Pasukan Filipina Umumkan Gencatan Senjata dengan IS di Marawi

Pasukan Filipina Umumkan Gencatan Senjata dengan IS di Marawi

FILIPINA (Jurnalislam.com)Gencatan senjata kemanusiaan empat jam diumumkan hari Ahad (4/6/2017) di kota Marawi yang terkepung untuk membebaskan ribuan warga sipil yang terjebak dalam konfrontasi bersenjata antara pasukan pemerintah dan gerilyawan yang terkait dengan kelompok Islamic State (IS).

Gencatan senjata terjadi saat militer Filipina melanjutkan serangannya terhadap Grup Maute, lansir Anadolu Agency.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina Jenderal Eduardo Año menyetujui jeda kemanusiaan yang akan membantu distribusi bantuan, pemulihan kausalitas dan penyelamatan warga sipil.

Año, ditunjuk sebagai administrator darurat militer yang diimplementasikan oleh Presiden Rodrigo Duterte, mengatakan bahwa gencatan senjata akan berlangsung dari pukul 8 pagi – 12 siang waktu setempat (0000GMT – 0400GMT) pada hari Ahad.

Dia menolak permintaan diperpanjangnya gencatan senjata selama beberapa hari. “Kami tidak bisa melakukan itu karena kami masih menangani beberapa ancaman,” katanya.

Daerah Otonom di pemerintahan daerah Muslim Mindanao (the Autonomous Region in Muslim MindanaoARMM) mengumumkan bahwa pada pukul 09:00 malam, (0100GMT) 3.139 orang masih tetap terdampar di Marawi 10 hari setelah Grup Maute melancarkan serangannya ke kota tersebut.

Gubernur ARMM Mujiv Hataman mengatakan 63 orang dilaporkan hilang dan 2.998 warga sipil telah diselamatkan oleh pihak berwenang sejak Grup Maute meluncurkan serangan mereka pada 23 Mei.

Maute dan Abu Sayyaf yang berjanji setia kepada IS menyerang Marawi setelah pasukan negara berusaha menangkap pemimpin kelompok Isnilon Hapilon.

Pertempuran telah membunuh 120 militan, 38 pasukan pemerintah dan 20 warga sipil, menurut catatan pemerintah pada hari Sabtu.

Duterte pada Sabtu lalu mengatakan bahwa dia bisa menyelesaikan serangan di Marawi dalam waktu 24 jam jika bebas menggunakan kekuatan udara, namun dia mengakui bahwa kehidupan warga sipil yang tidak berdosa akan dikorbankan jika dia melakukan tindakan tersebut.

Dia sesumbar dengan mengatakan bahwa dia bisa mengakhiri perang dalam 24 jam dengan mengebom semua penyerang menggunakan 10 jet baru.

“Yang harus saya lakukan adalah membom seluruh tempat dan meratakannya dengan tanah Tapi karena kita berada dalam masyarakat yang beradab, kita adalah anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Protokol Konvensi Jenewa,” katanya. “Saya mengalami kesulitan dan kami harus melakukan serangan dengan mempertimbangkan jaminan paling minimal, terutama bagi warga sipil,” tambahnya.

Bagikan