LONDON (Jurnalislam.com) – Inggris pada hari Rabu (30/5/2018) mengatakan keputusan rezim Bashar al-Assad untuk mengakui Abhkazia dan Ossetia Selatan, wilayah Georgia yang memisahkan diri, adalah “sama sekali tidak dapat diterima.”
“Sama sekali tidak dapat diterima bahwa rezim Asad mengakui kemerdekaan wilayah Abkhazia dan Ossetia Selatan yang memisahkan diri dari Georgia,” kata Menteri Luar Negeri Inggris untuk Eropa dan Amerika, Sir Alan Duncan, dalam sebuah pernyataan, lansir Anadolu Agency.
Reaksi Duncan muncul sehari setelah pernyataan rezim Bashar al-Assad di Suriah yang menyatakan akan mengakui kemerdekaan sepihak Abkhazia dan Ossetia Selatan dari Georgia.
“Intervensi militer Rusia di Georgia pada 2008 serta pengakuan Rusia terhadap wilayah Ossetia Selatan dan Abkhazia yang memisahkan diri sebagai negara merdeka adalah pelanggaran yang tidak dapat diterima terhadap hak kedaulatan Georgia,” kata Duncan.
“Tindakan Rusia merusak integritas wilayah Georgia yang sah,” tambahnya.
Duncan mengatakan langkah terbaru rezim Assad “sama sekali tidak akan membawa kedamaian lebih dekat,” tetapi “sekali lagi, baik rezim Suriah dan Rusia secara agresif berusaha merusak hukum internasional berbasis aturan.”
“Pemerintah Inggris mengulangi dukungan penuhnya untuk kedaulatan dan integritas teritorial Georgia dan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1808 yang menegaskan kembali komitmen semua Negara Anggota terhadap kedaulatan, kemerdekaan dan integritas teritorial Georgia dalam batas-batas yang diakui secara internasional,” kata Duncan.
Menurut kantor berita resmi Suriah, SANA, rezim Assad memiliki perjanjian untuk mengakui kemerdekaan dua wilayah.
Rezim akan membangun hubungan diplomatik di tingkat kedutaan, tambah laporan itu.
Abkhazia dan Ossetia Selatan, yang menyatakan diri sebagai negara merdeka, adalah wilayah yang disengketakan antara Rusia dan Georgia.
Moskow mengakui kemerdekaan wilayah yang memisahkan diri dari Georgia tersebut setelah perang enam hari dengan Georgia pada 2008.
Negara anggota PBB yang mengakui wilayah yang memisahkan diri tersebut hanyalah Rusia, Nikaragua, Venezuela, dan Nauru.