Mengenal Lebih Dekat KH Miftahul Achyar, Ketua MUI 2020-2025

Mengenal Lebih Dekat KH Miftahul Achyar, Ketua MUI 2020-2025

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah usai menggelar Musyawarah Nasional (Munas)  X selama tiga hari Rabu-Jumat (25-27/11/2020) di Hotel Sultan Jakarta.

Pengurus baru periode 2020-2025 telah terpilih termasuk Ketua Umum pengganti KH. Ma’ruf Amin yang kini menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia.

Sebuah posisi penting dalam lembaga kepercayaan muslim Indonesia ini kembali terpilih dari Nahdatul Ulama dimana Ketua Umum sebelumnya KH. Ma’ruf Amin pun berasal dari Nahdatul Ulama.

  1. Miftachul Akhyar yang merupakan Rais Aam (Pemimpin Tertinggi) PBNU terpilih sebagai Ketua Umum MUI periode 2020-2025.

Bagaimana sosok dan profil KH. Miftachul Akhyar pemimpin baru MUI sebuah lembaga kepercayaan muslim Indonesia ini?

Mari kita mengenalnya lebih dekat.

  1. Miftachul Akhyar adalah seorang ulama kelahiran Surabaya, 1 Januari 1953. Beliau adalah Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya. Ia pun seorang Rais Aam PBNU periode 2018-2020, menggantikan Ma’ruf Amin yang saat itu mencalonkan diri sebagai Wapres di Pilpres 2019.

Kyai Miftah begitu panggilan akrab beliau, adalah putra Pengasuh Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq Rangkah KH. Abdul Ghoni. Beliau anak kesembilan dari 13 bersaudara. Terlahir dari tradisi dan melakukan pengabdian di NU sejak usia muda. Sehingga nama Kyai Miftah bukanlah nama baru dikalangan NU, terutama Nahdliyin dan kalangan pesantren Jawa Timur.

Menurut catatan PW LTNNU Jatim Ahmad Karomi yang dikutip NUOnline, genealogi keilmuan Kyai Miftah tidak diragukan lagi. Beliau tercatat pernah nyantri di Pondok Pesantren Tambak Beras, Pondok Pesantren Sidogiri (Jawa Timur), Pondok Pesantren Lasem Jawa Tengah, dan mengikuti Majelis Ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang, tepatnya ketika Sayyid Muhammad masih mengajar di Indonesia.

Penguasaan ilmu agama KH. Miftachul Akhyar menurut Karomi membuat kagum Syekh Masduki Lasem sehingga beliau diambil menantu oleh Kiai yang terhitung sebagai mutakharrijin (alumnus) istimewa di Pondok Pesantren Tremas.

Mulai dari nol Kyai Miftah mendirikan Pondok Miftachus Sunnah di Kedung Tarukan, Surabaya. Awalnya beliau hanya berniat mendiami rumah sang kakek, tetapi setelah melihat kondisi masyarakat setempat yang membutuhkan nilai-nilai religius, beliau pun membuka pengajian.

“Konon, kampung Kedung Tarukan terkenal sejak lama menjadi daerah yang tidak ramah pada dakwah para ulama. Namun berkat akhlak dan ketinggian ilmu yang dimiliki KH. Miftachul Akhyar, beliau berhasil mengubah kesan negatif itu sehingga kampung yang “gelap” menjadi “terang dan sejuk” seperti saat ini dalam waktu yang relatif singkat,” tulis Karomi.

Masih menurut Karomi, kesederhanaan Kyai Miftah yang terekam dengan jelas adalah bentuk penghormatan terhadap tamu. Kiai Miftah tidak segan-segan menuangkan wedang dan menyajikan cemilan kepada tamunya. “Akhlak ini beliau dapat dari ayahandanya KH. Abdul Ghoni,” tulis Karomi.

Mengutip penuturan Gus Tajul Mafakhir, Karomi menuliskan bahwa ayah Kyai Miftah merupakan karib KH. M. Usman al-Ishaqi Sawahpulo saat sama-sama nyantri kepada Kiai Romli di Rejoso, Jombang. Terlebih lagi saat sang ayah nyantri kepada Kiai Dahlan Ahyad Kebondalem sang pendiri MIAI dan Taswirul Afkar. Sangatlah tepat dengan pepatah  “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”.

  1. Abdul Ghoni sendiri dalam pandangan Abah Thoyib Krian merupakan salah satu kiai ampuh yang ditutupi oleh keindahan akhlak. Acapkali KH. Abdul Ghoni mengadukkan wedang, menyuguhkan dan mempersilahkan kepada tamunya. Nah, “lelaku sae” inilah yang oleh KH Miftachul Akhyar tetap dilestarikan,” tulis Karomi.

Ady Amar seorang pengamat sosial dan pengurus MUI Jatim Komisi Ukhuwah Islamiyah pun dalam tulisannya mengungkapkan kesederhanaan Kyai Miftah, KH. Miftachul Akhyar dikenal sebagai alim yang sederhana, jauh dari hingar-bingar dan pernyataan kontroversial. Seorang yang kalem namun tetap kritis pada hal-hal sepatutnya.

Bagaimana perjalanan kariernya?

Seperti dilansir oleh penasantri.id, tahun 2000-2005 KH. Miftachul Akhyar menjabat sebagai Rais Syuriah PCNU Surabaya.

Tahun 2007-2013 dan 2013-2018 selama dua periode menjabat Rais Syuriah PWNU Jatim.

Tahun 2015-2020 menjabat sebagai Wakil Rais Aam PBNU.

Tahun 2018-2020 didaulat sebagai Pj. Rais Aam PBNU menggantikan Ma’ruf Amin yang saat itu mencalonkan diri sebagai Wapres di Pilpres 2019.

Dan kini melalui Munas X MUI, KH. Miftachul Akhyar terpilih sebagai Ketua Umum MUI Pusat periode 2020-2025, semoga Kyai Miftah dapat menjalankan amanah dengan baik dan tetap menjadikan MUI sebagai lembaga independen kepercayaan muslim Indonesia.

Reporter : Jumi Yanti Sutisna

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.