Turki Ragu Gencatan Senjata Suriah dan Ancam Tetap Bombardir Milisi PYD

ANKARA (Jurnalislam.com) – Turki mengatakan mereka tidak optimis tentang pelaksanaan gencatan senjata Suriah yang diumumkan oleh Amerika Serikat dan Rusia, dan mengancam untuk menjaga serangan artileri balasan terhadap pejuang Kurdi Suriah, lansir Aljazeera Selasa (23/02/2016).

"Saya menyambut gencatan senjata ini, tapi tidak terlalu optimis bahwa gencatan itu akan dihormati oleh semua pihak," kata Wakil Perdana Menteri Numan Kurtulmus kepada wartawan di Ankara, Selasa.

Dia memperingatkan bahwa Turki bisa melanjutkan penyerangan terhadap target kelompok bersenjata Unit Perlindungan Rakyat (YPG) Kurdi Suriah di dalam wilayah Suriah, dan "jika perlu" akan terus menyerang balik serangan yang masuk dari negara tetangga bahkan setelah gencatan senjata mulai berlaku pada tanggal 27.

"Turki akan mempertahankan integritas teritorialnya. Itu jelas," Kurtulmus menambahkan, seraya menunjukkan bahwa ia memiliki "reservasi" tentang kelangsungan gencatan senjata karena ia takut Rusia hanya akan melanjutkan pemboman udara di Suriah.

"Kami berharap bahwa tidak akan ada yang mencoba dan melakukan serangan udara dan bahwa tidak ada yang akan membunuh warga sipil selama gencatan senjata."

Turki khawatir dengan kemajuan pasukan YPG di Suriah utara, takut bahwa mereka berusaha menciptakan wilayah otonomi Kurdi di depan pintu Turki.

Ankara menuduh YPG, sayap bersenjata Partai Uni Demokrat Suriah (PYD), menjadi cabang Partai Pekerja Kurdistan (PKK) Suriah terlarang yang telah melakukan operasi bersenjata selama puluhan tahun terhadap negara Turki.

Ankara juga menuduh pasukan Kurdi Suriah bekerja bersama Rusia, yang sangat menentang tujuan strategis utama Ankara untuk mengusir Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Kesepakatan gencatan senjata diumumkan pada hari Senin (22/02/2016) oleh Moskow dan Washington, tetapi tidak berlaku untuk afiliasi Al Qaeda, Jabhah Nusrah dan  lainnya serta kelompok Islamic State (IS). (baca juga: AS dan Rusia Sepakati Gencatan Senjata Perang Suriah)

Pemerintah Suriah mengatakan akan menerima penghentian "operasi tempur" dan akan berkoordinasi dengan Rusia untuk memutuskan kelompok apa yang harus dikeluarkan dari rencana, seperti Jabhah Nusrah dan Islamic State (IS)

Komite Negosiasi Tinggi Oposisi Suriah (The Syrian Opposition High Negotiations Committee-HNC) – kelompok oposisi moderat utama yang terlibat dalam negosiasi – mengatakan akan menerima segala persyaratan, meskipun menyatakan pesimisme bahwa pemerintah Suriah akan menghormati tawar-menawar.

Deddy | Al Jazeera | Jurnalislam

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.