" Saya Bukan Charlie "

JURNALISLAM.COM – Saat ini dunia mencurahkan simpati setelah serangan mematikan terhadap "Charlie Hebdo" tetapi beberapa pihak mendeteksi adanya kemunafikan yang busuk atau perasaan jijik terhadap para pendukung mingguan satir yang banyak menimbulkan (menyebarkan) kebencian.

Pemerintah Presiden Francois Hollande menegaskan kebebasan berekspresi tidak boleh dibatasi karena takut akan serangan lanjutan, dan pihak berwenang berada sepenuhnya di belakang "Je suis Charlie" ("Saya Charlie") kampanye solidaritas spontan di berbagai media sosial.

Namun di satu sisi skeptisisme muncul dari para pegawai Charlie Hebdo yang selamat yang menolak dukungan bagi mereka karena tidak tulus; juga dari orang-orang yang menganggap mingguan tersebut ofensif; dan pihak lain-lain yang mempertanyakan rekor hak asasi manusia dari lebih dari 40 pemimpin dunia yang mengambil bagian dalam pawai kesatuan hari Minggu (11/01/2015) di Paris.

"Ada begitu banyak kata-kata besar yang dikatakan tentang kebebasan berekspresi dan demokrasi. Tapi di mana dukungan (untuk itu) sebelumnya? Tidak ada banyak bukti," kata mahasiswa matematika berusia 26 tahun, Nalo Magalhou menanggapi berbagai reaksi politik dan media.

Sementara itu selain hashtag #JeSuisCharlie ("#IamCharlie") yang jauh lebih populer, hashtag #IamNotCharlie juga muncul di Twitter.

Yang pasti, ada sekelompok minoritas di Internet yang memuji serangan yang menewaskan 17 orang dalam tiga serangan terpisah selama tiga hari dan memuncak dalam pengepungan sebuah toko makanan halal di timur Paris.

Tapi yang lebih penting adalah sekelompok orang yang mengatakan bahwa walaupun mereka sangat mengutuk serangan, mereka juga tidak bisa mendukung sebuah surat kabar yang menghina agama.

"Terlalu mudah (untuk mengatakan) saya adalah Charlie," seorang penulis blog Belgia, Marcel Sel menulis di website-nya.

Memo Internal Al Jazeera berisi beberapa pukulan balik dari staf mereka.

"Saya kira jika Anda menghina 1,5 miliar orang, selalu ada kemungkinan bahwa satu atau dua dari mereka akan membunuh Anda," tulis Mohamed Vall Salem, yang telah bekerja di cabang Inggris sejak tahun 2006. "Dan saya kira jika Anda terus mendorong orang untuk menghina 1,5 miliar orang tentang tokoh mereka yang paling suci maka Anda hanya menginginkan lebih banyak pembunuhan karena seperti yang saya katakan, dari 1,5 miliar orang masih tetap ada beberapa orang yang tidak mematuhi undang-undang anda atau mengetahui tentang kebebasan berbicara. "

Bill Donohue, presiden Liga Katolik, cukup berani untuk mengatakan "tidak."

“Sementara Muslim menolak setiap penggambaran Nabi, adapun yang lainnya tidak, representasi visual tentang Nabi dilarang oleh Al-Quran. Penghinaan ini menyatukan umat Islam dalam kemarahan mereka terhadap Charlie Hebdo adalah bahwa nabi Muhammad telah digambarkan secara vulgar. Mereka keberatan karena penghinaan tersebut dengan sengaja dilakukan selama bertahun-tahun. Pada aspek ini, saya sepenuhnya sepakat dengan mereka.

 

Deddy | Reuters | World Bulletin | Truth Revolt | Jurniscom

 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.