RIYADH (Jurnalislam.com) – Sebuah pertemuan menteri pertahanan aliansi anti-terorisme di negeri-negeri Muslim pimpinan Saudi melakukan gebrakan di ibukota Saudi, Riyadh, Ahad (26/11/2017).
Diadakan dengan tema “Allied Against Terrorism”, pertemuan Koalisi Kontra Terorisme Militer Islam (the Islamic Military Counter Terrorism Coalition-IMCTC) dibuka oleh Pangeran Mahkota Saudi dan Menteri Pertahanan Mohamed bin Salman, lansir Anadolu Agency.
Pada pertemuan tersebut, bin Salman mengatakan bahwa negara-negara Muslim tidak memiliki koordinasi dalam memerangi organisasi teroris selama beberapa tahun terakhir.
“Kurangnya koordinasi ini sudah berakhir dengan terbentuknya koalisi ini,” katanya. “Lebih dari 40 negara mengirim pesan kuat bahwa mereka akan bekerja sama dan berkoordinasi dengan giat untuk meningkatkan usaha [anti-terorisme] mereka.”
Dia bersumpah untuk menghentikan kelompok teroris agar tidak mendistorsi citra sejati dan nilai-nilai Islam.
“Kami tidak akan membiarkan [kelompok teroris] melanjutkan usaha mereka untuk menghancurkan kawasan Islam yang damai dan melecehkan orang-orang tak berdosa di negeri-negeri Islam,” katanya.
Pangeran Mahkota Saudi menyatakan duka cita kepada Mesir atas serangan masjid yang mematikan di Semenanjung Sinai pada hari Jumat, di mana 305 orang tewas dan 120 menderita luka.
Pertemuan hari Ahad diperkirakan akan membahas cara memerangi terorisme dan mengeringkan keuangannya.
Al Qaeda Kecam Arab Saudi atas Kesepakatan dengan Donald Trump
Qatar tidak diundang dalam pertemuan tersebut
Pada bulan Juni, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab dan Bahrain memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar, menuduh Doha mendukung terorisme, sebuah klaim yang dengan keras ditolak oleh Qatar.
Koalisi anti-terorisme beranggotakan 40 negara itu diluncurkan oleh Arab Saudi pada akhir 2015 dengan tujuan memerangi terorisme. Koalisi ini mencakup negara-negara seperti Turki, Pakistan, Malaysia dan Mesir.
Sebuah deklarasi yang dikeluarkan oleh pertemuan puncak Arab-AS-Islam baru-baru ini, yaitu bulan Mei, di Riyadh mengungkapkan bahwa negara-negara anggota aliansi siap untuk mengerahkan 34.000 tentara , untuk mendukung operasi melawan kelompok-kelompok teroris di Irak dan Suriah.