TEL AVIV (jurnalislam.com)– Seorang prajurit cadangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang bertugas di Rabbinate Militer ditemukan tewas di rumahnya di Israel selatan pada Ahad malam (27/7/2025). Korban diidentifikasi sebagai Ariel Meir Taman, demikian pernyataan resmi juru bicara IDF pada Senin (28/7). Kasus ini diduga merupakan tindakan bunuh diri.
Menanggapi insiden tersebut, Divisi Investigasi Kriminal Polisi Militer (CID) telah membuka penyelidikan. “Setelah penyelidikan selesai, hasilnya akan diserahkan untuk ditinjau oleh Advokat Jenderal Militer,” kata IDF dalam keterangannya. Pihak keluarga korban telah diberitahu dan IDF menyampaikan belasungkawa serta menyatakan akan terus memberikan dukungan kepada mereka.
Kasus ini menambah sorotan terhadap meningkatnya kasus bunuh diri di kalangan militer Israel sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023. Awal bulan ini, dalam kurun waktu hanya satu setengah minggu, tiga tentara IDF dilaporkan bunuh diri. Fenomena ini menyoroti beban mental yang dihadapi para tentara—baik pasukan reguler maupun cadangan—yang menyaksikan langsung kekejaman medan tempur serta kehilangan rekan-rekan mereka.
Selama berbulan-bulan sejak perang dimulai, kisah-kisah prajurit yang mengakhiri hidupnya sendiri masih banyak yang tidak terungkap. Namun, berbagai laporan menyebutkan terjadi peningkatan signifikan dalam kasus bunuh diri sejak awal 2024. IDF sendiri tidak merilis data terkini secara rutin, kecuali melalui laporan tahunan, sehingga sulit untuk menilai secara utuh dampak dari krisis tersebut.
Menurut data yang dirilis IDF awal tahun ini, sebanyak 21 tentara dilaporkan bunuh diri sepanjang 2024, angka tertinggi sejak 2011. Sebagai perbandingan, pada 2023 tercatat 17 kasus. Mayoritas korban merupakan prajurit cadangan.
Sekitar dua bulan lalu, Profesor Yossi Levi-Belz, kepala Pusat Penelitian Bunuh Diri dan Gangguan Mental di Ruppin Academic Center, telah memperingatkan kemungkinan lonjakan kasus bunuh diri. Ia menjelaskan bahwa dalam krisis ekstrem seperti peristiwa 7 Oktober, kasus bunuh diri justru bisa menurun sementara waktu. Namun, seiring masyarakat mulai beradaptasi, tentara terutama pasukan cadangan berisiko mengalami tekanan mental yang lebih berat karena mereka terus menghadapi trauma yang belum pulih sepenuhnya. Menurutnya, masa transisi inilah yang justru menjadi periode paling berbahaya terhadap potensi bunuh diri. (Bahry)
Sumber: ynetnews