Netanyahu Bungkam Kritik, Tentara Israel yang Tolak Perang Justru Dipecat

Netanyahu Bungkam Kritik, Tentara Israel yang Tolak Perang Justru Dipecat

TEL AVIV (jurnalislam.com)- Militer Israel pada Jumat (22/8/2025) memecat 15 perwira Angkatan Udara, termasuk seorang brigadir jenderal, setelah mereka menandatangani petisi yang menyerukan diakhirinya perang di Gaza dan pembebasan tawanan yang ditahan Hamas. Demikian dilaporkan media Israel.

Menurut situs berita Yedioth Ahronoth, sejumlah perwira tersebut sebelumnya dijadwalkan terlibat dalam serangan terhadap Iran pada Juni lalu. Namun, mereka tidak dipanggil untuk bertugas karena sikap penolakan terhadap berlanjutnya perang di Gaza.

Para perwira dengan berbagai pangkat itu kemudian meminta militer membatalkan keputusan dan mengembalikan mereka ke dinas. Seorang sumber kepada Yedioth Ahronoth menyebutkan, seluruh perwira itu aktif dalam cadangan hingga pecahnya perang di Gaza.

Laporan yang sama juga menyebutkan, 17 prajurit cadangan Angkatan Udara lainnya yang ikut menandatangani petisi turut diskors. Beberapa di antaranya dipulihkan ke tugas setelah bersedia mencabut tanda tangan dari petisi.

Mereka yang diberhentikan tidak diberi alasan resmi maupun kesempatan menghadiri sidang internal, yang menurut laporan merupakan pelanggaran hukum administrasi.

Perkembangan ini mencerminkan meningkatnya suara penolakan dari dalam tubuh militer Israel. Dalam beberapa bulan terakhir, banyak tentara menyuarakan keprihatinan atas berlanjutnya perang dan menuntut pembebasan tawanan Israel melalui kesepakatan.

Pada April lalu, sekitar 1.000 prajurit cadangan dan mantan personel Angkatan Udara menandatangani surat tuntutan gencatan senjata. Lebih dari 100 dokter militer dari Unit Intelijen juga mendukung seruan tersebut.

“Sebagai perwira medis, kami bertugas di pasukan cadangan karena komitmen terhadap kesucian hidup. Kami memperingatkan bahwa melanjutkan pertempuran dan menelantarkan tawanan bertentangan dengan nilai-nilai itu,” demikian isi pernyataan para dokter.

Radio Angkatan Darat Israel melaporkan, para penandatangan petisi meyakini operasi militer saat ini “tidak lagi berkontribusi pada tujuan yang dinyatakan.”

Di antara tokoh yang ikut menandatangani seruan penghentian perang adalah dua mantan kepala staf Angkatan Darat Israel, Ehud Barak yang juga pernah menjabat perdana menteri (1999–2001) dan Dan Halutz.

Selain itu, lebih dari 1.600 veteran pasukan terjun payung dan brigade infanteri juga menyuarakan desakan pembebasan tawanan, meskipun dengan konsekuensi perang harus diakhiri. Sekitar 2.000 akademisi turut bergabung dalam gelombang protes anti-perang dalam beberapa bulan terakhir.

Gerakan penolakan perang kian meluas di Israel. Namun, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berkali-kali menegaskan sikap kerasnya dengan menindak pengunjuk rasa dan memperingatkan tentara aktif yang ikut petisi dapat diberhentikan.

Militer Israel juga melaporkan lonjakan kasus bunuh diri pada 2024, mencapai 21 kasus angka tertinggi dalam lebih dari satu dekade. Dari jumlah itu, 12 di antaranya adalah tentara cadangan, yang belakangan semakin banyak digunakan sejak perang Gaza pecah.

Sejak Oktober 2023, agresi Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 62.000 warga Palestina dan menjerumuskan wilayah itu ke dalam krisis kemanusiaan. Sejumlah organisasi HAM, LSM, hingga pemerintah di berbagai negara menyebut perang tersebut sebagai genosida. (Bahry)

Sumber: TNA

Bagikan