RIYADH (Jurnalislam.com) – Pemberontak Syiah Houthi di Yaman mengaku bertanggung jawab atas ledakan keras di Riyadh, dengan mengatakan bahwa mereka melepaskan rudal balistik jarak jauh yang menempuh jarak lebih dari 800 km di perbatasan dengan Arab Saudi.
Seorang juru bicara pemberontak mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka meluncurkan rudal 2-H Burkan – rudal tipe Scud dengan jangkauan lebih dari 800km – menuju Riyadh Sabtu malam (4/11/2017).
“Ibu kota negara-negara yang terus-menerus menguliti kita, yang menargetkan warga sipil yang tidak berdosa, tidak akan terhindar dari rudal kita,” kata juru bicara tersebut.
Al Masirah, sebuah jaringan TV yang dijalankan oleh pemberontak Syiah Houthi, juga mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut di akun media sosial mereka.
Cegah Houthi jadi Syiah Hizbullah, Pangeran Arab: Perang di Yaman akan Terus Berlanjut
Video di media sosial menunjukkan asap tebal dari daerah dekat Bandara Internasional Raja Khalid Riyadh.
Kantor berita resmi Saudi SPA mengutip Kolonel Turki al-Maliki yang mengatakan bahwa tepat pukul 08.07 waktu setempat (1707 GMT), sebuah rudal balistik diluncurkan dari wilayah Yaman menuju kerajaan tersebut.
Maliki mengatakan pasukan Saudi menggunakan rudal Patriot surface-to-air untuk menghancurkan rudal yang hancur menjadi fragmen di daerah tak berpenghuni di sebelah timur bandara.
Dia menambahkan bahwa tidak ada korban yang dilaporkan.
Al Jazeera tidak dapat memverifikasi laporan secara independen.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera awal bulan ini, Mohammed Abdul Salam, juru bicara pemberontak Houthi, mengancam akan meningkatkan operasi di perbatasan Yaman-Saudi dan menargetkan hingga jauh ke dalam wilayah kerajaan.
“Saudi memulai perang. Balasan kami akan terus berlanjut dan meningkat, apakah itu menargetkan jauh ke dalam wilayah Arab Saudi, yang menargetkan posisi militer dimana jet-jet Saudi terbang dari atau pangkalan militer di wilayah Yaman,” kata Abdul Salam.
“Abu Dhabi dan negara lain yang menargetkan Yaman, sejauh yang kita pikirkan – menjadi target militer juga. Setiap negara yang menargetkan Yaman akan terkena rudal kita.”
Perang di Yaman, negara termiskin di kawasan ini, dimulai pada tahun 2014 setelah pemberontak Syiah Houthi menguasai ibukota Sanaa dan mulai mendorong ke selatan menuju kota terbesar ketiga di negara itu, Aden.
Prihatin dengan bangkitnya pemberontak Houthi, yang diyakini didukung oleh saingan regional Iran, Arab Saudi dan sebuah koalisi negara-negara Arab Sunni meluncurkan sebuah intervensi pada tahun 2015 dalam bentuk serangan udara besar-besaran yang ditujukan untuk memulihkan kembali pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi .
Sejak saat itu, lebih dari 10.000 orang terbunuh dan setidaknya 40.000 terluka, sebagian besar akibat serangan udara yang dipimpin oleh Saudi.