EL-FASHER (jurnalislam.com)— Kota El-Fasher, ibu kota Darfur Utara, Sudan, kini menghadapi bencana kemanusiaan setelah pasukan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) menghancurkan dapur umum, menjarah rumah sakit, dan memutus akses keluar dari kota.
Penduduk dan pekerja kemanusiaan menggambarkan El-Fasher sebagai “kota hantu”. Warga sipil terjebak tanpa makanan, obat-obatan, maupun jalur aman, sementara pasukan RSF melakukan penjarahan dan kekerasan brutal terhadap penduduk.
“Kami menghadapi penyiksaan, kelaparan, dan pembunuhan. Bahkan gerobak keledai yang digunakan anak-anak dan lansia dihancurkan agar mereka tak bisa melarikan diri,” kata seorang pengungsi yang berhasil tiba di kota Tawila kepada The New Arab, Senin (3/11).
Menurut warga, milisi RSF menargetkan tekaya, yakni dapur amal yang selama ini menyediakan makanan bagi masyarakat miskin.
“Setelah RSF masuk, mereka menghancurkan semua fasilitas dan membunuh banyak pekerja. Mereka ingin warga mati kelaparan,” ujar Mohammad Othman, pengelola salah satu dapur amal.
Seorang ibu bernama Sit al-Nafr Mahmoud yang melarikan diri pekan lalu mengatakan El-Fasher kini lumpuh total.
“Air tidak mengalir, dapur umum dan pasar lenyap, rumah dijarah. Hidup menjadi tak tertahankan, terutama bagi anak-anak dan lansia,” ungkapnya.
Beberapa saksi mata juga menuturkan praktik pemerasan dan pelecehan oleh anggota RSF. Warga yang ingin keluar dari kota dipaksa membayar jutaan pound Sudan. Mereka yang tak mampu membayar ditahan, disiksa, atau bahkan dibunuh.
“Mereka menelanjangi perempuan untuk mencari uang dan emas,” kata Aisha Ismail, salah satu penyintas. “Beberapa perempuan terpaksa ditinggalkan agar yang lain bisa melarikan diri.”
Seorang pejabat kesehatan yang berhasil melarikan diri menyebut seluruh rumah sakit dan klinik di El-Fasher telah dijarah atau dibakar.
“Obat-obatan dicuri, apotek dibakar, dan pasien dibunuh dengan alasan mereka tentara,” ujarnya. “Kota ini runtuh. Orang-orang mati karena kelaparan dan penyakit.”
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) melaporkan masuknya pasukan RSF ke El-Fasher memicu “kepanikan massal” di antara penduduk yang telah terperangkap lebih dari 500 hari. Sekitar 260.000 orang dilaporkan kembali mengungsi.
Sementara itu, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) menyebut lebih dari 1.500 orang mengungsi dari Kordofan Utara dan Selatan dalam sepekan terakhir akibat kekerasan RSF.
Akses bantuan kemanusiaan ke Darfur hampir mustahil dilakukan. Persediaan medis sebanyak 15 ton dilaporkan tertahan karena pembatasan keamanan dan birokrasi.
“Orang-orang makan daun untuk bertahan hidup. Tidak ada obat-obatan, tidak ada makanan,” kata seorang jurnalis pengungsi di Tawila.
PBB memperingatkan bahwa tanpa akses kemanusiaan segera, ribuan warga Darfur dapat tewas akibat kelaparan dan penyakit dalam beberapa pekan ke depan. (Bahry)
Sumber: TNA