TEHERAN (jurnalislam.com)– Iran dilaporkan telah memesan ribuan ton bahan kimia yang diperlukan untuk pengembangan rudal balistik dari Tiongkok, menurut laporan eksklusif The Wall Street Journal (WSJ) pada Kamis, 5 Juni 2025. Langkah ini dilakukan di tengah ketegangan yang meningkat terkait program nuklir Teheran dan negosiasi diplomatik yang masih belum membuahkan hasil dengan Amerika Serikat.
Menurut sumber WSJ, pengiriman bahan kimia berupa amonium perklorat – komponen utama bahan bakar roket padat – diperkirakan akan tiba di Iran dalam beberapa bulan ke depan. Volume bahan tersebut disebut cukup untuk memproduksi hingga 800 rudal balistik. Sebagian dari bahan ini diduga akan dialirkan ke kelompok-kelompok sekutu Iran di kawasan, termasuk kelompok Houthi di Yaman.
WSJ mengungkap bahwa sebuah perusahaan Iran bernama Pishgaman Tejarat Rafi Novin Co. disebut sebagai pihak yang memesan bahan tersebut dari Lion Commodities Holdings Ltd., sebuah perusahaan berbasis di Hong Kong. Namun, kedua perusahaan tersebut belum memberikan komentar, begitu pula dengan perwakilan Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Terkait laporan tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui kontrak yang dimaksud. Ia menegaskan bahwa Tiongkok selalu menerapkan kontrol ketat terhadap barang-barang dengan fungsi ganda sesuai hukum dan kewajiban internasional.
Laporan ini muncul hanya sebulan setelah pemerintah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah perusahaan asal Tiongkok yang dituduh membantu program rudal balistik Iran. Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa Iran “tetap sangat bergantung pada Tiongkok” dalam menjalankan aktivitas yang disebutnya sebagai “kegiatan jahat” di kawasan Timur Tengah.
WSJ juga melaporkan bahwa kapal-kapal Iran yang berlabuh di Tiongkok awal tahun ini membawa lebih dari 1.000 ton natrium perklorat, senyawa lain yang juga digunakan dalam pembuatan propelan rudal.
Laporan soal pengadaan bahan rudal ini semakin memperkeruh atmosfer pembicaraan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat. Setelah lima putaran negosiasi sensitif, belum ada kejelasan mengenai kelanjutan kesepakatan nuklir baru. Sementara AS terus menjatuhkan sanksi, Washington dilaporkan sempat memerintahkan “penghentian sementara” sanksi terhadap Teheran awal bulan ini. Namun, Iran mengaku belum menerima jaminan resmi terkait pencabutan sanksi.
Amerika Serikat tetap bersikeras bahwa Iran tidak akan diizinkan memperkaya uranium dalam skema kesepakatan baru. Iran menolak keras syarat tersebut dan menyatakan akan terus melakukan pengayaan uranium baik ada kesepakatan maupun tidak.
Menurut laporan media Barat, proposal baru AS memungkinkan Iran memperkaya uranium dalam skala terbatas dengan pengawasan internasional dan regional. Namun, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, menolak usulan itu. Reuters melaporkan bahwa Teheran kemungkinan akan secara resmi menolak tawaran tersebut.
Di tengah kebuntuan diplomasi, laporan lain menyebutkan bahwa Israel sedang merancang rencana untuk menyerang fasilitas nuklir Iran. Iran pun memperingatkan bahwa mereka akan merespons dengan keras jika serangan semacam itu terjadi.
Hingga kini, Iran belum memberikan balasan atas serangan udara Israel yang menghantam situs pertahanan udara di Teheran pada Oktober 2024 lalu. Serangan itu merupakan respons Israel terhadap peluncuran ratusan rudal balistik Iran ke pangkalan militer Israel di awal bulan yang sama. (Bahry)
Sumber: Cradle