DAMASKUS (jurnalislam.com)– Militer Israel kembali melancarkan serangan udara ke wilayah selatan Suriah pada Ahad pagi (8/6/2025), dan mengklaim telah menewaskan seorang anggota Hamas dalam serangan tersebut. Ini menjadi bagian dari rangkaian serangan militer Israel terhadap Suriah yang terus berlanjut sejak awal tahun.
Dalam pernyataan yang disampaikan melalui Telegram, militer Israel mengatakan serangan menargetkan seorang yang diduga anggota Hamas di wilayah Mazraat Beit Jin.
Lembaga pemantau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan bahwa satu orang tewas dan dua lainnya luka-luka akibat serangan yang mengenai sebuah kendaraan di dekat zona penyangga yang diawasi pasukan PBB. Hingga kini, Hamas belum memberikan komentar terkait klaim Israel tersebut.
Sepanjang tahun ini, Observatorium mencatat Israel telah melakukan 61 serangan terhadap wilayah Suriah, terdiri dari 51 serangan udara dan 10 serangan darat.
Serangan terbaru Israel ini juga terjadi setelah dua roket ditembakkan dari wilayah Suriah ke arah Israel awal pekan ini serangan lintas batas pertama sejak jatuhnya rezim Bashar al-Assad pada akhir tahun lalu. Dua kelompok yang sebelumnya tak dikenal mengklaim bertanggung jawab: “Brigade Martir Mohammed Deif” dan “Front Perlawanan Islam di Suriah”, keduanya diduga beroperasi dari wilayah selatan Suriah.
Israel merespons dengan serangan udara tambahan di wilayah tersebut. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa Tel Aviv menganggap Suriah sebagai pihak yang bertanggung jawab langsung atas serangan lintas batas tersebut.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad al-Shaibani, mengecam tindakan Israel dan menyebutnya sebagai “provokasi terkoordinasi” yang bertujuan mengganggu stabilitas nasional Suriah.
“Tindakan ini menciptakan peluang bagi kelompok terlarang untuk mengeksploitasi kekacauan,” kata Shaibani.
“Suriah telah memperjelas posisinya: kami tidak menginginkan perang, melainkan fokus pada rekonstruksi.” imbuhnya.
Serangan Israel ini terjadi di tengah upaya pemulihan Suriah di bawah pemerintahan baru Presiden Ahmed al-Sharaa, yang menggantikan Bashar al-Assad pada akhir tahun lalu. Pemerintahan baru telah memulai proses rekonsiliasi nasional dan menjalin kembali hubungan diplomatik dengan sejumlah negara.
Bulan lalu, Amerika Serikat dan Uni Eropa mencabut sanksi terhadap Suriah, langkah yang disebut sebagai titik balik penting dalam proses pemulihan ekonomi negara itu pasca perang yang berkepanjangan.
Meski demikian, Israel tetap menunjukkan sikap keras terhadap pemerintahan baru Suriah, dengan alasan kekhawatiran yang masih ada atas pemerintahan baru negara itu yang dipimpin oleh Presiden Ahmed al-Sharaa, yang dianggapnya sebagai “jihadis.”
Selain terus menggempur infrastruktur militer Suriah, Israel juga masih menduduki wilayah Dataran Tinggi Golan yang direbut sejak perang Arab-Israel tahun 1967 dan mengambil lebih banyak wilayah setelah al-Assad digulingkan. (Bahry)
Sumber: Al Jazeera