Tahun Politik dan Keberpihakan Umat

Tahun Politik dan Keberpihakan Umat

Oleh: Hamzah Baya, Ketua Mimbar Dakwah Indonesia

يٰأَيُّهَاالَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِّنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتٰبَ مِن قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَآءَ وَاتَّقُوا اللّٰهَ إِن كُنتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, jadi pemimpinmu (teman setiamu) yaitu di antara orang-orang yang diberi Kitab sebelummu dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertaqwalah kepada Allah, jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” (Q.S Al Maidah: 57)

JURNALISLAM.COM – Tahun politik seperti saat ini menjadi tahun yang penuh dengan kegaduhan, kecemasan, dan terkadang menjadi ajang konflik diantara kedua belah pihak. Meskipun pada beberapa hari ataupun waktu yang lalu rasa persaudaraan itu masih ada.

Berbicara politik dan persaudaraan, rasanya penting untuk membahas dan meninjau dari sisi syariat. Maklum, terkadang jika sudah berdiskusi ‘panas’ kerap kali melupakan sisi tersebut.

Dimulai dari fenomena banyak sekali bermunculan di kancah pergerakan Islam kelompok, organisasi, dan partai-partai yang mengklaim bahwa mereka berada diatas kebenaran, kemenangan dan pembebasan akan tercapai melalui tangan mereka, bukan lewat tangan seorangpun diluar mereka.

Dan sungguh, ini bukanlah jalan dan prinsip yang di tempuh oleh salafus sholeh (pendahulu yang benar) dan tidak menjadi manhaj nubuwwah (ajaran kenabian).

Realitas tersebut menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan umat, persepsi, dan sikap mereka menjadi kacau sehingga menimbulkan permusuhan diantara pergerakan Islam.

Hamzah Baya

Belum lagi, tercerai-berainya sikap wala’ (loyal) kecintaan kasih sayang dan percaya kepada saudaranya sesama muslim, dan mereka saling memperdalam jurang perbedaan, pertikaian dan perpecahan yang seharusnya bersaudara dan saling cinta-mencintai karena Allah.

Perpecahan itu menyulut kedengkian, kemarahan, dan kebencian didalam hati mereka. Hampir saja tidak ditemukan dua orang yang bertemu kecuali dalam diri salah seorang diantaranya tersimpan rasa tidak senang dengan orang lain disebabkan oleh hawa nafsu, partai, kelompok-kelompoknya serta loyalitas batil dan saling bertentangan yang di paksakan kepada para pengikutnya.

Akibatnya, banyak keraguan dan kebimbangan pada diri seseorang antara yang haq (benar) dan batil (salah). Sehingga membuat mereka lebih suka hidup menyepi dan mengucilkan diri tanpa mau membedakan antara jamaah yang pantas menerima dukungan dan penghargaan dengan jamaah yang pantas menerima permusuhan.

Karena mereka meragukan kesungguhan dan keikhlasan semua jamaah-jamaah yang muncul di kancah perjuangan Islam.

Seorang muslim harus mengetahui kebenaran dan ahlinya, sehingga dia bersegera menolong dan memperbanyak jumlah serta bergabung dalam barisan mereka.

Begitu juga kewajibanya adalah mengetahui kebatilan dan ahlinya, sehingga dia meninggalkanya dan memusuhinya serta menjauhi mereka sesuai dengan kadar kedekatan atau jauhnya mereka dari sifat-sifat kelompok yang ditolong Allah. Rasulullah bersabda:

لا تزال طاءفة من امتي ظاهرين على الحق لا يضرهم من خذلهم حتى يءتي امر الله وهم على كذلك

“Akan senantiasa ada diantara umatku sekelompok orang yang tampil membela kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menelantarkan (tidak menolong) mereka sehingga datang ketetapan Allah, sedang mereka tetap dalam keadaan demikian”. (H.R Muslim)

Semoga Allah membimbing kita untuk mengikuti para ulama yang berada dalam kelompok yang ditolong Allah sebagaimana petunjuk dari Alquran, Assunnah, mengikuti atsar, dan pemahaman As Salafus Sholih (golongan benar pendahulu) Aamiin.

Sumber: kitab shifatu thoifah manshuroh, syaikh Abdul Mun’im Musthafa Halima “Abu Basheer”

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.