SURIAH (Jurnalislam.com) – Pengawas senjata kimia global mengatakan telah mengerahkan tim pencari fakta untuk menyelidiki dugaan serangan kimia yang melanda Douma, sebuah kota di Ghouta Timur Suriah dan merupakan benteng oposisi terakhir di dekat Ibukota Damaskus.
Pengumuman itu muncul pada hari Kamis (12/4/2018)., hanya beberapa hari setelah serangan yang, menurut aktivis dan petugas medis di lapangan, merenggut nyawa lebih dari 85 warga sipil dan melukai sedikitnya 1.200 orang.
Korban insiden 7 April kebanyakan adalah wanita dan anak-anak, aktivis mengatakan kepada Al Jazeera dari Ghouta Timur, pinggiran Damaskus.
“Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (The Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons-OPCW) menegaskan bahwa tim Pencarian Fakta (the Fact-Finding Mission-FFM) OPCW sedang dalam perjalanan ke Suriah dan akan mulai bekerja pada Sabtu 14 April 2018,” kata badan pengawas dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis.
Kemudian pada hari Kamis, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negaranya memiliki bukti bahwa pemerintah Suriah melancarkan serangan-serangan gas.
Waspadai Serangan AS ke Suriah, Pasukan Assad dan Angkatan Laut Rusia Siaga 1
Sebelumnya pada hari itu, Bashar al-Jaafari, duta besar Suriah untuk AS, mengatakan di New York bahwa dua tim investigasi dari OPCW dijadwalkan tiba di Suriah dalam 24 jam ke depan.
Al-Jaafari dikutip oleh kantor berita SANA mengatakan bahwa pemerintah Suriah siap memfasilitasi masuknya tim ke titik mana pun di Douma, kota terbesar di Eastern Ghouta.
Sementara itu, James Mattis, kepala Pentagon, telah menyerukan penyelidikan Amerika terhadap serangan yang dicurigai.
Berbicara kepada kongres pada sidang Komisi Layanan Bersenjata DPR pada hari Kamis, Mattis mengatakan dia yakin serangan kimia telah terjadi dan menyalahkan Rusia karena terlibat dalam kepemilikan senjata kimia rezim Suriah.
“Saya percaya ada serangan kimia dan kami mencari bukti yang sebenarnya,” katanya, menunjukkan bahwa keputusan belum dibuat.
Trump: Amerika akan Luncurkan Serangan Rudal Canggih Terbaru ke Suriah
Pernyataan itu muncul sehari setelah Presiden AS Donald Trump memperingatkan Rusia bahwa negaranya akan meluncurkan serangan rudal ke Suriah setelah dugaan serangan kimia terjadi.
Sebagai tanggapan, Maria Zakharova, juru bicara kementerian luar negeri Rusia, mengatakan tuduhan penggunaan senjata kimia di Douma salah dan tidak dapat digunakan sebagai alasan untuk melakukan tindakan militer terhadap Suriah.
Peskov juga menyatakan dukungan Moskow untuk “inisiatif serius” pada krisis Suriah dan isu-isu internasional lainnya.
Rusia telah terlibat dalam konflik Suriah sejak 2015 dan menjadi sekutu utama Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam perang melawan kelompok-kelompok oposisi bersenjata.
Dengan bantuan militer Rusia, rezim Syiah Assad meluncurkan serangan militer di Ghouta Timur, yang telah berada di bawah kendali oposisi sejak pertengahan 2013.
Sejak dimulainya serangan pemboman udara, sedikitnya 1.600 warga sipil telah tewas dan lebih dari 130.000 orang mengungsi, sebagian besar ke wilayah lain di negara itu, menurut PBB.