ASTANA (Jurnalislam.com) – Putaran ketujuh perundingan perdamaian untuk mengakhiri konflik Suriah dimulai Senin (30/10/2017) di ibukota Kazakhstan, Astana, Anadolu Agency melaporkan.
Perundingan tersebut, yang akan fokus pada penguatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada 30 Desember, ditengahi oleh Turki, yang mendukung oposisi anti-Assad, dan Rusia dan Iran, yang mendukung rezim Syiah Bashar al-Assad.
Pertemuan dua hari tersebut juga akan membahas pembebasan tahanan dan sandera, dan tindakan kemanusiaan terhadap ladang ranjau darat.
Putaran ke Enam Perundingan Astana Setujui Batas Zona de Eskalasi Suriah
Delegasi Turki akan diketuai oleh wakil menteri luar negeri Kementerian Luar Negeri Sedat Onal, sementara Utusan Khusus untuk Suriah Alexander Lavrentiev akan memimpin tim Rusia dan Wakil Menteri Luar Negeri Hossein Jaberi Ansari akan memimpin delegasi Iran.
Perwakilan rezim Suriah, kelompok oposisi bersenjata, serta delegasi dari PBB, Yordania, dan AS akan menghadiri perundingan tersebut
Perundingan bilateral dan multilateral hari Senin tersebut akan berlangsung tertutup, dan sebuah rapat pleno dijadwalkan pada hari Selasa.
Dalam pembicaraan, para peserta juga akan membahas perluasan jumlah negara pengamat dalam proses Astana, untuk memasukkan negara-negara seperti Irak dan China.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov sebelumnya mengatakan bahwa dia yakin bahwa memperluas jumlah negara pengamat akan bermanfaat.
Menurut sumber oposisi Suriah, sebuah delegasi yang dipimpin oleh Ahmet Barri, seorang komandan Pasukan Pembebasan Suriah (FSA), akan mengajukan empat dokumen ke PBB mengenai pelanggaran gencatan senjata, situasi sandera, pembantaian oleh rezim Assad dan milisi Syiah yang didukung oleh Iran, dan pembentukan kembali susunan etnis Suriah oleh Iran dan teroris PKK/PYD.
Delegasi Rusia akan mengangkat isu pembentukan “komite rekonsiliasi nasional” di antara warga Suriah.Setelah perundingan hari Senin, Lavrentiev mengatakan pada sebuah konferensi pers bahwa Moskow ingin mengadakan sebuah pertemuan “dialog nasional” antara warga Suriah di negara ini atau di Rusia.
Inilah Pernyataan Sikap Hayat Tahrir Sham atas Kesepakatan Astana
Dia menambahkan bahwa Turki, Rusia, dan Iran bekerja dalam koordinasi untuk mengurangi ketegangan di provinsi Suriah utara, Idlib.
“Kami mendirikan sekitar 10 pos pengamatan di Idlib satu setengah bulan yang lalu,” kata Lavrentiev kepada wartawan.
Lavrentiev mengatakan bahwa untuk “sementara” mereka memutuskan menutup pos tersebut untuk memastikan keamanan mereka.
“Kami sedang membicarakan proses pembentukan pos kembali,” tambahnya.
Selama pertemuan sebelumnya di bulan September, para pihak di Astana menyetujui batas-batas zona de-eskalasi akhir di Idlib.
Dr Ayman al Zawahiri Peringatkan Adanya Agenda ‘Nasionalis’ di Suriah
Pada pertemuan keempat di ibukota Kazakhstan pada tanggal 4 Mei, ketiga negara penjamin pertama kali menandatangani kesepakatan untuk menetapkan zona tersebut.
Suriah telah dikurung dalam perang global yang kejam sejak tahun 2011, ketika rezim Nushairiyyah Assad menindak aksi demonstrasi rakyatnya dengan keganasan yang tak terduga. Sejak saat itu, ratusan ribu orang terbunuh dalam konflik tersebut, menurut PBB.