SURIAH (Jurnalislam.com) – Pengungsian dan perpindahan ribuan warga Suriah dari empat wilayah yang terkepung dilanjutkan pada hari Rabu (19/4/2017), menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (Syrian Observatory for Human Rights-SOHR) yang berbasis di Inggris, lansir Aljazeera.
Evakuasi dari dua desa Syiah pro-rezim Assad, Foua dan Kefraya, bertukar dengan dua kota yang dikuasai oposisi, Zabadani dan Madaya, tertunda oleh sebuah pemboman pada hari Sabtu yang menewaskan lebih dari 120 orang pengungsi Syiah berikut sejumlah mujahidin yang mengawal pengungsi sebagai penjamin.
Sebuah konvoi bus besar dari Foua dan Kefraya sampai di ujung titik transit Rashidin di luar kota Aleppo ketika bom menghantam.
“Prosesnya telah dilanjutkan dengan 3.000 orang meninggalkan Foua dan Kefraya saat fajar dan hampir 300 lainnya meninggalkan Zabadani dan dua daerah oposisi lainnya,” kata kepala SOHR, Rami Abdel Rahman, kepada kantor berita AFP.
Media Militer Pusat Suriah juga mengkonfirmasi dimulainya kembali evakuasi.
Rashidin adalah lokasi pemboman mobil yang mematikan hari Sabtu. Sedikitnya 109 dari 126 korban tewas adalah pengungsi, di antaranya 68 anak-anak. Sisanya adalah pekerja bantuan dan mujahidin yang menjaga konvoi.
Keamanan diperketat untuk keberangkatan hari Rabu. Beberapa lusin pejuang oposisi bersenjata berdiri di atas area tempat bus diparkir.
“Ada 3.000 orang, termasuk pejuang dan keluarga mereka, dengan cara yang sama seperti pada hari Sabtu kemarin, menunggu bus dari wilayah lain tiba,” Andrew Simmons dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Beirut, mengatakan.
“Kita hanya bisa membayangkan seperti apa rasanya.”
Setelah serangan bom akhir pekan lalu, puluhan orang tua yang berasal dari daerah yang dikuasai rezim Nushairiyah Assad mengatakan anak-anak mereka telah hilang karena korban yang selamat dibawa ke rumah sakit terdekat di daerah oposisi.
“Ini benar-benar situasi yang sangat menyedihkan,” kata Simmons, menambahkan bahwa banyak orang tua yang khawatir mengajukan permohonan banding ke Facebook agar anak-anak mereka ditemukan dan diambil kembali.
“Tidak ada yang lebih buruk bagi siapa pun dibanding menyaksikan anak-anak yang terluka terjebak di wilayah konflik setelah pemboman tersebut, tidak melihat orang tua mereka, tidak bersama orang tua mereka,” kata Simmons.
Ketika evakuasi hari Rabu selesai, total 8.000 orang harus meninggalkan Foua dan Kefraya, termasuk pasukan pro-rezim dan juga warga sipil Syiah.
Sebagai gantinya, 2.500 warga sipil Sunni dan pejuang oposisi harus meninggalkan daerah yang dikuasai oposisi dalam kepungan rezim.
Kesepakatan untuk mengevakuasi kota-kota tersebut adalah yang terbaru dalam serangkaian kesepakatan semacam itu, yang disebut-sebut oleh Bashar al-Assad sebagai cara terbaik untuk mengakhiri pertempuran. Namun faksi-faksi jihad dan oposisi mengatakan bahwa mereka telah dipaksa keluar oleh pengepungan dan pemboman rezim dan sekutunya.
Pertukaran populasi telah dikritik oleh kelompok hak asasi manusia, yang mengatakan bahwa hal itu menguatkan taktik pengepungan dan meningkatkan pemindahan paksa rezim.
Kesepakatan, saat ini dalam tahap pertama, telah berulang kali tertunda.
Tahap kedua akan dimulai dalam waktu dua bulan yang rencananya akan melihat kedua kota yang dikuasai rezim Suriah tersebut sepenuhnya dikosongkan dan semua pejuang, serta warga sipil yang memilih untuk pergi juga telah meninggalkan kedua kota yang dikepung oposisi tersebut.
Secara total, jumlahnya akan mencapai lebih dari 30.000 orang.