Antakya (Jurnalislam.com) – Pasukan rezim Syiah Nushairiyah Assad yang didukung Rusia telah menggempur wilayah yang dikuasai oposisi dan faksi-faksi jihad di Suriah barat laut, membunuh sedikitnya lima warga akibat serangan pemboman berat yang memasuki hari kedua, menurut penyelamat.
Serangan yang meningkat pada hari Ahad (9/9/2018), termasuk serangan udara, pemboman dan bom barel yang dijatuhkan helikopter, menargetkan desa-desa sasaran di selatan Idlib dan provinsi Hama utara.
Peningkatan serangan benar-benar terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa serangan habis-habisan tampaknya akan segera terjadi terhadap provinsi Idlib yang berpenduduk padat, benteng oposisi terakhir di Suriah.
Baca juga: Erdogan pada KTT: Turki Tidak akan Tinggalkan Idlib ke Rezim Bashar al-Assad
Seorang bayi dan seorang anak kecil tewas di desa Habeit di selatan Idlib dalam serangan bom barel, menurut White Helmets, kelompok medis dan kemanusiaan yang beroperasi di daerah yang dikuasai oposisi.
Tiga lainnya, termasuk seorang pejuang oposisi, gugur dalam serangan udara dan penembakan yang melanda provinsi Hama utara.
Abd al-Karim al-Rahmoun, seorang anggota White Helmets di Hama utara, mengatakan bahwa sekitar setengah penduduk lokal telah meninggalkan wilayah yang berpenduduk jarang itu untuk menghindari pemboman.
Aktivis mengatakan kepada Al Jazeera bahwa sementara ratusan orang telah melarikan diri dari serangan di Hama utara dan provinsi selatan Idlib, belum ada gelombang signifikan warga sipil yang bergerak ke arah utara.
Dalam beberapa kasus, para aktivis mengatakan, orang-orang akan meninggalkan desa mereka di pagi hari dan kembali setelah matahari terbenam setelah pengeboman berhenti.
Baca juga: Setelah KTT, Rezim Assad dan Rusia Justru Tingkatkan Serangan di Idib
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang bermarkas di Inggris, selama 72 jam terakhir, pasukan yang setia kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad dan sekutu Rusianya telah menyerang wilayah yang dikuasai oposisi 1.060 kali dengan serangan udara, pemboman dan bom barel .
Sebagai tanggapan, al-Jabha al-Wataniya lil-Tahrir (NLF), kelompok oposisi bersenjata utama, pada hari Ahad menembaki posisi pasukan pemerintah di Hama utara, SOHR melaporkan.
Sementara itu, konvoi kendaraan militer Turki lainnya menyeberang ke provinsi Idlib pada hari Ahad.
Selama 10 hari terakhir, sejumlah konvoi serupa yang membawa senjata dan mobil lapis baja telah memasuki Suriah utara untuk memperkuat 12 titik pengamatan yang diawaki oleh tentara Turki.
Pos-pos ini, yang terletak di daerah-daerah yang dikuasai oposisi di Aleppo barat, provinsi Hama dan Idlib utara, didirikan di bawah perjanjian de-eskalasi yang dicapai oleh Turki, Iran dan Rusia.
“[Bala bantuan ini] adalah tanda bahwa Turki memperlakukan masalah Idlib dengan sangat serius dan tidak akan dengan mudah menutup mata pada setiap rencana militer Rusia, rezim Assad atau Iran untuk Idlib,” kata Galip Dalay, direktur penelitian di Sharq Forum yang berbasis di Istanbul.
Dalay mengatakan Turki tidak akan menarik pasukannya dari pos pengamatan dalam waktu dekat, kecuali jika mencapai kesepakatan dengan Rusia, Iran dan rezim Suriah.
“Pada tahap ini, saya tidak melihat kesepakatan itu ada,” katanya. “Selama periode ini, serangan akan terus berlanjut … tetapi tidak akan menghasilkan gelombang besar pengungsi.”
Turki sudah menjadi tuan rumah bagi lebih dari tiga juta pengungsi Suriah, dan berupaya menghindari serangan penuh rezim Syiah Assad. Namun seruan Turki untuk gencatan senjata, pada hari Jumat ditolak oleh Rusia dalam pertemuan puncak di ibukota Iran, Teheran.
Baca juga: 10 Hal Tentang Idlib yang Mungkin Belum Kamu Ketahui
Berbicara kepada wartawan sebelumnya pada hari Ahad, Suleyman Soyli, menteri dalam negeri Turki, memperingatkan kemungkinan pemindahan massal akibat serangan militer besar-besaran di Idlib.
“Kami peduli dengan kemanusiaan dan kami tidak akan menyerah. Kami tidak akan bertanggung jawab atas gelombang migrasi jika ada kemungkinan serangan [di Idlib],” kata Soyli.
Provinsi barat laut yang berbatasan dengan Turki adalah rumah bagi sekitar tiga juta orang, setengah dari mereka adalah pengungsi internal.
Soyli menambahkan bahwa 255.300 warga Suriah telah kembali ke rumah mereka selama dua tahun terakhir, termasuk 160.000 yang pergi ke “wilayah Perisai Eufrat” di provinsi Aleppo utara, yang diambil alih oleh oposisi dan tentara Turki dari kelompok Islamic State (IS) pada tahun 2016.
One thought on “Baru 2 Hari Sudah 1.060 Pemboman Dilakukan Pasukan Rezim Assad dan Rusia”