MUI Gelar Konferensi Nasional Masjid Ramah Lingkungan

MUI Gelar Konferensi Nasional Masjid Ramah Lingkungan

JAKARTA(Jurnalislam.com) – Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup & Sumber Daya Alam (LPLH & SDA) Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar Konferensi Nasional Masjid Ramah Lingkungan tahun 2022 secara hybrid, di Hotel Novotel Cikini, Jakarta Pusat, 3-4 November 2022.

Dalam konferensi yang mengusung tema “Dari Masjid Mewujudkan Kehidupan Berkelanjutan” tersebut, Ketua Panitia, Dr. Arif Zulkifli menyampaikan konferensi perdana dengan skala nasional ini, bertujuan untuk memperkaya persepsi tentang masjid ramah lingkungan.

“Kami tidak ingin menyatukan persepsi tentang masjid ramah lingkungan. Konferensi ini bertujuan mengumpulkan para stake holder untuk menyumbangkan aksi yang mereka lakukan, sehingga menghantarkan pada klaim bahwa masjid yang dikelola telah mencapai ramah lingkungan,” jelas Arif, saat diwawancara oleh MUIDigital, Kamis (03/11/2022).

Arif menuturkan, konferensi ini merupakan ajang untuk menchallenge para pengurus masjid menjelaskan apa saja indikator yang dapat dilakukan untuk mencapai masjid ramah lingkungan versi mereka. Oleh karenanya, tidak ada penyatuan standardisasi, akan tetapi pengkayaan langkah-langkah guna mencapai masjid ramah lingkungan.

Langkah strategis untuk mewujudkan masjid ramah lingkungan di Indonesia, menurut Arif, di antaranya seperti recycling water, penampungan dan penggunaan air hujan, tidak adanya penggunaan AC, hingga penanaman pohon di area sekitar masjid.

Arif menyebut, Masjid Istiqlal menjadi contoh salah satu masjid ramah lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari minimnya penggunaan AC. Cara tersebut, ditempuh dengan memperbanyak sirkulasi udara untuk menjaga suhu di dalam masjid agar tetap nyaman.

“Langkah yang dilakukan oleh pengurus masjid Istiqlal dapat dicontoh juga oleh pengurus masjid di daerah lain, yaitu mengelola suhu masjid agar nyaman, meskipun tanpa pendingin ruangan. Tentu saja cara ini adalah bagian dari penghematan energi,” katanya.

Lebih lanjut dalam pengelolaan air, Arif menyampaikan, dapat ditempuh dengan menggunakan sistem sensorik dan daur ulang air wudhu. Sehingga penggunaan air di masjid tidak berlebihan dan cenderung boros.

Pentingnya pengelolaan air wudhu ini, Arif menjelaskan, selaras dengan penelitian yang menyebut bahwa rata-rata penggunaan air tiap orang dalam satu kali wudhu yaitu sebanyak 5 liter. Hal ini tentu menjadi permasalahan krusial, apabila dalam sehari minimal seorang muslim berwudhu sebanyak lima kali.

Konferensi nasional turut dihadiri oleh K.H Marsudi Syuhud (Waketum MUI), Prof. Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal), Dr. H. Zainut Tauhid Sa’adi ( Wakil Menteri Agama RI), Ir. Sarwono Kusumaatmadja (Penasihat Senior Menteri LHK), K.H. Sodikun (Ketua MUI), serta peserta yang terdiri dari pengurus pusat dan daerah dari LPLH & SDA-MUI, pengurus masjid, pengurus pesantren, NJO, hingga perwakilan perguruan tinggi di Indonesia.

“Sudah ada 31 paper yang masuk dan akan dipresentasikan dalam konferensi. Oleh karenanya, kami berharap, forum ini mampu menghasilkan output yang nantinya akan kami bukukan tentang rumusan yang dapat ditempuh agar lebih banyak lagi masjid ramah lingkungan di Indonesia,” pungkasnya. (mui)

 

Bagikan