Santri Ciumi Tangan Hary Tanoe, KH Anang Rizka: Jangan Rendahkan Diri di Hadapan Non Muslim

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Pimpinan Pondok Modern Tazakka, Batang, Jawa Tengah, KH Anang Rizka Masyhadi menegaskan, umat Islam jangan merendahkan diri di hadapan non muslim. Pernyataan itu ia sampaikan menanggapi banyaknya pertanyaan terkait tersebarnya foto pimpinan partai Perindo, HarY Tanoe yang disambut hangat oleh santri dan pengasuh pondok pesantren saat ia mengunjungi sejumlah pesantren belum lama ini.

Berikut tanggapan ulama alumnus Gontor itu itu yang ditulis dalam akun facebook miliknya pada Senin (25/4/2016):

“Karena banyaknya pertanyaan yang masuk ke saya terkait foto di atas, maka saya merasa perlu menyampaikan sikap sbg salah seorang yang diamanati mengasuh sebuah pesantren:

Kedua pemandangan di atas sungguh sebuah ironi. Terlepas dari perdebatan fiqhiyah boleh tidaknya non-muslim masuk masjid, akan tetapi ada bbrp hal yg perlu saya kritisi:

1. Jangan merendahkan diri di hadapan non-muslim, apalagi dg reputasi pergerakan yg nyata-nyata seringkali melukai hati umat, spt penyelenggaraan miss word, dsb.

2. Santri perlu dididik tentang makna "izzah" dan "iffah" yaitu kemuliaan jati diri sebagai muslim dan kesuciannya. Ini harus diteladankan oleh kiainya, orang non-muslim spt HT mnrt saya tdk pantas dicium tangan. Santri lebih mulia.

3. Lebih miris lagi adalah pemandangan santriwati yg berebut menyalami HT dan menciumi tangannya. MasyaAllah, ini pemandangan yang menyayat hati. Selain karena faktor non-muslim, apakah dibenarkan gadis-gadis muslimah yg suci dan mulia itu mengerubuti HT seperti itu? Dimana ajaran dan syariat Islam diletakkan? Sungguh, saya malu sebagai muslim.

4. Jangan mengotori kesucian dan keikhlasan para santriwati itu. Mereka adalah amanah umat yang harus dijaga betul, di saat banyak pula gadis-gadis usia sekolah yg sdh terlibat seks bebas, narkoba dll. Para santri/wati adalah aset mahal yg dimiliki umat.

5. Sementara, di pesantren kami di Gontor Putri, dengan ribuan santriwatinya, kiai pengasuh saja tdk boleh bersentuhan berlebihan seperti itu.

6. Klo soal toleransi dan menghormati tamu, itu soal lain. Tapi tidak sampai sebegitunya. Kami biasa menerima tamu non-muslim, tionghoa, bahkan juga ada yg hindu dsb. Sudah puluhan bahkan tak terhitung lagi. Mereka datang dlm rangka bicara kerjasama yg dinamis. Kami hormati layaknya tamu secara WAJAR & SEJAJAR. Diterima di ruang pimpinan, bukan di masjid, dan santri pun menerimanya scr wajar. AlhamdulilLaah mereka sdh kami pahamkan antara menghormati tamu dan memelihara "izzah" dan "iffah".

7. Tetapi ada juga tamu-tamu non-muslim yang kami tolak datang, karena reputasinya yang sangat kelam; spt pengusaha hitam, peminum berat, tukang judi, dan keburukan-keburukan lainnya. Mhn maaf, klo yg spt ini tidak bisa kami terima.

8. Akan tetapi banyak pula, bahkan sdh puluhan non-muslim yg datang utk menyatakan keislamannya. Kami sambut hangat dan disyahadatkan di masjid disaksikan para santri, utk selanjutnya didoakan dan diberi hadiah karena mualaf. Selanjutnya kami dampingi dg guru yg akan membimbingnya ttg islam.

9. Inilah wolak-walike zaman. Dibutuhkan kecerdasan, kematangan dan tentu saja keteguhan iman para pemimpin umat, terutama yang mengasuh pesantren.

Eman-eman pesantrennya, ini benteng umat!!!

Ya Allah, tunjukilah kami jalan-Mu yang lurus.

@Anang Rikza Masyhadi

 

Sumber: Facebook | Editor: Ally Muhammad Abduh | Jurnalislam

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.