Pasukan RSF Lanjutkan Serangan Brutal, Ribuan Warga Sudan Mengungsi

Pasukan RSF Lanjutkan Serangan Brutal, Ribuan Warga Sudan Mengungsi

SUDAN (jurnalislam.com)— Lebih dari 4.500 warga sipil terpaksa mengungsi dari negara bagian Kordofan Utara, Sudan, di tengah meningkatnya serangan dan pelanggaran yang dilakukan oleh Pasukan Dukungan Cepat (RSF), kelompok paramiliter yang terlibat dalam perang saudara melawan tentara Sudan.

Dalam pernyataannya di platform X (Twitter) pada Jumat (31/10), Jaringan Dokter Sudan (Sudan Doctors Network) menggambarkan adanya “eksodus cepat” dari wilayah Bara menuju El Obeid akibat meningkatnya kekerasan dan pelanggaran terhadap warga sipil.

“Jumlah pengungsi telah melampaui 4.500 orang, termasuk 1.900 yang telah tiba di El Obeid. Sisanya masih dalam perjalanan dalam kondisi sulit dan kekurangan makanan, air, serta tempat tinggal,” tulis organisasi tersebut.

Sementara itu, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) pada Kamis (30/10) melaporkan tambahan 1.100 orang yang mengungsi dari Bara pekan ini, menjadikan total pengungsi baru di seluruh Sudan lebih dari 35.000 orang hanya dalam empat hari.

Pihak berwenang setempat mengonfirmasi adanya korban tewas dan luka-luka akibat serangan drone RSF di wilayah Zareibat Sheikh El Borai, Kordofan Utara. Serangan ini menandai semakin parahnya situasi keamanan di wilayah tersebut.

Sejak April 2023, Sudan terjerumus dalam perang saudara antara tentara nasional dan milisi RSF. Konflik ini telah menewaskan sedikitnya 20.000 orang dan memaksa lebih dari 15 juta orang mengungsi, menurut data PBB.

Di tengah tekanan internasional, RSF mengumumkan telah menangkap sejumlah anggotanya yang dituduh melakukan pelanggaran di Al Fasher, termasuk seorang pria bernama Abu Lulu, yang terekam dalam video terverifikasi AFP sedang mengeksekusi tahanan tak bersenjata dari jarak dekat.

Dalam klip lain yang diverifikasi AFP, Abu Lulu terlihat berdiri di antara milisi bersenjata di dekat puluhan mayat dan kendaraan yang terbakar. RSF kemudian merilis video yang menampilkan Abu Lulu di balik jeruji besi di lokasi yang diklaim sebagai penjara Darfur Utara.

Namun, kesaksian para penyintas yang melarikan diri ke Tawila menggambarkan kebrutalan yang lebih luas: pembunuhan massal, anak-anak ditembak sebelum orang tua mereka, dan perampokan terhadap warga sipil yang melarikan diri, lapor AFP.

Kepala Kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, dalam laporannya kepada Dewan Keamanan PBB pada Kamis, menyebut adanya “laporan kredibel tentang eksekusi massal” di Al Fasher, yang menimbulkan keraguan besar terhadap klaim akuntabilitas RSF.

RSF sendiri memiliki akar dari milisi Janjaweed yang didukung pemerintah dalam konflik Darfur awal tahun 2000-an kelompok yang terkenal dengan kejahatan perang terhadap warga sipil. Kini, mereka kembali menghadapi tuduhan baru atas kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran berat terhadap hukum perang internasional. (Bahry)

Sumber: TRT

Bagikan