QATAR (Jurnalislam.com) – Tujuh bulan yang lalu, sebuah blokade udara, laut dan darat diberlakukan di Qatar oleh negara-negara tetangga. Berikut adalah perkembangan terakhir yang di rilis pada hari Ahad (18/2/2018), Aljazeera:
Konferensi Keamanan Munich
- Pada hari Jumat (16/02/2018), dalam sebuah pidato di Munich Security Conference di Jerman, amir Qatar memperingatkan bahwa krisis Qatar-Teluk merongrong keamanan dan prospek ekonomi kawasan ini. “Ini adalah krisis sia-sia, yang diciptakan oleh tetangga kita,” Amir Qatari Syeikh Tamim bin Hamad Al Thani mengatakan. “Para aktor agresif tersebut ingin menggunakan negara-negara yang lebih kecil sebagai bidak dalam permainan kekuasaan dan konflik sektarian mereka. Demi kepentingan rakyat Timur Tengah, sangat penting untuk menjamin kedaulatan negara seperti Qatar,” tambahnya.
Kampanye anti-Qatar
- Juga di hari Jumat, negara-negara pemblokir Qatar mengundang wartawan ke sebuah pertemuan mengenai sanksi terhadap Qatar. “Ketika tidak ada yang muncul, panitia dilaporkan menyewa perusahaan PR … lalu ruangan itu penuh dengan wanita muda yang mengatakan bahwa mereka kebanyakan berasal dari Eropa Timur,” lapor reporter Al Jazeera Hashem Ahelbarra, dari Munich. Sebelumnya pada bulan Februari, sebuah laporan di Buzzfeed mengungkapkan bahwa seorang anggota parlemen Inggris membayar 15.000 pound Inggris ($ 20.700) untuk membantu menyelenggarakan konferensi anti-Qatar di London.
Tillerson di Kuwait
- Pada hari Selasa, Sekretaris Negara AS Rex Tillerson mengatakan bahwa pemulihan persatuan Teluk Arab merupakan kepentingan terbaik semua pihak di wilayah ini. Tillerson membuat pernyataan pada sebuah konferensi pers yang diadakan di Kuwait, dimana dia menghadiri sebuah pertemuan tingkat tinggi antara anggota koalisi pimpinan AS melawan Islamic State (IS).
Liga Kejuaraan Asia
- Pada hari Senin, tim Al Gharafa dari Qatar melakukan pertandingan pembuka Asian Championships League di Abu Dhabi melawan tim Al Jazira dari the United Arab Emirates (UAE). UAE meminta melakukan pertandingan tersebut di negara ketiga, namun idenya ditolak oleh the Asian Football Confederation sebagai penyelenggara turnamen, yang menampilkan 32 tim yang terbagi menjadi delapan kelompok masing-masing diisi empat tim. “Klub dari Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab harus bertanding secara home and away (kandang dan tandang) pada 2018 sesuai peraturan AFC,” kata AFC dalam sebuah pernyataan baru-baru ini.vFederasi sepak bola UAE dan Arab Saudi menerima keputusan tersebut, meskipun mereka menyatakan keberatan tentang keputusan itu.