Politik Ekonomi Islam Dalam Hegemoni Kapitalisme dan Sosialisme (2)

Politik Ekonomi Islam Dalam Hegemoni Kapitalisme dan Sosialisme (2)

 

Oleh: Dr. H. Mohammad Ghozali, MA[1]

 

 

Perlu diketahui bahwa ini terkait dengan propaganda imperialisme, dan sama sekali tidak terkait dengan usaha untuk meningkatkan pendapatan dan kekayaan nasional. Sebab menyusun kebijaksanaan ekonomi dan mengembangkan kekayaan Negara serta menyediakan kebutuhan-kebutuhan materi merupakan suatu perkara yang tak perlu dipertanyakan lagi, sangat mendesak, dan memang perlu.

Dengan propaganda tersebut yang justru akan menguras kekayaan Negara keluar negeri. Juga kebijaksanaan tersebut nampak dibuat berdasarkan kebutuhan-kebutuhan negeri-negeri Islam. Inilah aspek imperalisme yang dikokohkan posisinya terlebih dahulu dengan mewujudkan opini umum tentang perencananaan dari pengembangan perekonomian.

Upaya Pelestarian Komunisme Memunculkan Sosialisme[2]

Semenjak permulaan abad 19 kebobrokan sistem kapitalisme tersingkap dan telah memunculkan pemikiran pemikiran baru yang mengancam akan merobohkannya. Tersingkapnya kebobrokan kapitalisme ini setelah masyarakat Eropa dan Rusia menderita akibat kezaliman sistem ini dan karena banyaknya kesalahan di dalamnya, sehingga muncullah pemikiran-pemikiran sosialisme yang pada akhirnya pemikiran ini menguasai opini publik.

Pada paruh pertama abad 19, pemikiran-pemikiran sosialisme ini hanya merupakan pemikiran-pemikiran yang berbentuk pembahasan-pembahasan konseptual (abhats al fikriyah) dan tampak pula di dalam publikasi-publikasi terbatas seperti risalah-risalah (maqalah) dan beberapa tulisan di media masa.[3]

Meskipun telah ada yang memperbincangkan (partai socialisme), namun sosialis tidak memiliki peranan efektif dalam mempengaruhi massa dalam aktifitas untuk mengancam pemerintahan dan systemkehidupan.

Tetapi pada paruh kedua abad kesembilan belas, pemikiran sosialisme berubah menjadi gerakan politik dengan mulai melakukan upaya upaya membangun kekuatan melalui beberapa partai yang berjuang mengambil alih kekuasaan untuk menerapkan sosialisme.

Partai-partai tersebut telah berdiri secara riil di Rusia dan beberapa negara Eropa. Mereka menerbitkan surat-surat kabar, mengadakan konferensi-konferensi, melakukan gerakan-gerakan perjuangan dan melakukan kampanye-kampanye sosialisme, sehingga pemikiran sosialisme hampir-hampir menyapu bersih seluruh Eropa.

Sistem kapitalisme sedang menuju proses penghancuran khususnya oleh sosialisme marxisme[4] (al-Istirakiyah ala-marikissiayh). Maka para kapitalisme menampakkan/memunculkan ke seluruh dunia sebuah pemikiran baru yang mereka namakan sosialisme negara[5] (al-istirakiyah al-daulah) untuk mengalihkan perhatian publik dari sosialisme marxisme dan sebagai cara baru untuk menerapkan kapitalisme dengan cara yang menjamin kelestarian dan terpeliharanya sistem kapitalisme.

Namun sosialisme Karl Marx telah meraih sukses dengan mendirikan negara Uni Soviet. Maka semakin besar bahaya yang mengancam eksistensi sistem kapitalisme.

Adapun sosialisme negara, meskipun sebagian besar negara di Eropa telah mendirikan beberapa partai yang berlandaskan sosialisme negara, namun belum berhasil. Justru yang nampak adalah kebangkrutannya. Maka di samping sosialisme negara berdirilah ide keadilan sosial[6](al adalah al-ijtima’iyyah) yang menjalankan beberapa pelayanan sosial dalam sistem kapitalisme.[7]

Dengan demikian dengan dua ide “Sosialisme negara dan keadilan sosial, Eropa mampu memelihara sistem kapitalisme di Eropa, dan mampu melawan systemsosialisme marxisme di Rusia. Eropa telah berhadapan dengan sosialisme sejak sosialisme masih berupa partai pada akhir abat Sembilan belas dan pada pada permulaan abad ke dua puluh. Apalagi ketika sosialisme telah menjadi suatu negara setelah perang dunia pertama hingga berakhirnya perang dunia kedua.

Sekarang mulai dirasakan kedzalimannya sistem kapitalisme dimasyarakat yang menjalar ke negara-negara yang berada di bawah kekeuasaan negara Eropa sekalipun. Sedang negara-negara besar yang datang membawa konsep sosialisme, yakni sosialisme negara dan konsep keadilan sosial, disamping ide tentang perekonomian dan pengembangan perekonomian. Semua itu merupakan strategi untuk memelihara eksistensi sistem kapitalisme dan agar negara-negara yang berada di bawah kekuasaannya tidak lepas dari cengkeramannya.

Oleh karena itu propaganda pada sosialisme yakni sosialisme negara yang oleh para penguasa negara negara arab dinamakan sosialisme Arab.[8] Propaganda pada keadilan sosial, di samping propaganda tentang pengembangan dan perencanaan perekonomian, semuanya merupakan propaganda terselubung (kamuflase). Sebab maksud sebenarnya adalah memperkokoh eksistensi sistem kapitalisme di suatu negara dengan memelihara asas dan menambahnya dengan konsep sosialisme, yaitu sosialisme negara dan keadilan sosial. Sehingga kapitalisme tetap dapat diterapkan di suatu negara dan mengontrol setiap interaksi kaum muslimin.

 

[1] Dosen Senior Fakultas Syariah Prodi HukumEkonomi Syariah dan pasca Sarjana Prodi HES Universitas Darussalam GontorPonorogo. Lulusan Srata 3 Universiti of Malaya Malaysia ghozali.unida@gmail.com.

[2] Karakteristik utama dari sosialisme (terutama yang dipahami oleh Marx dan Engels setelah Komune Paris 1871) adalah bahwa kaum proletar akan mengontrol alat-alat produksi melalui negara buruh yang didirikan oleh para pekerja di kepentingan mereka. Kegiatan ekonomi masih akan diatur melalui penggunaan systeminsentif dan kelas sosial masih akan ada, tetapi untuk tingkat yang lebih rendah dan berkurang di bawah kapitalisme. Bagi kaum Marxis ortodoks, sosialisme adalah tahap yang lebih rendah dari komunisme berdasarkan prinsip “dari masing-masing sesuai dengan kemampuannya, untuk setiap orang sesuai kontribusinya” sementara komunisme tahap atas didasarkan pada prinsip “darimasing-masing sesuai dengan kemampuannya, untuk setiap orang sesuai kebutuhannya.” Schaff, Kory (2001). Philosophy and the problems of work: a reader. Lanham, Md: Rowman& Littlefield. pp. 224. ISBN 0-7425-0795-5.Walicki, Andrzej (1995). Marxism and the leap to the kingdom of freedom: the rise and fall of the Communist utopia. Stanford, Calif: Stanford University Press. p. 95. ISBN 0-8047-2384-2.

[3] Abdurrahman al-Maliki, PolitikEkonomi Islam,trjmh,Bangil, al Izzah, 2001, 8

[4] Sosialisme Marxis adalah bahwa fase sejarah tertentu yang akan menggantikan kapitalis medan didahului dengan komunisme. Bagi kaum Marxis ortodoks, sosialisme adalah tahap yang lebih rendah dari komunisme berdasarkan prinsip “dari masing-masing sesuai dengan kemampuannya, untuk setiap orang sesuai kontribusinya, Schaff, Kory (2001). Philosophy and the problems of work: a reader. Lanham, Md: Rowman& Littlefield. pp. 224. ISBN 0-7425-0795-5

[5] Kapitalisme sebenarnya tidak mengenal konsep sosialisme negara, ini merupakan salah satu bentuk propagandanya untuk tetap memperkuat hegemoninya dengan menciptakan lawan yang bisa dikendalikan. Karena khawatir ditinggalkan oleh pengikutnya yang disebabkan kejahatan ideologi tersebut

[6] Kapitalisme sebenarnya tidak mengenal konsep keadilan sosial, ini merupakan salah satu bentuk propagandanya untuk tetap memperkuat hegemoninya. Karena ditinggalkan oleh pengikutnya yang disebabkan kejahatan ideologi tersebut.

[7] Abdurrahman al-Maliki, Politik Ekonomi Islam, 9.

[8] Ibid,.

Bagikan