orang yang bertobat sebelum kamu dapat mnguasai mereka, maka ketahuilah bahwa Allah maha pengampun, Maha penyanyang."

“Dan kepada kita agar tidak mudah menuduh/mengakui bahwa kita umat Islam adalah bagian dari teroris, karena semua ini hanyalah upaya pembunuhan karakter yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam, bahkan beliau menjelaskan bahwa jihad tidaklah sama dengan teroris dan aktivitas Irhab tidaklah sama pula dengan teroris", ujar Ustadz mantan Imam Masjid di Sydney itu.

Beliau juga menyitir pernyataan dari ustadz Abu Bakar Ba'asyir dengan menayangkan sebelumnya video tausiyah  ustadz Abu Bakar Ba’asyir bahwa siapapun umat Islam yang menuduh atau menyebut orang Islam adalah teroris, maka secara tidak sadar orang tersebut sudah keluar dari Islam alias murtad.

Lalu sebagai pembicara terakhir, ustadz Harits Abu Ulya memulai pembicaraannya dengan mengumandangkan takbir yang diikuti oleh ratusan peserta, membuat suasana menjadi lebih hidup.

Direktur CIIA itu melanjutkan penjelasan ustadz Fuad tentang perbedaan makna jihad dan irhab dengan terorisme serta dilengkapi fakta-fakta dan data-datanya.

"Istilah teroris sering disematkan oleh musuh-musuh Islam kepada kaum muslimin sebagai alat yang digunakan oleh Amerika untuk perang pemikiran supaya umat Islam terkecoh," tutur beliau

Ustadz Harits juga mengajak kepada kaum Muslimin supaya tidak tinggal diam mengatasi permasalahan umat Islam yang selalu terzholimi, yaitu dengan dakwah menyampaikan fakta dan realitas yang terjadi kepada seluruh umat juga melakukan perubahan diberbagai aspek kehidupan sesuai tuntunan syariat.

Acara diakhiri dengan mengadakan penggalangan dana oleh panitia yang ditujukan untuk keluarga mujahid ustadz Rois Abu Syaukat yang juga hadir dalam acara bedah buku tersebut. (Abu Asiilah).

 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.