Penghasut Islam Geert Wilders Target Al Qaeda

ANGKARA (Jurnalislam.com) – Beberapa menit sebelum polisi Texas Ahad kemarin menembak mati dua orang bersenjata yang menyerang sebuah acara berjudul "Muhammad Art Exhibit and Cartoon Contest," politisi sayap kanan Belanda Geert Wilders berpidato di acara tersebut.

Wilders, yang telah dinyatakan sebagai target oleh Al-Qaeda, terkenal di negara asalnya dan di seluruh dunia karena menyerang Islam dan Muslim di Belanda.

Dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh American Freedom for Defense Initiative, yang terdaftar sebagai kelompok ekstrimis oleh organisasi hak-hak sipil Amerika Southern Poverty Law Center kemarin,  penghasut berusia 51 tahun itu mengatakan kepada penonton di Garland, Texas,

"Bukan suatu kebetulan bahwa kita berada di Garland, Texas, malam ini. Di sinilah, tiga bulan yang lalu, tak lama setelah pembantaian Charlie Hebdo, aktivis Islam berkumpul untuk menuntut agar kebebasan berbicara dibatasi”.

"Mereka ingin melarang kartun, buku-buku dan film-film yang mereka anggap menghina. Jawaban kami jelas: Jangan main-main dengan Texas. Jangan main-main dengan kebebasan Barat. Jangan main-main dengan kebebasan berbicara!!!"

Dalam sambutannya, anggota parlemen itu mengundang para kartunis untuk memamerkan karya mereka di masa mendatang di parlemen Belanda, dimana partainya adalah yang terbesar keempat.

Dia menyebut Alquran sebagai "buku fasis" dan secara terbuka berjanji untuk mengurangi jumlah pendatang Muslim di negara ini.

Meskipun Partai Wilders yaitu Party for Freedom and Democracy kehilangan dua kursi Parlemen Eropa dalam pemilihan terbaru Mei 2014 dan mengambil sekitar 12 persen suara, hasutan berapi-apinya ke arah umat Islam tidak berkurang.

Wilders telah meningkatkan karirnya dengan menyerang migrasi Muslim Belanda, dengan jumlah warga Turki sekitar 2,5 persen dari populasi dan Maroko sekitar lebih dari 2,2 persen.

Terpilih dalam dewan kota Utrecht pada tahun 1997 sebagai wakil untuk sayap kanan Partai Liberal, Wilders menggunakan posisinya untuk menyerang komunitas Muslim di kota itu.

Tahun berikutnya ia terpilih masuk parlemen nasional dan pada tahun 2003 menyerukan "jihad liberal." Sikapnya terbukti terlalu ekstrim untuk Partai Liberal dan pada tahun 2006 ia mendirikan kelompok sendiri.

Pada tahun 2008, Wilders membuat dan berusaha untuk mendistribusikan film anti-Islam yang menyerang Islam. Berjudul 'Fitna', film itu menampilkan gambar dari serangan 9/11 beserta ayat-ayat Al-Quran. Film ini menyebabkan kemarahan di seluruh Belanda dan dunia Muslim.

Wilders dituntut pada 2009 karena menghasut kebencian tapi dibebaskan dari semua tuduhan dua tahun kemudian. Baru-baru ini ia menghadapi sidang atas pidatonya di Den Haag tahun lalu dimana ia bertanya kepada penonton: "Apakah Anda menginginkan warga Maroko lebih banyak atau berkurang di kota ini dan di Belanda?" Ketika orang banyak meneriakkan "sedikit, lebih sedikit," Wilders menjawab sambil tersenyum: "Maka kami akan mengupayakannya."

Jika terbukti bersalah, ia menghadapi hukuman penjara hingga 16 bulan atau denda hingga € 7600 ($ 8500).

Popularitas politikus sayap kanan Belanda tersebut menurun secara luas namun pidatonya yang berapi-api melawan Muslim tetap melengking.

"Dia adalah seorang politikus tunggal bermasalah," Rudy Andeweg, seorang ilmuwan politik di Universitas Leiden, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Belanda De Volkskrant tahun lalu. "Mimpinya adalah dilema."

Sebelum perjalanan ke Texas, dua anggota Kongres Muslim AS telah menulis surat kepada Menteri Luar Negeri John Kerry dan Menteri Keamanan Dalam Negeri Jeh Johnson meminta agar menolak visa Wilders, seperti ketika ia merencanakan kunjungan ke Inggris pada tahun 2009.

"Saya merasa terganggu, tapi kebanyakan sedih, karena, kita semua tahu, orang-orang Belanda adalah orang-orang baik … dengan sejarah besar toleransi," kata Rep. Keith Ellison hari Jumat. "Dan sangat disayangkan bahwa seseorang seperti itu akan datang ke sini dan semacam mewakili dirinya sebagai anggota masyarakat yang seperti itu."

 

Deddy | Anadolu Agency | Jurniscom

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.