YAMAN (Jurnalislam.com) – Pasukan pemerintah Yaman didukung oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah membombardir posisi pemberontak di luar Hudaida setelah berhenti mendorong mereka ke kota pelabuhan Laut Merah strategis, sumber-sumber pemerintah mengatakan pada hari Selasa (3/7/2018).
Saat pemberontak Houthi membangun pertahanan mereka di dalam Hudaida untuk mengusir setiap kemajuan, lebih banyak warga sipil melarikan diri dari kota, kata wartawan AFP.
Menurut sumber militer, kedua belah pihak membawa bala bantuan.
Sumber-sumber rumah sakit dan penduduk setempat mengatakan 11 warga sipil dan 43 pasukan pemberontak tewas pada hari Ahad dan Senin ketika para pemberontak diserang di selatan Hudaida.
Pemimpin Senior Syiah Houthi dan 70 Pasukannya Tewas dalam Pertempuran di Yaman
Milisi Syiah Houthis telah memegang kota pelabuhan sejak 2014, karena itu pasukan pemerintah yang didukung oleh pasukan UEA meluncurkan serangan besar bulan lalu untuk merebut kembali kota.
Sejauh ini, mereka telah merebut bandara yang terbengkalai di pinggiran selatan kota itu setelah berpekan-pekan mencoba untuk melakukannya.
Pada hari Sabtu, pemerintah dan UEA mengumumkan jeda (gencatan senjata).
Pemboman mematikan pecan ini menargetkan posisi pemberontak Syiah Houthi di Tohayta, Beit al-Faqiya dan Zabid, di selatan Hudaida, menurut sumber militer pemerintah.
Tiga warga sipil tewas dalam mobil mereka akibat serangan udara koalisi yang menargetkan kendaraan militer pemberontak di jalan dekat Zabid, kata penduduk.
Delapan warga sipil, termasuk empat anak-anak, tewas dalam serangan roket di Tohayta, kata saksi, dimana penduduk mengatakan serangan itu dilakukan oleh Houthi.
Rudal Syiah Yaman Hantam Arab Saudi, Sejumlah Warga Tewas
Warga sipil terlihat melarikan diri, membawa koper, kasur, dan karung persediaan dasar ke bagian belakang kendaraan mereka.
Para wartawan AFP melihat keluarga-keluarga berdesakan di sepeda motor, sementara warga sipil lainnya mengendarai minibus dan kendaraan lain.
Beberapa truk pick-up tampak kelebihan muatan hingga bertumpuk di bagian belakang dan berdiri di atas bumper sementara para wanita dan anak-anak duduk di dalam.
Tiang lampu di jalan-jalan dipenuhi sampah di luar kota.
Banyak warga sipil telah melarikan diri dari daerah garis depan.
Residen Mohammed Ali mengatakan kepada AFP bahwa banyak penduduk lain tidak dapat melarikan diri.
“Ada banyak orang yang masih terjebak di beberapa desa tanpa bantuan. Organisasi hak asasi manusia harus membantu mereka,” katanya.
Sudah 3 Tahun Konflik, Berikut Sejumlah Fakta Kunci Perang di Yaman
Kepala badan anak-anak PBB memperingatkan pada hari Selasa bahwa kekhawatiran atas runtuhnya sistem kesehatan dan pendidikan Yaman pada dasarnya telah terjadi.
“Kekhawatiran tentang keruntuhan kini telah melampaui itu,” kata kepala UNICEF Henrietta Fore, mencatat bahwa banyak pekerja kesehatan dan guru sekarang tidak dibayar selama dua tahun.
Hudaida adalah medan perang terbaru dalam perang Yaman yang telah menewaskan hampir 10.000 orang – termasuk 2.200 anak – sejak 2015, mendorong negara itu ke jurang kelaparan.
Pasokan bantuan yang sangat dibutuhkan dan tiga perempat impor komersial Yaman melewati pelabuhan di kota, yang memiliki populasi 600.000 orang.
Utusan PBB Martin Griffiths tiba di ibukota Sanaa yang dikuasai pemberontak pada hari Ahad dalam upaya baru untuk mencapai kesepakatan guna menghindari pertempuran habis-habisan untuk Hudaida.
Griffiths mengatakan proposal untuk memberikan PBB peran utama dalam mengelola pelabuhan sedang diperiksa.
Tetapi pemerintah dan UEA telah menuntut para pemberontak mundur tanpa syarat dari seluruh kota, bukan hanya pelabuhan – sebuah syarat yang ditolak oleh para pemberontak.
UAE mengatakan pemberontak Syiah Houthi melakukan penyelundupan senjata melalui pelabuhan.