MUI Akan Keluarkan Fatwa Masalah Aktual Zakat dan Sedekah

JAKARTA(Jurnalislam.com) – Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menggelar konsinyering. Tujuannya, untuk membicarakan terkait berbagai persoalan dan isu-isu terkini yang dihadapi dalam pengelolaan Zakat, Infak dan sedekah (ZIS), pada 20-22 September 2021 secara hybrid.

Sekretaris komisi Fatwa MUI, KH Miftahul Huda menjelaskan, kegiatan ini merupakan pendalaman masalah aktual sebelum komisi fatwa memberikan jawaban.

“Sejak kemarin sore, Baznas menyampaikan beberapa permasalahan aktual yang kemudian didalami oleh komisi fatwa sebagai landasan sebelum menerbitkan fatwa” terang KH Miftahul Huda di bogor, Selasa (21/9).

Salah satu persoalan yang dibahas mengenai isu aktual seperti penghimpunan, pendistribusian dan pedayagunaan ZIS yang dipandang perlu untuk dilakukan kordinasi dan konsultasi dengan komisi Fatwa MUI.

Dengan melibatkan MUI, Kiai Miftahul Huda mengatakan, pengelolaan ZIS akan mendapatkan pandangan sesuai dengan ketentuan syariat Islam.

Dalam konsinyering tersebut membahas beberapa persoalan terkait pengelolaan zakat, diantaranya: penggunaan dana zakat untuk kepentingan rehabilitasi Gedung OPZ, penyaluran zakat kepada ormas islam, penggunaan dana zakat dari asnaf fisabilillah untuk kepentingan audit keuangan opz, qardh hasan dari dana zakat, zakat saham dan zakat perusahaan.

Selanjutnya, Komisi Fatwa MUI akan menetapkan fatwa dalam forum rapat pleno komisi fatwa.

“Setelah pendalaman atas masalah-masalah tersebut, komisi fatwa akan menggelar rapat pleno untuk penetapan fatwanya” ungkapnya.

Sejumlah tokoh dan ulama hadir dalam kegiatan ini di antaranya ketua Baznas RI Prof. Noor Achmad, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI Prof Nizar, Para Pimpinan Baznas RI, Jajaran Direksi, ketua Komisi Fatwa MUI Prof. Hasanudin, Dr. Asrorun Niam, KH Hamdan Rasyid, KH Abdul Halim, KH Abdul Muiz Ali, KH Arwani Faishol, dan KH Mahbub Maafi

 

kegiatan ini untuk mendapatkan pandangan dan arahan sesuai dengan ketentuan syariat Islam dari Komisi Fatwa MUI tentang permasalahan yang dihadapi oleh Baznas.

Sementara itu, Ketua Baznas RI, Prof. Noor Achmad mengatakan, Baznas seringkali dihadapkan pada situasi kekinian yang cukup kompleks, sehingga membutuhkan inovasi dalam penghimpunan dan pendistribusian zakat.

Selain itu, kegiatan ini diharapkan bisa dilaksanakan secara efektif, efisien dan berdampak signifikan dalam mentransformasikan mustahik menjadi muzaki.

Prof Noor Achmad menambahkan, Baznas berupaya untuk berpegang penuh pada tiga prinsip utama yaitu kecocokan menurut Syariah, kecocokan dalam peraturan perundang-undangan, dan kecocokan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

‘’Salah satu penerapan sesuai Syariah adalah mengikuti fatwa-fatwa yang dikeluarkan MUI agar tetap pada jalur yang diperbolehkan dalam pengelolaan zakat,’’ ujar Prof Noor saat menyampaikan sambutan.

Oleh karena itu, kata Prof Noor, Baznas merasa sangat penting mendapatkan pedoman atau fatwa syariah dari MUI dalam menyikapi isu-isu kontemporer dalam pengelolaan zakat.

Sehingga, lanjutnya, Baznas dapat menjalankan program-program pengumpulan zakat dengan dasar hukum syariah yang jelas.

‘’Kami berharap melalui kordinasi dengan komisi fatwa MUI. Baznas mendapat arahan dan pandangan dari MUI dalam menyikapi isu-isu kontemporer dalam pengelolaan ZIS,’’ pungkasnya. (mui)

 

 

 

 

589 Peserta Lolos Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadits Nasional

JAKARTA(Jurnalislam.com) — Direktur Jenderal  Bimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam) Kementerian Agama (Kemenag) Kamaruddin Amin menetapkan 589 peserta Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadis Nasional (STQHN) ke-26. Penetapan ini diumumkan Dirjen Bimas Islam dalam Technical Meeting dan Penetapan Calon Peserta Seleksi Tilawatil Qur’an XXVI Tingkat Nasional di Kantor Kementerian Agama Pusat, Jl. MH. Thamrin 6, Jakarta Pusat, Rabu (22/9/2021).

STQHN ke-26 rencananya akan digelar di Sofifi, Maluku Utara pada 14-23 Oktober 2021. Dirjen Bimas Islam  mengimbau agar dalam persiapan dan pelaksanaan STQHN ke-26, tetap menjaga protokol kesehatan.

“STQHN ini merupakan kegiatan besar dan nasional yang dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19 sehingga butuh penanganan ekstra serius agar tidak ada klaster baru penyebaran Covid-19,” pesan Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin.

Guna memastikan hal tersebut, Dirjen memberikan syarat mutlak kepada semua yang terlibat dalam STQHN ke-26 untuk melakukan vaksinasi dan tes PCR. “Terus lakukan koordinasi dan antisipasi. Semua yang terlibat harus vaksin minimal dosis pertama dan tes PCR,” terang mantan Dirjen Pendis Kemenag ini.

Terkait persiapan teknis musabaqah, Dirjen menyebutkan, Panitia Pusat sudah siap menyelenggarakan STQHN ke-26. Sejumlah software telah siap dioperasikan dan terus disempurnakan.

“Persiapan teknis musabaqah sudah tinggal penyempurnaan. Dewan Hakim, Pengawas, Panitera, E-Maqra, dan Software sudah siap,” tegas Dirjen.

Technical Meeting yang dihelat dengan menerapkan protokol kesehatan ketat ini dihadiri Sekretaris Daerah Maluku Utara, Syamsuddin Abdul Kadir, Wakil Gubernur Sukawesi Tenggara, Lukman Abu Nawas. Hadir pula Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Syamsul Bahri, dan Kasubdit Lembaga Tilawah dan Musabaqah Al-Qur’an dan Al-Hadis, Rijal Ahmad Rangkuty.

Rapat juga digelar secara virtual melalui aplikasi Zoom Meeting dihadiri Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Provinsi dari 34 provinsi.

Pemerintah Bertemu Dubes Saudi, Bahas Kemungkinan Umrah

JAKARTA(Jurnalislam.com)— Plt Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Khoirizi kembali bersilaturahim dengan Duta Besar Arab Saudi di Jakarta, Esham Altsaqafi. Khoirizi berharap jemaah umrah Indonesia bisa segera mendapat kesempatan untuk diberangkatkan.

Menurutnya, penanganan Covid-19 di Indonesia terus membaik. Jemaah umrah Indonesia juga siap untuk mengikuti prokes yang ditetapkan Pemerintah Arab Saudi.

“Kami berharap pemerintah Arab Saudi segera mencabut suspen dan memberi kesempatan kepada jemaah umrah Indonesia untuk bisa berangkat ke Tanah Suci,” terang Khoirizi di Jakarta, Rabu (22/9/2021). Ikut hadir, Direktur Layanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid, Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Nur Arifin, Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Bagus Hendraning Kobarsih, dan Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Silviana.

“Ada lima negara pengirim jemaah umrah terbanyak, yaitu Pakistan, Indonesia, India, Turki, dan Mesir, yang belum bisa mengirimkan jemaah umrahnya. Kami berharap jemaah umrah Indonesia diprioritaskan untuk bisa segera diberangkatkan,” lanjutnya.

Dalam kesempatan itu, Plt Dirjen PHU menyampaikan salam Menag Yaqut Cholil Qoumas dan ucapan selamat National Day Arab Saudi ke-91 yang diperingati setiap 23 September.

Dubes Arab Saudi Esham Altsaqafi kembali menegaskan bahwa Saudi tidak pernah melarang umat Islam Indonesia untuk melaksanakan umrah. Menurutnya, pengaturan dilakukan semata dalam rangka mengatasi pandemi. Apalagi, hubungan Arab Saudi dan Indonesia juga sangat baik.

Esham mengaku baru saja melaporkan kepada otoritas Arab Saudi bahwa kasus Covid-19 di Indonesi sudah mulai melandai. Menurutnya, informasi ini dia sampaikan agar menjadi pertimbangan bagi pemerintah Arab Saudi

Dubes Arab Saudi menambahkan, meski penyelenggaraan umrah sudah dibuka sejak Muharam 1443H untuk beberapa negara, namun peminatnya masih sepi, hanya sekitar 1000 – 1500 orang. Dia mengatakan hal ini disebabkan prosedur penyelenggaraan umrah yang sangat ketat, demi mencegah penyebaran pandemi.

PPTQ Ibnu Abbas Klaten Buka Pendaftaran Program Kaderisasi Ulama Setingkat SMP-SMA

Imam Al-Qurthubi dalam menafsirkan Rabbani pada QS. Ali Imran: 79 berkata, “Rabbani adalah orang yang mendidik masyarakat dengan ilmu-ilmu kecil sebelum ilmu-ilmu besar.”

Berangkat dari pernyataan imam Al-Qhurtubi tersebut , maka perlu dicanangkan kurikulum  keilmuan yang kokoh, dimulai dengan ilmu dasar kemudian bertahap menuju kitab induk, dengan  metode membersamai seorang  guru dalam  halaqoh majlis ilmu, memadukan antara hafalan dan pemahaman serta mampu mengamalkan ilmu dalam kehidupan, menugutamakan adab  sebelum ilmu. Inilah tardisi pembelajaran dengan kekhasan mulazamah.

Para salafussholeh telah membuktikan bahwa  metode ini menyuguhkan corak pendidikan syariah yang rabbani, manusiawi  dan alami,  mampu melahirkan kader ulama yang shalih dan mushlih mampu membumikan syariat samawi di masyarakatnya .

Kulliyatul  Mu’allimin PPTQ Ibnu Abbas klaten adalah lembaga yang melaksanakan program akademis bagi santri pada jenjang pendidikan menengah, dengan masa belajar 6 tahun, setingkat dengan Tsanawiyah dan Aliyah.  Dengan menggabungkan  dua  Strategi  yaitu proteksi  almuhafazhatu ‘ala al-qodim al-shalih” (memelihara tradisi yang baik), dan proyeksi  “al-akhdu bi al-jadid al-ashlah” (mengambil hal-hal baru yang lebih baik)   maka lahirlah model kurikulum Kulliyatul  Mu’allimin dengan kekhasan Mulazamah.

Pada tiga tahun pertama santri dibekali dengan dasar-dasar ilmu bahasa arab dan ilmu alatnya, membiasakan santri fasih dalam  bertutur  bahasa arab maupun bahasa inggris, serta penguatan adab.  Dan tiga tahun berikutnya santri dibekali dengan muatan kedisplinan ilmu agama (ulumuddin). Dengan  pembelajaran Alqur’an yang komprehensif selama 6 tahun Santri diarahkan untuk  hafal al-quran 30  juz  secara mutqin dan bersanad.

Secara mendasar, tujuan Pendidkan Kulliyatul  Mu’allimin PPTQ Ibnu Abbas adalah untuk membekali santri dengan dasar-dasar ilmu menuju kesempurnaan menjadi  ‘abid dan khalifah. Dengan Orientasi pendidikan bahwa  ibadah talabul ilmi  atau talabul ilmi untuk ibadah dan kemasyarakatan. Dan siap berjuang di tengah masyarakat.

Q&A TENTANG KMI (KULLIYATUL MU’ALLIMIN AL-ISLAMIYYAH) PPTQ IBNU ABBAS KLATEN

Q: Apa itu KMI?
A: Lembaga pesantren 6 tahun setingkat SPM-SMA yang merupakan salah satu unit di PPTQ Ibnu Abbas Klaten untuk mencetak calon ulama.

Q: Apa perbedaan program KMI Ibnu Abbas dengan Reguler?
A: KMI lebih menekankan pada mencetak kader da’i, sehingga muatan kurikulumnya di bidang agama lebih dominan daripada pelajaran umum di sekolah. Dan KMI ini perpaduan system kelas dan mulazamah.

Q: Apa itu mulazamah?
A: Mulazamah adalah pelajaran dengan santri duduk mengelilingi ustadz, dengan materi berbasis kitab. Sehingga santri akan pindah kitab lanjutannya jika sudah khatam/selesai kitabnya, tidak seperti program sekolah yang begitu naik kelas selesai tidak selesai ganti buku. Sistem mulazamah berbasis kitab ini juga didukung penggunaan bahasa Arab setiap hari.

Q: Apakah santri baru wajib berbahasa Arab?
A: Iya setelah 3 bulan, setelah mereka mendapat bekal/bimbingan materi bahasa Arab sehari. Dengan lingkungan yang mendukung insyaallah yang dikira sulit akan dimudahkan.

Q: Seperti apa kurikulum KMI? Apakah lulus KMI dapat ijazah yang diakui?
A: Kami memiliki program unggulan tahfizh, Bahasa Arab, dilengkapi dengan ekstra maupun lifeskill, dengan ijazah pondok, ijazah Quran, dan ijazah kesetaraan (Paket B dan C) yang diakui dan dapat digunakan baik di dalam maupun di luar negeri.

Q: Bagaimana gambaran tahfizh di KMI Ibnu Abbas?
A: Target hapalan minimal 5 juz dalam 1 tahun, dan santri yang pelan menghafal harus mengikuti remidi setiap semester jika tidak mencapai target sampai tuntas. Namun bagi yang bisa dengan mudah mencapai target bisa memaksimalkan dengan terus menambah alhamdulillah dengan jadwal yang cukup padat (4 jam halaqah, dan 2 jam isti’dad) ada santri yang sudah selesai kurang dari 3 tahun.

Q: Bagaimana gambaran pelajaran diniyah di KMI Ibnu Abbas?
A: Adapun untuk kurikulum agama, santri belajar adab, aqidah, fiqh, tajwid (tuhfatul athfal & jazariy), Bahasa Arab (nahwu, sorf, mufradat, mahfuzhat, ta’bir, qiraah/muthalaah), hadits, sirah. Setiap hari minimal ada 4 jam pelajaran agama.

Q: Bagaimana dengan pelajaran umum di KMI Ibnu Abbas?
A: Untuk pelajaran umum ada IPA, IPS, Bahasa Inggris, Matematika, PPKN, Bahasa Indonesia yang dijadwalkan khusus di akhir pekan. Yang insyaallah bias jadi bekal jika Ananda ingin melanjutkan di perguruan tinggi umum, misal: bermimpi menjadi hafizh Quran yang juga dokter, hafizh Quran yang juga arsitek, dll.

Q: Kemanakah alumni KMI Ibnu Abbas yang sudah lulus? Prestasi apa saja yang sudah diraih?
A: alhamdulillah, kami baru jalan 3 tahun, baru 3 angkatan jadi belum meluluskan, untuk prestasi alhamdulillah santri ada yang mengikuti lomba-lomba antar pesantren (nasional): tahfizh, debat Bahasa Arab, baca kitab, Bahasa Inggris, hafalan matan jazariy (tajwid), dimana dari lomba-lomba tsb santri membawa pulang piala dan masuk lima besar.

Q: Bagaimana prospek santri setelah lulus?
A: Target alumni KMI Ibnu Abbas adalah kampus agama bergengsi di Indonesia seperti Ar-Rayah maupun Lipia, dimana setiap hari santri belajar Bahasa Arab untuk meraihnya,atau santri diharapkan melanjutkan studi ke timur tengah langsung baik mulazamah ataupun kuliah di universitas. Selain itu

jika menghendaki kuliah di jurusan umum atau ingin menjadi entrepreneur juga bias dengan modal ijazah kesetaraan dan ekstrakurikuler maupun lifeskill.

Q: Apakah calon santri diseleksi terlebih dahulu untuk bisa diterima masuk KMI IBNU ABBAS ?
A: Iya, kurikulum kita saat ini menuntut batas waktu untuk menamatkan Pendidikan sesuai target, jadi mau tidak mau hal ini harus kami lakukan melihat kurikulum yang kami jalankan cukup padat.

Q: Berapa jumlah santri yang diterima?
A: Program kami adalah program yang diharapkan focus dan matang, sehingga maksimal 1 angkatan kami hanya menerima 20 santri.

Q: Berapa usia minimum calon santri yang diterima di KMI IBNU ABBAS ?
A: Calon santri minimal lulus SD (Sekolah Dasar) atau MI (Madrasah Ibtidaiyah) karena kami hanya menyediakan lembaga pendidikan tingkat SLTP yang langsung lanjut tingkat SLTA (6 tahun langsung).

Q: Apakah KMI IBNU ABBAS menerima santri dari luar negeri?
A: Iya. Kami menerima calon santri dari manapun berasal baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Q : Adakah tes masuk dan materinya apa saja?
A : Tes meliputi tes hafalan quran, wawancara calon santri juga wali, dan akademik. Tes akademiknya di tahun ini adalah mapel umum 40% (Matematika, IPA, Bahasa Indonesia), dan soal pengetahuan Islam 60% (Bahasa Arab, Aqidah, fiqh, adab).

Q: Apa saja fasilitas KMI?
A: Di KMI disediakan kamar yang memadai, jemuran, sebagian seragam ada laundry, makan 3x sehari, ruang kelas nyaman, dan lain-lain.

Q: Bagaimana kegiatan santri KMI Ibnu Abbas setiap hari?
A: Bangun lalu tahajjud dan sahur jika puasa, shalat subuh & zikir pagi, isti’dad hafalan baru(persiapan buat setoran hafalan di halaqah pagi). Lalu santri MCK sampai jam 7, lalu masuk kelas sampai 14.30 dengan istirahat 2x (belajar 8 jam, 4 jam tahfizh dan 4 jam diniyah/agama). istirahat sebelum asar, shalat asar kemudian baca zikir sore, kemudian kegiatan ekstra/lifeskill. Jam 5 sore MCK dan makan, shalat magrib lalu isti’dad (persiapan halaqah Quran esok hari) kemudian salat isya. Setelah isya muzakarah (belajar terbimbing) sampai jam 9, kemudian muhasabah sebelum tidur. Sedang untuk hari sabtu jam belajar di isi pelajaran umum, malam hari nonton film pendidikan islami. Hari ahad ada kajian pagi bersama mudir Ibnu Abbas Dr. Hakimmudin Salim, M.A. setelah itu kegiatan ekstra seperti renang, atau futsal atau bebas sampai sore.

Q: Apa saja kegiatan ekskul dan lifeskill?
A: Kegiatan ekskul KMI Memanah, berkuda, renang, silat. Sedang kegiatan life skillnya adalah ceramah 3 bahasa, Arabic club, khat kaligrafi, organisasi santri, enterpreuner.

Q: Siapa saja pengajar di KMI Ibnu Abbas?
A: Pengajar di KMI sebagian besar alumni LIPIA yang melanjutkan S2 di kampus Islam di Indonesia. Ataupun alumni S1, S2 kampus Indonesia.

Q: Bagaimana fasilitas kesehatan di KMI Ibnu Abbas Klaten?
A: Di KMI Ibnu Abbas ada dokter dan perawat yang berjaga setiap hari, ada juga ruang UKS yang ada obat-obat.

Q: Bagaimana jika kemudian ada santri yang lambat memahami pelajaran?
A: Insyaallah kami membuat program privat santri yang tertinggal, oleh ustadz atau santri terpilih yang memiliki kemampuan untuk membimbing adik kelas. (adv)

Satgas Nilai Pandemi di Indonesia Kini Terkendali

JAKARTA(Jurnalislam.com) – Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut, pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini telah terkendali. Hal ini terlihat dari perbaikan di berbagai indikator penanganan Covid-19, seperti kasus positif, angka kasus aktif, hingga angka kesembuhan.

“Dengan segala perbaikan dari berbagai indikator penanganan Covid-19 di Indonesia dapat dikatakan bahwa saat ini pandemi Covid-19 terkendali,” kata Wiku saat konferensi pers, Selasa(21/9).

Satgas mencatat pada pekan ini kasus Covid-19 di Indonesia kembali mengalami penurunan yang sangat drastis. Per 20 September, kasus positif harian telah menyentuh angka 1.000 kasus, dengan kasus aktif yang telah menyentuh 1 persen selama lima hari berturut-turut.

“Ini adalah pencapaian yang sangat baik dan buah kerja keras kita semua mengingat kita pernah mencapai 56 ribu kasus, dengan kasus aktif hingga 18 persen pada bulan Juli lalu,” ujarnya.

Wiku mengatakan, menurunnya kasus positif ini juga diikuti dengan terus meningkatnya persentase kesembuhan. Hingga saat ini, kesembuhan di Indonesia telah mencapai lebih dari 95 persen serta angka kesembuhan harian yang terus mengalami peningkatan beberapa kali lipat dari kasus positif tiap harinya.

“Bahkan pada 13 September, kasus kesembuhan kita bertambah hampir lima kali lipat dari kasus positif harian. Di mana kasus positif bertambah 2.577 kasus, sedangkan kesembuhan bertambah 12.474 kasus,” ujar Wiku.

Seiring dengan menurunnya kasus Covid-19 di Indonesia, lanjut Wiku, pemerintah terus berkomitmen meningkatkan jumlah testing agar semakin banyak kasus yang terdeteksi. Pada minggu terakhir, jumlah orang yang diperiksa mencapai satu juta orang. Angka ini terus mengalami peningkatan dari yang sebelumnya berkisar 600-900 ribu orang.

Sementara itu, angka positivity rate di Indonesia pun juga menunjukan perbaikan yakni sebesar 2,48 persen. “Ini adalah positivity rate mingguan terendah yang pernah kita capai sepanjang pandemi,” tambah dia.

Perbaikan kondisi Covid-19 di Indonesia ini tercapai berkat kerja sama yang terjalin antara seluruh lapisan masyarakat dan unsur pemerintah, serta peran besar para tenaga kesehatan dalam penanganan pasien Covid-19.

Sumber: republika.co.id

Tak Patuh Prokes, Biang Kerok Gelombang Kedua Covid di Indonesia

JAKARTA(Jurnalislam.com) — Gelombang kedua penularan Covid-19 di Indonesia yang terjadi beberapa waktu lalu disebabkan banyak faktor. Masuknya varian Delta dari India bukan satu-satunya penyebab terjadinya gelombang kedua.

Meskipun, kata juru bicara pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, berdasarkan penelitian varian Delta bersifat lebih menular dari varian aslinya.

“Terjadi gelombang ke-2 di Indonesia tidak semata-mata terjadi karena kekuatan infeksius dari Delta. Namun, juga akibat kepatuhan protokol kesehatan yang menurun,” ujar Wiku dalam konferensi pers secara daring, Selasa (21/9).

Wiku mengatakan, peningkatan kasus Covid-19 pada Juli lalu tidak bisa dipungkiri juga berkaitan dengan interaksi antar manusia yang mulai longgar terhadap protokol kesehatan. Hal ini ditambah dengan adanya periode libur panjang dan kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

Wiku mengatakan, ini tampak dengan adanya jeda antara kemunculan varian yang masuk ke suatu daerah dan kenaikan kasus yang menjadi gelombang baru.

“Gelombang baru bisa terjadi karena butuh waktunya untuk virus menular dari satu orang ke orang lain dan akhirnya terakumulasi menjadi kumpulan kasus dengan varian yang sama,” kata Wiku.

Oleh karena, kata Wiku, kecepatan dan menyeluruhnya kebijakan menjadi kunci penting untuk menentukan efektifnya kebijakan pengendalian Covid-19. Antara lain pembatasan kegiatan masyarakat, penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi untuk melakukan pengendalian kasus Covid-19 di Tanah Air.

Sebab, pembatasan perjalanan dan aktivitas masyarakat secara spesifik dapat menunda lonjakan kasus akibat importasi kasus dengan varian baru. Selain itu, perlu juga terus ditingkatkan testing, tracing dan treatment.

“Kita harus mengetahui pula bahwa dalam mencegah lonjakan kasus berbagai upaya pengendalian harus dilakukan sebagai bentuk penerapan kebijakan berlapis,” ungkapnya.

Sumber: republika.co.id

Masyarakat Diminta Waspada, Kasus Harian Covid Masih Tembus 1000

JAKARTA(Jurnalislam.com) – Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan penurunan kasus covid-19 di Indonesia yang cukup drastis pada pekan ini. Per 20 September, kasus positif harian pun telah menyentuh angka 1.000 kasus, dengan kasus aktif yang telah menyentuh 1 persen selama lima hari berturut-turut.

“Ini adalah pencapaian yang sangat baik dan buah kerja keras kita semua mengingat kita pernah mencapai 56 ribu kasus dengan kasus aktif hingga 18 persen pada Juli lalu,” kata Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito saat konferensi pers.

Kendati demikian, Wiku menekankan agar perbaikan perkembangan kasus Covid-19, terutama pada kasus aktifnya tak menjadikan masyarakat lengah terhadap potensi penularan kasus. Wiku pun meminta agar masyarakat mengambil pelajaran dari negara lain yang sempat mengalami kasus aktif bahkan di bawah 1 persen, tapi tetap mengalami lonjakan kasus baru-baru ini.

Ia mencontohkan Australia yang kasus aktifnya sempat mencapai 0,26 persen pada 24 Mei lalu dan kembali mengalami peningkatan hingga 30 ribu kasus aktif per 9 September ini. Begitu juga di Selandia Baru yang kasus aktifnya sempat mencapai 0,6 persen per 1 Juni lalu kembali mengalami kenaikan kasus pada awal September yang mencapai 750 kasus aktif.

Hal ini, kata Wiku, menunjukan bahwa perbaikan kasus Covid-19 harus terus dipertahankan dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan. “Karena tidak ada jaminan bahwa keberhasilan penanganan Covid-19 saat ini akan bertahan seterusnya jika tidak diimbangi dengan upaya perbaikan yang konsisten dan terus menerus,” kata Wiku.

Sumber: republika.co.id

MUI Desak Aparat Ungkap Aktor Intelektual Penyerangan Para Ustaz

JAKARTA(Jurnalislam.com) — Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Abdullah Jaidi meminta aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas kasus penyerangan terhadap ustadz yang terjadi di beberapa daerah. Pengusutan tersebut tidak sekadar menangkap pelaku tetapi membongkar aktor intelektualnya.

Untuk diketahui, beberapa hari terakhir terjadi penyerangan terhadap ustadz, yakni di Kota Tangerang, Provinsi Banten, dan Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Dalam penyerangan di Tangerang, seorang ustadz ditembak oleh orang tak dikenal. Sedangkan di Batam, seorang ustadz yang tengah berceramah di masjid diserang oleh seorang pria.

“Kita minta aparat penegak hukum untuk menelusuri dan memproses masalah ini sehingga bisa ketemu aktor intelektualnya. Siapa di belakangnya, siapa yang menyuruh. Tidak sekadar menangkap, karena sudah membuat keresahan di masyarakat,” tutur dia kepada Republika.co.id, Selasa (21/9).

Menurut Kiai Jaidi, pelaku harus dihukum karena ini menyangkut keselamatan jiwa seseorang. Dia menuturkan, pelaku penyerangan tersebut tentu tidak serta merta begitu saja melakukan aksi kejinya. Menurutnya, ada dalang di balik penyerangan yang terjadi.

Dia mengingatkan, masalah-masalah seperti ini jangan sampai menjadi preseden buruk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu, dia menilai, pengusutan tuntas terhadap penyerangan kalangan ulama harus dilakukan betul-betul oleh aparat penegak hukum.

Karena kalau tidak diusut tuntas, lanjut Kiai Jadi, masyarakat pada akhirnya hanya bisa menduga-duga terkait siapa akktor intelektual di balik penyerangan ini. Apalagi, kata dia, ini terjadi menjelang 30 September yang seolah-olah dibuat seperti itu.

“Ini sebuah rekayasa-rekayasa tertentu yang membenturkan bangsa Indonesia terutama umat Islam dengan pihak-pihak tertentu. Maka kasus seperti ini harus diwaspadai betul-betul,” tutur dia.

Sumber: republika.co.id

 

 

WHO: Varian Delta Dominasi Kasus Global

JENEWA(Jurnalislam.com)– Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, saat ini varian delta dari virus penyebab Covid-19 (SARS-CoV-2) mendominasi infeksi di dunia. Delta mengalahkan tiga variants of concern lainnya, yakni alpha, beta, dan gamma.

“Varian alpha, beta, dan gamma saat ini beredar kurang dari satu persen masing-masing. Seluruh dunia benar-benar didominasi delta,” kata pemimpin teknis Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove, pada Selasa (21/9).

Van Kerkhove menyebut, varian delta yang lebih menular telah terdeteksi di lebih dari 185 negara. Selain empat variants of concern, terdapat pula lima variants of interest. Namun, Van Kerkhove menyebut, tiga di antaranya, yakni eta, lota, dan kappa, sedang diturunkan levelnya menjadi variants under monitoring alias varian yang masuk dalam pengawasan.

“Ini terjadi benar-benar karena perubahan sirkulasi dan variants of interest hanya kalah bersaing dengan variants of concern,” ujar Van Kerkhove.

Suatu varian tergolong variant of interest ketika terpantau memiliki punya kemampuan genetik yang bisa memengaruhi karakteristik virus dan mampu memengaruhi tingkat keparahan penyakit, penularan, hingga punya kemampuan menghindari diagnostik maupun pengobatan. Sementara itu, variants of concernmerupakan istilah yang mewakili varian yang menunjukkan peningkatan virulensi atau keparahan penyakit yang signifikan.

Sumber: republika.co.id

Sebut Tak Ada ISIS, Taliban Yakinkan Afganistan Aman

KABUL(Jurnalislam.com) – Taliban mengatakan tidak ada bukti bahwa milisi ISIS atau al-Qaeda amemiliki basis di Afghanistan. Hal itu disampaikan beberapa hari setelah ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom di kota Jalalabad.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid membantah anggapan bahwa al-Qaeda mempertahankan kehadirannya di Afghanistan. “Kami tidak melihat apa pun di Afghanistan yang ada hubungannya dengan al-Qaeda,” katanya pada Selasa (21/9).

Sama seperti al-Qaeda, menurut Mujahid, ISIS pun tak memiliki kehadiran nyata di Afghanistan. Kendati demikian, dia memang melihat adanya beberapa serangan pengecut yang mengatasnamakan kelompok tersebut.

“ISIS yang ada di Irak dan Suriah tidak ada di sini. Namun, beberapa orang yang mungkin adalah warga Afghanistan kita sendiri telah mengadopsi mentalitas ISIS, yang merupakan fenomena yang tidak didukung oleh rakyat,” ujarnya.

Dia berjanji tidak akan ada serangan terhadap negara ketiga di Afghanistan. “Kami berkomitmen pada fakta bahwa, dari Afghanistan, tidak akan ada bahaya bagi negara mana pun,” ujar Mujahid.

Sebelumnya ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangkaian serangan bom di Afghanistan yang menargetkan anggota Taliban. ISIS mengklaim berhasil membunuh atau melukai puluhan di antara mereka.

“Lebih dari 35 anggota milisi Taliban tewas atau terluka dalam serangkaian ledakan yang terjadi (pada Sabtu dan Ahad),” kata ISIS lewat saluran Telegram resminya, Amaaq, pada Ahad (19/9), dikutip laman Al Arabiya.

ISIS pun mengklaim menjadi dalang di balik serangan bom bunuh diri di bandara Kabul pada 26 Agustus lalu. Lebih dari 170 orang, 13 di antaranya tentara Amerika Serikat, tewas dalam serangan bom tersebut.

Sumber: republika.co.id