Pengungsi Muslim Rohingya di Aceh : "Kami ingin mati dan dikubur di sini"

LANGSA (Jurnalislam.com) – Salah satu pengungsi Muslim Rohingya di penampungan Pelabuhan Kota Langsa, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Khairul Basyar, mengungkapkan kebahagiaannya bisa mendarat di Aceh.

Jiddan sururan (kami sangat berbahagia)… jiddan sururan,” kata-kata itu terus diulang Khairul ketika jurnalis dari kiblat.net menanyakan kabar dirinya bersama pengungsi lainnya. 

Khairul mengisahkan, di Myanmar ia dan warga Rohingya lainnya tidak diperbolehkan shalat. “Tidak ada sekolah. Kami tak boleh shalat,” lanjut Khairul. Namun sekarang, Khairul bersama ratusan warga Rohingya lainnya bisa melaksanakan shalat dan membaca Al Qur'an setiap hari.

“Saya bisa makan dan minum sehari tiga kali. Sebelumnya, berbulan-bulan di lautan tak ada yang bisa kami makan. Kami di sini telah cukup. Kami bisa shalat, bisa membaca Al-Qur’an dan berdoa setiap hari,” tutur pria yang fasih berbahasa Arab itu.

Sementara itu, Muhammad Hasan, remaja Rohingya yang disebut-sebut sebagai orang "paling berjasa" bagi para dokter dan relawan karena kefasihannya berbahasa Inggris, mengungkapkan keinginannya untuk untuk tinggal dan menetap di Aceh. Hati emas para nelayan Aceh yang telah membawa para pengungsi itu ke daratan, betul-betul membuat mereka haru dan terkesan. 

“Kami tidak ingin ke Saudi Arabia, kami tidak ingin ke Amerika. Kami hanya ingin di sini. Kami ingin mati dan dikubur di sini,” tandasnya lirih.

Ketika ditanya apakah ia rindu kampung halaman? Hasan, dengan tegas menjawab, “Daripada Anda kembalikan kami ke pemerintah Myanmar, lebih baik Anda bunuh kami di sini.”

Sumber : Kiblat.net | Editor : Ally | Jurniscom

 

Khairul Basyar

Muhammad Hasan
Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.