No More Valentine’s Day

No More Valentine’s Day

Oleh: Dina Wachid

Bulan Februari biasanya ramai dengan segala pernak-pernik bernuansa merah jambu. Perayaan hari kasih sayang sedunia yang jatuh pada tanggal 14 Februari dijadikan momen untuk mengungkapkan rasa cinta dan kasih kepada orang-orang tersayang. Orang-orang, khususnya kawula muda merayakan hari kasih sayang ini dengan berbagai bentuk dan gaya. Maka tak heran jika segala barang-barang yang bernuansa pink atau yang berkaitan dengan valentine sangat dicari. Kadang tak ragu bahkan sampai merogoh kocek yang sangat dalam demi mendapatkan momen hari kasih sayang yang berkesan. Penjual bunga, coklat, kartu dan segala pernak-pernik bernuansa valentine tentu saja mendapat keuntungan yang menggiurkan.

Dari cinta ternyata bisa dijadikan ajang bisnis yang menghasilkan pundi-pundi. Cinta menjadi komoditi untuk mengeruk keuntungan materi. Inilah cinta di alam kapitalisme kini.

 Cinta Dan Salah Kaprahnya

Merayakan cinta sebenarnya sah-sah saja, asal tak berdasar pada pandangan hidup yang salah kaprah. Pun juga, cinta tak harusnya dirayakan hanya pada hari tertentu saja. Ia hadir setiap saat dalam kehidupan kita. Cinta dan kasih sayang tak cukup dan tak bisa hanya dirayakan pada satu hari saja. Ia tak terbatas ruang dan waktu.

Perlu diketahui kiranya asal-usul Valentine’s Day (VD) hingga ia dirayakan sebagai hari kasih sayang, agar muslim tahu dan tak latah mengikuti atau malah mendukungnya. Kenali, pahami lantas tentukan sikap yang tepat supaya tak terjerembab dalam cinta berbalut nafsu sesaat.

The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M.

Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”.

Itulah beberapa versi tentang VD. Satu benang merahnya adalah bahwa ia berangkat dari sebuah pemahaman yang salah tentang cinta sehingga menempatkannya secara keliru. Pemahaman yang salah berasal dari cara pandang yang salah pada kehidupan.

Dari berbagai versi tersebut, jelas bahwa Valentine’s Day bukan dari Islam dan tidak sesuai dengan aqidah Islam. Valentine’s Day (VD) penuh dengan paganisme dan kesyirikan. Ia juga diperingati sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh nasrani yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.

Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual paganisme.

Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam telah bersabda,

Bukan termasuk golongan kami siapa yang menyerupai kaum selain kami. Janganlah kalian menyerupai Yahudi, juga Nashrani, karena sungguh mereka kaum Yahudi memberi salam dengan isyarat jari jemari, dan kaum Nasrani memberi salam dengan isyarat telapak tangannya” (HR Tirmidzi, hasan).

Dari Ibn Umar beliau berkata, “Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka” (HR Abu Dawud, hasan).

Cinta adalah anugrah dari Sang Maha Kuasa. Cinta tak pernah salah. Manusialah yang salah dalam mengartikan dan mengekspresikannya. Pemahaman yang dangkal tentang hakikat cinta sesungguhnya, ditambah dengan jeratan sekulerisme liberalisme yang kuat, menjadikan cinta hanya sebatas memenuhi nafsu semata. Cinta hanya dihargai sebatas manfaatnya. Tak ada ruh yang melingkupi, hingga akhirnya mencari jalan sendiri, yang penting hasrat terpenuhi. Melanggar norma dan aturan pun tak lagi peduli.

Terlebih lagi kini perayaan hari kasih sayang ini banyak disalahartikan sebagai hari untuk melakukan hubungan terlarang (seks bebas). Penjualan kondom biasanya meningkat menjelang VD. Ketua Bidang Pemenuhan Hak Anak Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Reza Indragiri Amriel menuturkan, kebiasaan perayaan Hari Valentine setiap 14 Februari, cukup berisiko bagi para remaja dan anak-anak.

Ada beberapa dasar terukur yang membuat Valentine’s Day harus diwaspadai para orangtua. Di antaranya, kata Reza, data survei Kristen Mark yang menyebutkan bahwa 85 persen responden menganggap seks sebagai perkara penting pada perayaan di Hari Valentine.

“Begitu pula Sigi National Retail Federation, yang menyebutkan 51 persen orang akan melakukan ‘itu’ atau seks, pada momen yang diidentikkan sejumlah kalangan sebagai hari kasih sayang,” kata Reza, kepada Warta Kota, Selasa (14/2/2017). Data Durex, tambahnya, juga menyebutkan bahwa penjualan kondom tertinggi jatuh pada hari cinta dan intimasi tersebut, di mana kenaikan penjualan pada hari tersebut mencapai 25 persen (tribunnews.com, 14/2/2017).

Di Makasar sendiri Kepala Satpol PP Kota Makassar, Iman Hud menyebutkan, pihaknya sudah memasang surat pembatasan penjualan kondom, yakni melarang penjualan alat kontrasepsi kepada yang belum berhak di 400-an minimarket dan apotek.

Ini menunjukkan bahwa memang VD seringkali dijadikan ajang kemaksiatan. Praktek seks bebas sangat lekat pada VD. Himbauan, larangan dan sanksi tak akan cukup jika dari negara tidak menjalankan sistem yang mampu menjauhkan masyarakat dari pemahaman yang salah. Yang menjaga kehidupan masyarakat tetap berada dalam koridor aturan.

 Cinta Dan Islam

Islam juga berbicara tentang cinta. Cinta itu adalah fitrah. Ia adalah pemberian dari Sang Maha Suci. Allah SWT, dialah sumber segala kasih sayang dan cinta yang ada di muka bumi dan langit serta apa yang ada diantaranya. CintaNya adalah suci. Maka sudah sepatutnya manusia mensyukuri cinta itu dengan cara yang benar sesuai perintahNya.

“Orang-orang yang beriman lebih kuat cintanya kepada Allah.” (Q.S. Al Baqarah ayat 165)

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Ali Imran ayat 31)

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Ra’d ayat 28)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (Q.S. Maryam ayat 96)

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (Q.S. Al-Isra ayat 24)

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar Ruum : 21)

Diatas hanya sebagian kecil ayat-ayat yang berbicara tentang cinta. Sekaligus petunjuk bagaimana memahami dan menjalankan cinta secara benar. Sesungguhnya Islam, sebagai sebuah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan memiliki solusi atas permasalahan umat manusia, termasuk urusan cinta.

Agar urusan cinta tak terjerumus dalam kemaksiatan pergaulan bebas, maka ada 12 lapis solusi Islam: (1) keimanan individu; (2) kewajiban menutup aurat bagi yang sudah baligh; (3) perintah menjaga pandangan; (4) larangan ber-khalwat; (5) larangan ber-ikhtilat (campur-baur); (6) negara memberikan kemudahan dalam menikah; (7) kebolehan poligami; (8) negara menerapkan sistem ekonomi Islam yang menjamin kesejahteraan rakyat; (9) negara melarang pornografi dan mengontrol tayangan/media agar tidak merusak masyarakat; (10) sistem pendidikan Islam yang membentuk kepribadian Islam; (11) kontrol masyarakat dengan spirit amar makruf nahi mungkar; (12) penegakkan sistem sanksi Islam dengan fungsi jawabir (penebus dosa) dan jawazir (pencegahan).

Dan itu semua hanya bisa dilakukan oleh negara. Karena hanya negara yang punya perangkat untuk menjalankan sebuah sistem tertentu. Lebih tepatnya lagi, hanya negara berideologi shahih yang mampu menerapkan sebuah sistem yang komprehensif dan lengkap, yakni sistem Islam. Negara dengan berlandaskan syariah kaffah akan mampu menjaga cinta manusia agar tetap berada dalam fitrahnya yang suci. Sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Sang Maha Suci, Allah SWT. Wallahu a’lam bish-shawab[]

 

 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.