Qatar: Setelah Sukses Dukung Kudeta Mesir, Kini UEA Pulihkan Kediktatoran Arab

Qatar: Setelah Sukses Dukung Kudeta Mesir, Kini UEA Pulihkan Kediktatoran Arab

ISTANBUL (Jurnalislam.com) – Duta Besar Qatar untuk Turki melaporkan bahwa Uni Emirat Arab (UEA) mendukung “kontra-revolusi di dunia Arab untuk memulihkan kediktatoran”, lansir Anadolu Agency, Ahad (20/8/2017).

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Sabtu malam, Duta Besar Salem Al-Shafi mengatakan: “UEA dan sejumlah sekutu telah membayar sekitar $ 40 miliar untuk mengkonsolidasikan kudeta militer di Mesir saja,” mengacu pada penggulingan Muhammad Mursi, presiden pertama Mesir yang terpilih secara bebas dan sah, pada 2013.

“Kami mengatakan bahwa negara-negara ini belum belajar dengan baik,” tambahnya. “Mereka menyalahkan Qatar, dengan menggunakan istilah cemerlang seperti kontraterorisme dan menyerang orang-orang moderat dengan tujuan memenangkan hati Negara Barat tidak akan membantu melindungi mereka dari rakyat.”

Al-Shafi membantah tuduhan bahwa Qatar mendukung kelompok Islam dan ekstremis di Timur Tengah.

“Ada beberapa negara Arab yang takut dengan revolusi,” katanya. “Alih-alih mereformasi rezim mereka dan memenuhi aspirasi rakyat, mereka menimpakan kesalahan pada Qatar dan apa yang mereka sebut Islam politik.”

Duta Besar tersebut menekankan bahwa Qatar “melakukan semua yang dapat dilakukan untuk menjaga keamanan dan stabilitas di wilayah tersebut dengan cara yang tidak bertentangan dengan aspirasi rakyat”.

Pada bulan Juni, UEA, bersama Arab Saudi, Mesir dan Bahrain, memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, menuduh Doha mendukung terorisme.

Keempat negara tersebut memberlakukan blokade laut, darat dan udara di Qatar dan mengajukan daftar tuntutan kepada Doha untuk mengakhiri boikot atau menghadapi sanksi lebih lanjut.

Qatar membantah tuduhan tersebut dan berpendapat bahwa blokade mereka melanggar hukum internasional.

Al-Shafi mengatakan peran UEA “dalam memicu krisis dengan Qatar telah terlihat jelas”.

“Penyelidikan teknis dan hukum kami, bekerja sama dengan FBI dan NCA- National Crime Agency [Badan Kejahatan Nasional Inggris] telah membuktikan hal ini secara pasti,” katanya, secara implisit merujuk pada peretasan kantor berita resmi Qatar.

Bulan lalu, Washington Post mengatakan UEA telah mengatur peretas situs berita dan media sosial Qatar yang dikelola negara “untuk mengirim kutipan palsu yang seolah dinyatakan oleh amir Qatar, Sheikh Tamim Bin Hamad al-Thani”.

Laporan yang diretas tersebut mengatakan bahwa amir Qatar menyebut Iran sebagai “kekuatan Islam”, dan melontarkan pujian kepada kelompok perlawanan Palestina Hamas, di antara klaim kontroversial lainnya.

Utusan Qatar mengatakan UAE dan negara-negara blokade lainnya “telah menolak mediasi asing untuk menyelesaikan krisis”.

Menteri Negara UEA Urusan Luar Negeri Anwar Gargash pada awal Agustus meminta Turki untuk “tetap netral” dalam krisis dengan Qatar.

Sejak krisis Teluk dimulai, Turki, sekutu lama Qatar, telah bergegas memberi bantuan kepada Doha, mengirimkan sejumlah besar bantuan kemanusiaan – di samping pasukan – ke negara Teluk yang terkepung itu.

“Masyarakat internasional dan sebagian besar negara dunia telah menolak tuduhan UEA dan tindakan ilegal terhadap Qatar,” kata Al-Shafi.

Dia mengatakan Doha telah menahan diri untuk tidak melakukan tindakan “balas dendam” dalam menanggapi blokade tersebut.

“Kami berharap mereka [negara pemblokade] akan kembali,” katanya. “Kami percaya bahwa mereka pada akhirnya akan kembali melakukan dialog.”

Duta Besar Qatar mengulangi komitmen negaranya untuk memerangi terorisme.

“Qatar adalah anggota aktif di semua forum kontraterorisme dan koalisi anti-Daesh internasional,” katanya. “Qatar juga menjadi tuan rumah pangkalan militer A.S. terbesar di Timur Tengah dalam memerangi terorisme,” katanya, mengacu pada basis al-Udeid.

Diplomat tersebut kemudian mencemooh seruan untuk menutup pangkalan Turki di Qatar.

“Aneh melihat UEA, yang menjadi tuan rumah beberapa markas asing, untuk menyerukan penutupan pangkalan Turki di Doha dan untuk memotong hubungan pertahanan antara Qatar dan Turki, kecuali UEA dan negara-negara sekutu memiliki niat atau rencana untuk melakukan intervensi militer,” katanya.

Bagikan