RIYADH (jurnalislam.com)– Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bertemu dengan Presiden Suriah, Ahmed al-Sharaa, di Riyadh pada Rabu (14/5).
Pertemuan ini dilakukan dalam rangkaian lawatan regional Trump yang dimulai dari Arab Saudi. Dalam pernyataannya pada Selasa (13/5), Trump mengumumkan akan mencabut seluruh sanksi terhadap Suriah. Keputusan ini, menurutnya, diambil atas permintaan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman.
Pengumuman Trump tersebut menjadi angin segar bagi pemerintahan al-Sharaa yang tengah berupaya menstabilkan kondisi dalam negeri pasca konflik berkepanjangan.
Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad al-Shaibani, menyambut baik keputusan tersebut dan menyebutnya sebagai “titik balik penting” bagi rakyat Suriah.
“Ini adalah momen penting dalam perjalanan kami menuju masa depan yang stabil, mandiri, dan rekonstruksi sejati setelah bertahun-tahun dilanda perang,” ujar al-Shaibani kepada kantor berita resmi Suriah, SANA.
Sebagaimana diketahui, Amerika Serikat telah memberlakukan sanksi keras terhadap Suriah selama rezim Bashar al-Assad. Sanksi tersebut tetap diberlakukan hingga Assad lengser dari kekuasaan pada Desember lalu, setelah memimpin negara tersebut selama lebih dari 13 tahun dalam situasi perang.
Secara terpisah, dalam wawancara dengan penyiar negara TRT Haber, Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, menyebut pertemuan para pemimpin pada hari Rabu itu sebagai “pertemuan bersejarah yang penting.” Menurutnya, pencabutan sanksi akan membuka peluang aliran keuangan, investasi, dan pembangunan infrastruktur di Suriah, yang selama ini hancur akibat perang.
Fidan juga menambahkan bahwa penghapusan sanksi AS—yang selama ini memutuskan hubungan Suriah dari sistem keuangan global—akan membuka jalan bagi keterlibatan lebih besar organisasi-organisasi kemanusiaan internasional, serta memudahkan arus investasi dan perdagangan asing dalam proses rekonstruksi negara tersebut. (Bahry)
Sumber: Al Arabiya