Mengintip Penerapan ‘New Normal’ di Pesantren

Mengintip Penerapan ‘New Normal’ di Pesantren

PURBALINGGA(Jurnalislam.com)–Ketua Rabithah Ma’ahid Islamitah (RMI) PBNU , KH.Abdul Ghofar Rozin mengatakan untuk menerapkan new normal di pesantren tidak semudah yang dibayangkan.

 

Sebab pesantren merupakan lembaga pendidikan berbasis komunal di mana santri dan tinggal dan berkegiatan bersama selama 24 jam. Sebab itu menurutnya perlu adanya standar yang jelas untuk menerapkan new normal di pesantren.

 

“Dari pemerintah sendiri untuk standar new normal belum ada yang betul-betul dijadikan pegangan. Sejauh yang bisa kita pahami  adalah aktif kembali dengan penjarakan. Tetapi tidak sesederhana itu bagi pesantren. Pemerintah baik melalui Kemenag harusnya memberikan sebuah standar, konsep yang konkrit soal new normal,” kata Kiai Rozin.

 

Kiai Rozin berpendapat pada tingkat paling sederhana dalam penerapan new normal di pesantren yakni dengan membiasakan hidup sehat, menggunakan masker dan mencuci tangan. Bahkan menurutnya penerapan new normal juga dapat dilakukan dengan pembelajaran berjarak.

 

Meski menurutnya hal tersebut akan sulit untuk diterapkan terlebih bagi pesantren yang memiliki ribuan santri. Menurutnya pesantren pun harus membanting fasilitas lainnya agar santri dapat belajar dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

 

“Siap atau tidak (pesantren) dilihat dari standarnya, standarnya kan belum ada bagaimana kita bisa mengatakan siap atau tidak (menerapkan new normal). Artinya kalau kita ngomong soal standar kita tidak ada standar, kita ngomong new normal di pesantren itu ya berdasarkan asumsi, asumsi yang berbeda-beda tentu juga dengan pelaksanaan yang berbeda-beda,” tambahnya.

 

Kiai Rozin juga sepakat dengan adanya ruang isolasi di setiap pesantren. Ruang isolasi di tiap pesantren dapat difungsikan bagi santri yang baru tiba di pesantren.

 

Santri terlebih dulu diisolasi selama 14 hari sebelum bercampur dan berkegiatan dengan santri lainnya.

 

Selain itu, dalam keadaan darurat ruang isolasi dapat digunakan bila ditemukan kasus covid-19 di lingkungan pesantren. Sehingga penanganan lebih cepat sebelum kemudian dikirim ke fasilitas kesehatan terdekat.

 

Mensikapi surat edaran RMI Pusat dan RMI Daerah, Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam , Cipawon Kec Bukateja Kab Purbalingga M Syafa’at menyambut baik surat itu dimana santri yang kembali masuk pesantren diharuskan memenuhi protokol kesehatan.

 

“Pesantren hanya mensyaratkan surat sehat dan berusaha menyiapkan standar protokol kesehatan serta menyiapkan ruang karantina khusus bagi santri.Ini tindakan preventif pesantren, setelah waktunya dirasa cukup diharapkan juga kehidupan santri bisa kembali normal menjalani aktivitasnya belajar mengaji seperti semula,” lanjut M Syafa’at, Senin(8/6).

 

 

Kesiapan pesantren dalam menghadapi kebijakan normal baru (new normal) harus betul-betul menjadi perhatian semua pihak khususnya pemerintah. Di masa pandemi Covid-19 yang belum mereda saat ini, negara harus hadir mengawal santri dari keberangkatan sampai ke lokasi pesantren dengan aman dan sehat.

 

 

“Maka kita sangat berharap dan ini mendesak negara harus hadir. Karena pesantren adalah bagian penting sejarah republik ini. Pesantren adalah aset bangsa ini. Selama ini kontribusi pesantren dan santri-santri kepada bangsa Indonesia juga sangat besar,” tegas Pengasuh Pesantren Tegalrejo Magelang, Jawa Tengah, KH Yusuf Chudlori.

 

Gus Yusuf menegaskan, protokol kesehatan saat santri kembali ke pesantren harus dirumuskan dengan matang untuk menghindari pesantren menjadi klaster baru penyebaran Covid-19. Jika tidak menggunakan protokol yang baik, bisa jadi masyarakat akan menyalahkan pihak pesantren.

 

Di sisi lain, di penghujung libur lebaran ini, wali santri banyak yang khawatir akan kondisi putra-putrinya akibat pengaruh buruk lingkungan, media sosial, televisi, dan akibat kontrol yang lemah.

 

“Wali santri sudah pada gelisah bagaimana anak saya kalau di rumah kelamaan nanti balik ke pondok. Jangan-jangan malah nggak mau balik. Di rumah sudah sibuk dengan online-nya lupa ngajinya, tiap hari megang gadget, nonton TV, bahkan masih banyak juga yang keluyuran,” ungkapnya.(***) Aji

 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses