Pandemi Jadi Momentum Anak Bangsa Ciptakan Inovasi

Pandemi Jadi Momentum Anak Bangsa Ciptakan Inovasi

JAKARTA(Jurnalislam.com) — Wakil Presiden Ma’ruf Amin berharap, anak-anak bangsa terus melahirkan inovasi-inovasi baru. Apalagi, kata dia, adanya pandemi Covid-19, membuat inovasi baru semakin diperlukan.

Karena itu, dalam peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-25, Senin (10/8), bisa mendorong kesadaran masyarakat tentang pentingnya teknologi dan inovasi dalam kehidupan sehari-hari.

“Peran teknologi dan inovasi tentu menjadi semakin diperlukan dalam situasi saat ini. Saat ini diperlukan inovasi-inovasi baru dalam bidang kesehatan, ekonomi dan pendidikan,” ungkap Ma’ruf saat membuka peringatan Hakteknas ke-25 secara virtual, Senin (10/8).

Saat ini, Ma’ruf menyebut, telah dibentuk Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 pada 20 Mei lalu. Konsorsium ini bagian upaya mencegah, mendeteksi dan merespon secara cepat wabah Covid-19. Melalui konsorsium ini juga, sudah diluncurkan 57 produk inovasi Covid-19 hasil karya anak bangsa.

Ma’ruf pun berharap, inovasi tersebut tidak berhenti dan terus mendorong anak bangsa lainnya juga melakukan inovasi serupa. “Semoga semakin banyak inovasi-inovasi baru, produk-produk baru hasil karya anak bangsa yang dihasilkan, terutama dalam pencegahan dan pengobatan wabah Covid-19,” ungkapnya.

Sebab, saat ini, peringkat inovasi di Indonesia masih di bawah negara-negara di dunia dan juga ASEAN. Berdasarkan data Global Innovation Index (GII) 2019, peringkat Indonesia berada di posisi 85 dari 129 negara di dunia. Sedangkan posisi Indonesia di ASEAN, peringkat inovasinya ada di posisi kedua terendah di atas Kamboja.

“Bandingkan dengan Singapura peringkat ke-8 dan Malaysia peringkat ke-35 yang ekonominya berbanding lurus dengan budaya inovasinya,” ujar Ma’ruf.

Padahal, kata Ma’ruf, Indonesia mempunyai alokasi anggaran lebih besar dibanding Vietnam, yakni 2,130 juta USD tetapi jumlah sumber daya peneliti Indonesia hanya 89 orang/1 juta penduduk, sedangkan Vietnam jumlah peneliti 673/1 juta penduduk.

Di samping itu, alokasi anggaran R&D Indonesia terbesar dari pemerintah 40 persen, sedangkan alokasi anggaran R&D Vietnam terbesar dari sektor industri 52 persen.

Wapres mengatakan, meski telah banyak inovasi yang dihasilkan, namun hanya sedikit yang dapat dikomersialkan atau dipasarkan. Sebab, banyak tahapan yang harus dilewati sebelum inovasi tersebut dapat dikomersialkan atau dipasarkan.

Dalam konteks inovasi di bidang medis misalnya,  tahapan yang harus diikuti antara lain seperti proses sertifikasi, uji klinis, izin produksi dan izin edarnya. “Saya berharap para peneliti atau inovator dapat melalui tahapan ini sesuai dengan prosedur yang ada, seperti proses sertifikasi yang benar atau uji klinis jika berkaitan dengan obat-obatan,” ungkapnya

Sumber: republika.co.id

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.