MOSUL (Jurnalislam.com) – PBB mengatakan pada hari Kamis (18/5/2017) bahwa hingga 200.000 lebih orang bisa melarikan diri dari Mosul saat pasukan Irak mendorong ke distrik-distrik terakhir yang dkuasai kelompok Islamic State (IS).
Otoritas Irak dan badan-badan bantuan sudah berjuang untuk mengatasi lonjakan perpindahan sejak pasukan Irak membuka front baru melawan IS di Mosul awal bulan ini.
Didukung oleh koalisi pimpinan AS, pasukan Irak telah mendorong pasukan IS dari semua wilayah kota Mosul tersisa sekitar 12 kilometer persegi (5 mil persegi) dan berusaha mengklaim kemenangan sebelum bulan suci Ramadhan dalam waktu kurang dari dua pekan.
Namun, IS masih mengendalikan kantong tanah yang menyusut di Kota Tua yang dikelilingi tepian barat Tigris, di mana mereka diharapkan bertahan di jalan-jalan sempit dan padat yang tidak bisa dilalui kendaraan lapis baja.
“Ketika operasi militer meningkat dan bergerak mendekati area Kota Tua Mosul, kami memperkirakan bahwa hingga 200.000 lebih orang akan melarikan diri,” kata Lise Grande, Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Irak dalam sebuah pernyataan, yang menggambarkan bahwa angka tersebut “mengkhawatirkan”, lansir Middle East Eye.
“Jumlah orang yang bergerak sekarang begitu besar, semakin sulit untuk memastikan warga sipil menerima bantuan dan perlindungan yang mereka butuhkan.”
Hampir 700.000 orang telah meninggalkan Mosul sejak dimulainya operasi untuk merebut kembali kota tersebut pada bulan Oktober yang lalu Mereka mencari perlindungan ke tempat teman dan keluarga atau di kamp-kamp.
Peringatan PBB tersebut muncul saat Human Rights Watch mengatakan pada hari Kamis bahwa tentara Irak dan pasukan pertahanan lokal lainnya telah memaksa lebih dari 300 keluarga pengungsi untuk kembali ke distrik Mosul yang masih menghadapi risiko serangan oleh IS.
Keluarga-keluarga yang melarikan diri ke kamp pengungsi Hammam al-Alil dan Hajj Ali kekurangan air, makanan, listrik, dan bantuan medis, kata kelompok hak asasi manusia.
“Penduduk dari Mosul barat yang melarikan diri dari beberapa pertempuran terburuk di sana dan akhirnya menemukan keamanan, akhirnya malah dipaksa kembali ke daerah yang masih berada di bawah kendali IS. Keluarga ini seharusnya tidak dikembalikan secara paksa ke daerah yang tidak aman dan daerah yang kekurangan air, makanan, listrik, atau fasilitas kesehatan yang memadai,” kata Lama Fakih, wakil direktur Middle East HRW.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan seorang saksi mata melihat seorang perwira militer Irak membawa sebuah keluarga ke sebuah truk dan mengantarkan mereka ke Baghdad Circle, titik masuk selatan ke kota, hanya dua kilometer dari garis depan, tanpa memberi mereka pilihan kemana mereka akan dibawa.
Serangan terhadap Mosul didukung oleh serangan udara koalisi pimpinan AS di dan di sekitar kota tersebut, yang menurut komandan senior Irak telah menghancurkan lebih dari 300 kendaraan penuh bahan peledak, serta lebih dari 200 terowongan dan pos pertahanan
IS, sekarang hanya mengendalikan beberapa area di sekitar Kota Tua, salah satu permata warisan negara tersebut. Jalan-jalan sempit di daerah itu dan bangunan-bangunan yang rapat berdekatan menyulitkan pasukan khusus Irak untuk menghadapi IS, yang mengharuskan mereka berperang dengan berjalan kaki, seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya.
Wartawan di Mosul juga melaporkan bahwa pasukan Irak membawa masker gas, di tengah kekhawatiran bahwa IS dapat menggunakan senjata kimia untuk mempertahankan kota tersebut.
Sekitar 250.000 warga sipil diperkirakan masih terjebak di dalam kota barat, sementara jumlah orang yang melarikan diri semakin meningkat, dengan sekitar 20.000 orang terlihat melarikan diri dari Mosul barat pada hari Selasa, Dewan Pengungsi Norwegia mengatakan, dalam perpindahan satu hari terbesar sejak Operasi dimulai.
Banyaknya penduduk sipil, yang memilih untuk tidak pergi atau dicegah untuk pergi oleh IS, mempersulit serangan terakhir untuk memastikan kemenangan di Mosul.
Walaupun serangan udara koalisi telah membantu kemajuan pasukan Irak, serangan tersebut juga dilaporkan menyebabkan ratusan korban sipil tewas dan terluka di kota tersebut.
Perisai manusia telah menjadi ciri utama pertahanan IS yang jauh lebih banyak jumlahnya, dan IS mencegah orang melarikan diri dari kota, serta mengeksekusi orang-orang yang berusaha melarikan diri.