DAMASKUS (Jurnalislam.com) – Serangan roket pada sebuah pos militer pasukan Syiah Assad di sebuah pasar di pinggiran kota Damaskus menewaskan 35 orang pada hari Selasa (20/3/2018) dan merupakan salah satu serangan paling mematikan di ibukota Suriah sejak awal konflik Suriah pada tahun 2011, kata televisi rezim pemerintah Suriah, lansir Middle East Eye.
Serangan roket oleh kelompok oposisi juga melukai 23 orang di daerah Jaramana di timur Damaskus, televisi rezim mengutip seorang pejabat polisi.
Awalnya dilaporkan 20 orang tewas dalam serangan tersebut.
51 Pasukan Assad Tewas dalam Pertempuran di Timur Ghouta dan Damaskus
Seorang sopir taksi, yang memilih untuk tidak memberikan nama, mengatakan kepada AFP bahwa dia berada di dekat lokasi saat roket menghantam daerah tersebut.
“Menambahkan bahwa pos pemeriksaan militer berada di sebelah pasar,” kata pria berusia 41 tahun itu
Sejak 18 Februari, pasukan rezim Syiah Assad dan Rusia melancarkan serangan intens terhadap oposisi di benteng oposisi di luar Damaskus.
Serangan udara dan darat telah menyita sedikitnya 80 persen wilayah Ghouta timur dan membunuh lebih dari 1.450 warga sipil, kata the Syrian Observatory for Human Rights.
Sekitar 50 warga sipil juga tewas akibat serangan udara rezim dan Rusia pada wilyah, kata monitor yang berbasis di Inggris itu.
Bersembunyi di dalam Sekolah 16 Bocah Tewas oleh Serangan Udara Rezim Assad
PBB mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya “sangat prihatin” atas keamanan puluhan ribu warga sipil yang melarikan diri dari Ghouta timur serta prosedur pemeriksaan keamanan bagi mereka yang mencoba untuk pergi.
Sekitar 50.000 warga sipil telah keluar dari daerah kantong menuju daerah yang dikendalikan pemerintah.
“Eksodus ini cukup kacau … ada pemboman yang sedang berlangsung, ini adalah zona perang,” juru bicara badan kemanusiaan PBB Jens Laerke mengatakan kepada wartawan di Jenewa.
“Kami sangat prihatin atas keselamatan mereka,” katanya.
Badan pengungsi PBB tersebut pada hari Selasa juga mendesak untuk melindungi mereka yang telah melarikan diri dan melindungi ratusan ribu warga sipil yang masih terjebak pertempuran dan sangat membutuhkan bantuan.