Polisi China Membunuh 13 Orang di Turkestan Timur

CHINA (jurnalislam.com) – Kantor berita resmi Xinhua melaporkan pada hari Sabtu (21/6/2014) bahwa  tiga belas orang tewas dalam serangan terhadap sebuah kantor polisi di wilayah Cina Turkestan Timur (Xinjiang) yang sedang bergolak.

Tiga petugas polisi "terluka" dalam serangan pada Sabtu pagi tersebut, namun tidak ada korban di kalangan masyarakat, kantor berita tersebut mengatakan mengutip pemerintah setempat.

"Para penyerang mengendarai kendaraan untuk menghantam dan meledakkan bangunan milik biro keamanan publik Yecheng County di Xinjiang selatan," katanya.

Turkestan Timur adalah pemukiman tradisional Muslim Uighur yang berbicara bahasa Turki, dan China telah menyalahkan serangan sebelumnya pada para separatis dan mengatakan mereka berusaha untuk mendirikan sebuah negara merdeka.

Pada tahun 2012, tujuh penyerang ditembak mati setelah membunuh 13 orang dalam serangan pisau di Yecheng, juga dikenal dengan nama Kargilik dalam bahasa Uighur, sebuah kota terpencil di jalan menuju perbatasan pegunungan China dengan Pakistan.

Suasana di Cina penuh ketegangan sejak terjadi pemboman bulan lalu yang menewaskan 39 orang di sebuah pasar di ibukota regional wilayah Urumqi. Pada bulan Maret, 29 orang ditikam sampai mati di sebuah stasiun kereta api di barat daya kota Kunming.

Naiknya tingkat kekerasan mendorong pemerintah menindak keras para pelaku kekerasan. Pihak berwenang di wilayah ini telah menangkap atau menghukum puluhan tersangka dalam beberapa pekan terakhir karena menyebarkan propaganda ekstrimis, memiliki senjata yang dilarang dan kejahatan lainnya.

China juga telah mengeksekusi lebih dari selusin orang yang melakukan serangandi wilayah tersebut awal bulan ini dan tiga lainnya karena menyerang Tiananmen Square, pusatnya Beijing.

Turkestan Timur merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya dan terletak strategis di perbatasan Asia Tengah dan telah dilanda kekerasan selama bertahun-tahun. Kelompok Uighur yang diasingkan dan para aktivis hak asasi manusia mengatakan bahwa kebijakan represif pemerintah di wilayah tersebut sendirilah yang memprovokasi kerusuhan. Namun Beijing menyangkalnya. [ded412/news desk]

 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.