Qatar dan Hembusan Kejayaan Islam di Piala Dunia 2022

Qatar dan Hembusan Kejayaan Islam di Piala Dunia 2022

Oleh: Jumi Yanti Sutisna

Wajah piala dunia 2022 yang di gelar sejak 20 November lalu di Qatar berbeda dari wajah piala dunia sebelum-sebelumnya. Menghenyakkan banyak wajah-wajah manusia, bukan hanya wajah pencinta bola akan tetapi bukan pencinta bola pun kali ini tertarik mengikuti dan membicarakan piala dunia. Hal ini disebabkan keberanian Qatar menunjukkan jati dirinya sebagai tuan rumah piala dunia 2022.

 

Qatar mengalahkan Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang dan Australia dalam pemungutan suara dari 22 anggota eksekutif FIFA untuk memilih tuan rumah Piala Dunia 2022. Qatar akhirnya terpilih sebagai negara Islam pertama yang menjadi tuan rumah perhelatan besar Piala Dunia sejak event ini diadakan pada tahun 1930.

 

Qatar sempat diisukan menyuap petinggi FIFA sebesar Rp54,2 miliar untuk menjadi tuan rumah event akbar ini, namun akhirnya tidak terbukti setelah dilakukan penyidikan selama dua tahun, dan negara Islam ini akhirnya tetap menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 karena dianggap telah memenuhi kriteria FIFA untuk menyelenggarakan Piala Dunia.

 

Jati diri sebagai muslim inilah yang ditunjukkan Qatar yang kemudian menghenyakkan banyak wajah manusia, jati diri yang tentu sangat berbeda dengan kultur negara non muslim yang pernah menjadi tuan rumah Piala Dunia sebelum-sebelumnya.

 

Memanfaatkan momentum sebagai tuan rumah, Qatar pun menyiapkan banyak hal untuk mensyiarkan ajaran Islam yang rahmatan lil’alamin, rahmat bagi seluruh alam, demi menepis Islamophobia yang merebak di sebagian besar penduduk bumi.

 

Sejak hari pertama dipembukaan Piala Dunia 2022, Qatar sudah memberi suasana yang sangat berbeda, lantunan ayat suci Al-Quran sebagai ayat suci muslim telah membuka perhelatan bergengsi di dunia ini, dimana surat Al-Quran yang dibaca adalah surat Al-Hujurat ayat 13 yang menjelaskan bahwa Tuhan menciptakan manusia dalam kondisi yang berbeda latar belakang dan suku. Hal ini dinilai sangat sesuai dengan tema Piala Dunia yaitu menyatukan seluruh bangsa. Dari hal ini Qatar telah berhasil memperkenalkan jati diri muslim yang menginginkan antara satu dengan yang lain untuk saling mengenal, menepis Islamophobia yang menggambarkan muslim sebagai teroris dan anti non muslim.

 

Disetiap sudut stadion pun terdapat hadist Nabi yang mengenalkan keindahan akhlak Islam. Mikrofon pun disediakan di stadion untuk adzan dan Qatar pun memilih muadzin bersuara merdu. Tempat wudhu dan shalat pun tersedia, tidak seperti event piala dunia sebelumnya. Dan yang lebih menghenyakkan, Qatar melakukan pelarangan mabuk, seks dan LGBT. Tentu hal ini menimbulkan pro dan kontra dan menjadi perbincangan yang santer dikalangan pencinta bola hingga bukan pencinta bola. Apalagi saat petugas stadion dengan tegas melarang suporter menggunakan atribut pelangi memasuki stadion.

 

Negara-negara non muslim Eropa tunduk pada peraturan tegas sang tuan rumah, meski beberapa seperti Jerman, Inggris dan Denmark melayangkan protes dan mengancam akan meninggalkan FIFA selaku otoritas sepak bola dunia.

 

Seperti dilansir oleh CNN Indonesia, menjelang kick off Piala Dunia 2022, tujuh negara menulis surat kepada FIFA untuk menjelaskan alasan mereka ingin menggunakan ban kapten pelangi untuk mendukung hak LGBT. Namun, FIFA tidak mampu menampung aspirasi ketujuh anggota itu, FIFA gagal melobi pemerintah Qatar yang dengan tegas menolak segala bentuk kampanye LGBT yang terlarang dinegaranya dan FIFA merespon keinginan pemerintah Qatar dengan memberikan ancaman langkah disipliner oleh FIFA bagi yang melanggar aturan tuan rumah.

 

Kapten Inggris yang semula ngotot akan mengenakan ban kapten pelangi akhirnya terpaksa mengurungkan niatnya. Semriwing angin kejayaan Islam berpuluh tahun lalu pun berhembus di Piala Dunia 2022. Para peserta Piala Dunia 2022 tidak berkutik untuk tidak mengikuti peraturan pemerintah Qatar di Piala Dunia 2022.

 

Namun mereka  pendukung LGBT tak putus asa melayangkan protesnya terhadap pelarangan atribut LGBT di Piala Dunia 2022, melalui gimmick tutup mulut saat  berfoto bersama sebelum pertandingan Jerman melayangkan aksinya kepada pemerintah Qatar dan FIFA. Hingga gimmick tersebut mendapat dukungan influencer Indonesia Gita Savitri Devi yang trending di twitter dengan pernyataan ‘stunting’nya.

 

Tidak putus asa sampai disitu, 7 negara pendukung LGBT itu pun mengancam meninggalkan FIFA jika larangan tetap diberlakukan. Hingga kabarnya, jumat lalu (25/11/2022), FIFA mulai melunak dan memperbolehkan atribut pelangi ada di Piala Dunia, hingga 7 negara pendukung meminta jaminan kepada FIFA jika ada pelarangan di lapangan.

 

Namun demikian, Piala Dunia Qatar telah memberi hembusan angin segar gambaran kejayaan Islam, bahwa sesungguhnya Islam mampu kembali berjaya dengan khariswa dan wibawanya, terbukti Qatar sejak menjelang event hingga berlangsungnya Piala Dunia 2022 saat ini dikabarkan menghasilkan lebih dari 1000 orang memutuskan untuk mualaf.

 

Bagikan