JAKARTA(Jurnalislam.com) — Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan menggelar Muhasabah dan Istighotsah Kubra menjelang pergantan tahun 2022. Kegiatan tersebut rencananya akan dilaksanakan secara hybrid di Majid Istiqlal Jakarta, Kamis (30/12), dengan jumlah peserta yang datang terbatas.
Kegiatan ini juga akan ditayangkan secara virtual di TVMUI, republika.co.id, dan TVRI. Kegiatan ini akan dihadiri oleh sejumlah tokoh dan ulama. Beberapa tokoh itu diantaranya Ketua Umum MUI KH Miftachul Akhyar, Wakil Menteri Agama Dr. H Zainut Tauhid Sa’adi, Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis, Wasekjen MUI KH Arif Fachrudin.
Selain itu, dihadiri oleh Ketua Komisi Dakwah MUI KH Ahmad Zubairi, Wakil Ketua Komisi Dakwah MUI yang juga Pimpinan Majelis Rasulullah Habib Nabiel Al Musawa, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Nasarudin Umar, Ustad Adi Hidayat, dan Ustad Habiburrahman el-Shirazy.
Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis mengatakan, kegiatan muhasabah yang digelar di malam jumat Sayyidul Ayyam (rajanya hari) dan di akhir tahun merupakan upaya introspeksi diri terhadap apa yang telah dilakukan selama tahun 2021.
“Kita muhasabah terhadap apa yang dilakukan dari satu tahun ini di 2021 kita masih melanjutkan Covid-19 mudah-mudahan 2022 sudah tidak ada. Kita evaluasi bagaimana banyak ulama yang wafat dipanggil oleh Allah,” ujarnya kepada MUIDigital, Kamis pagi (30/12).
Selain itu, Kiai Cholil menambahkan, kondisi ekonomi yang sedang terpuruk terkadang menimbulkan stres sosial. Atas dasar itulah, MUI merasa terpanggil untuk mengajak umat muhasabah. Tujuannya, untuk melihat apa saja hikmah yang terkandung dalam setiap yang dialami untuk menatap masa depan dengan resolusi.
“Tentu semuanya dengan cara dzikir berdoa kepada Allah SWT. Mudah-mudahan di 2022 kondisinya lebih baik dan penyakit sudah diangkat oleh Allah SWT,” sambungnya.
Sementara itu, Ketua Komisi Dakwah MUI, KH Ahmad Zubaidi menyampaikan, selama hidup manusia mengarungi waktu yang terus berganti. Kadangkala, manusia tidak menyadari bahwa usia sudah tua dan kehilangan momen-momen penting dalam perjalanan hidupnya.
“Terutama perkara-perkara baik dunia maupun agama, sehingga kita sangat penting untuk memperhatikan waktu ini dan momen pergantian waktu baik tahun masehi maupun hijriyah sangat penting sekali agar supaya bisa meriview apa yang sudah kita lakukan pada tahun-tahun yang lalu baik dalam dunia kita maupun akhirat,” tuturnya.
Dengan demikian, ditambahkan Zubaidi, dalam kegiatan muhasabah umat bisa melakukan evaluasi dalam perkara dunia maupun akhirat. Salah satu alasannya adalah untuk mencari solusi dari penyebab kegagalan yang terjadi.
Solusi yang ditemukan itu, kata Zubaidi, akan membuat tahun-tahun yang akan datang tidak lagi mengalami kegagalan yang sama, terutama terhadap hubungan dengan Allah SWT.
Hikmah dari muhasabah, dijelaskan Zubaidi akan membuat umat selalu mereview dirinya apakah selama ini segala kewajiban pada Allah SWT telah dilaksanakan dengan maksimal sepanjang tahun 2021 ini. Sebab, menurut Zubaid, setiap umat harus selalu merasa kurang untuk membersembahkan ibadahnya kepada Allah SWT.
“Karena dengan merasa kurang maka diharapkan pada tahun-tahun berikutnya kita semakin menambah kekurangan kita menyempurnakan kekurangan kita dalam beribadah kepada Allah SWT,” ungkapnya