PALESTINA (Jurnalislam.com) – Pasukan zionis Yahudi pada Senin (22/5/2017) menembak dan melukai sedikitnya 11 warga Palestina yang melakukan aksi di Tepi Barat yang dijajah, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza yang terkepung untuk mendukung tahanan Palestina yang meringkuk di penjara Israel.
Ratusan pemrotes memblokir jalan di kota-kota di Tepi Barat pada hari Senin. Toko-toko dan kantor-kantor pemerintah ditutup, tempat transportasi umum terhenti dan jalan-jalan utama di kota-kota Palestina kosong dari orang-orang dan mobil.
Kantor Berita Palestina Ma’an mengatakan pasukan Israel menembak dan melukai 11 pemrotes Palestina saat terjadi bentrokan di Tepi Barat.
Aksi mogok makan massal tahanan Palestina di dalam penjara zionis memasuki hari ke-36 pada hari Senin.
Ma’an memperkirakan bahwa lebih dari 1.300 warga Palestina saat ini ditahan di balik jeruji besi di penjara Israel, sementara media Israel melaporkan jumlah mereka hanya ratusan orang.
Komite urusan tahanan Palestina juga menyerukan “hari kemarahan (day of rage)” pada hari Selasa, ketika Trump mengunjungi Tepi Barat, agar “suara tahanan didengar oleh presiden”.
Aksi mogok makan tersebut dipimpin oleh Marwan Barghouti, seorang pemimpin senior faksi Fatah yang dipenjara selama 15 tahun, yang mengatakan bahwa semua upaya untuk memperbaiki kembali kekhawatiran mereka telah gagal.
Tuntutan pelaku aksi mogok makan meliputi kunjungan keluarga yang lebih lama dan lebih teratur, sambungan telepon rumah dipasang di penjara dan perawatan kesehatan yang lebih baik bagi sekitar 6.500 orang Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Bersamaan dengan kelompok hak asasi manusia dan analis yang berpendapat bahwa aksi mogok makan Palestina memasuki tahap genting, kemarahan juga berkembang di jalanan.
Farah Bayadsi, seorang pengacara di kelompok advokasi narapidana Addameer yang berbasis di Tepi Barat mengatakan bahwa para pelaku aksi mogok makan tidak dapat bertemu langsung dengan pengamat dari Komite Palang Merah Internasional (the International Committee for the Red Cross ICRC).
Meskipun situasi kesehatan mereka menurun, banyak tahanan dipindahkan bolak-balik ke beberapa penjara yang berbeda, Bayadsi mengatakan kepada Al Jazeera.
Alaa Tartir, direktur program di Al-Shabaka: Jaringan Kebijakan Palestina (Al-Shabaka: The Palestinian Policy Network), mengatakan bahwa pihak berwenang Israel berharap untuk menghentikan aksi mogok makan sebelum kunjungan presiden AS.
“Salah satu prioritas Israel sekarang, saat kunjungan Trump mulai berlangsung, adalah untuk mengakhiri mogok makan ini dan memperkuat solidaritas dengan para pelaku aksi mogok makan di jalan-jalan Tepi Barat yang diduduki,” katanya kepada Al Jazeera menjelang kedatangan Trump. “Untuk mencapai tujuan ini, menggunakan tindakan kekerasan dan teknik penindasan adalah obat mujarab bagi Israel.”
Tartir menambahkan: “Seiring mogok makan meningkat, Israel menjadi lebih peduli dan gugup.”
Layanan Penjara Israel tidak menanggapi permintaan Al Jazeera untuk memberikan komentar.
Protes tersebut bertepatan dengan kunjungan Presiden anti Islam, Donald Trump, ke Israel dan wilayah Palestina yang diduduki.
Aksi mogok makan tersebut telah menutup Kota Tua Yerusalem, lokasi Trump saat mengunjungi tempat suci pada hari Senin.