Mengambil Pelajaran Dari Perang Shiffin dan Perang Jamal

Mengambil Pelajaran Dari Perang Shiffin dan Perang Jamal

Oleh : Ustadz Fuad Al Hazimi (Anggota Majelis Syari'ah Jamaah Ansharut Tauhid)

Kita telah memberikan kepercayaan kepada ISIS dan juga kepada Al Qaeda. Kepercayaan yang taruhannya tidak ringan. Lalu mengapa sekarang dengan mudahnya kepercayaan itu hilang tanpa bekas? Bersikap netral sangatlah sulit tetapi menghormati seteru dan tetap menghargai kebaikan yang nyata-nyata mereka miliki adalah sikap yang mulia. 

Bukankah Perang Shiffin dan Perang Jamal sudah memberikan pelajaran dan ibroh yang sangat berharga kepada kita? Saat fitnah perang Shiffin antara shahabat Ali dan shahabat Mu'awiyah pun ada pihak yang bersikap seperti shahabat Ibnu Umar dan Ibnu Abbas namun ada juga yang bersikap seperti Abdullah bin Zubair bin Awwam. Bahkan kakak beradik Al Hasan dan Al Husain pun berbeda dalam mengambil sikap.

Banyak orang menyalahkan ummul mukminin Aisyah dalam perang Jamal, namun belakangan ulama hadits meriwayatkan sebuah hadits shahih,

كَيْفَ بِإِحْدَاكُنَّ تَنْبَحُ عَلَيْهَا كِلَابُ الْحَوْأَبِ 

Yang menjelaskan bahwa Aisyah sebenarnya sudah menyadari kesalahan beliau dan sudah memaksa Zubair bin Awwam, kakak iparnya untuk mengantar beliau pulang ke Mekkah. Aisyah Ummul Mukminin berkata :

مَا أَظُنُّنِي إِلَّا أَنِّي رَاجِعَةٌ

"Aku tidak punya pilihan lain kecuali harus kembali ke Mekkah"

Namun beberapa orang menahan niat beliau dan menyatakan bahwa mereka belum sampai di kota Hau'ab.

Kalaulah para shahabat pun memiliki beragam sikap dan tetap mengakui kebaikan seterunya, mengapa kita seakan menghapus segala kebaikan pihak yg tidak sependapat dengan kita? 

Namun hadits itu baru ditemukan belakangan setelah perang Jamal. Artinya, marilah kita bersabar seraya berdo'a agar fitnah Syam ini segera mendapat jalan keluar karena banyak hal yg tidak saling diketahui oleh kedua pihak yang berseteru dan banyak pihak pula yg ingin memancing di air keruh. Bukan hanya CIA yang terlibat dalam memperkeruh situasi ini, tetapi Mossad, KGB, M16, agen rahasia Iran dan masih banyak pihak yang ikut memperkeruh suasana. Tahan lisan, niscaya kita akan selamat.

Kembali ke perang Jamal, keberangkatan ummul mukminin Aisyah ke Basrah adalah untuk mendamaikan Ali dengan Mu'awiyah. Ibnu Abbas dan Ibnu Umar sudah mengingatkan beliau agar tetap di Mekkah karena pasti akan terjadi fitnah baru. Tetapi beliau tetap keluar dari Mekkah. Hingga sampailah di Hau'ab, lalu beliau digonggongi anjing-anjing Hau'ab, sehingga beliau teringat dengan sabda Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam. 

-كَيْفَ بِإِحْدَاكُنَّ تَنْبَحُ عَلَيْهَا كِلَابُ الْحَوْأَبِ 

"Bagaimana keadaan salah seorang di antara kalian (istri-istri Nabi) adalah saat ia digonggongi anjing-anjing kota Hau'ab" (Hadits shahih riwayat Ahmad)

Lalu beliau bersikeras pulang ke Mekkah namun dicegah oleh orang yang bersama beliau. Dan terjadilah perang Jamal, padahal Aisyah sudah menyadari kalau beliau salah tetapi apa daya seorang wanita yang tidak mungkin pulang ke Mekkah sendirian.

Orang-orang lalu menyalahkan Aisyah bahkan menganggap bahwa beliaulah yang memimpin perang Jamal. Hingga ahli hadits mendapatkan hadits di atas, barulah terkuak apa yang sebenarnya terjadi.

Berikut matan lengkapnya hadits di atas

أخرج الإمام أحمد في مسنده 24254 – (( حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا قَيْسٌ قَالَ: لَمَّا أَقْبَلَتْ عَائِشَةُ بَلَغَتْ مِيَاهَ بَنِي عَامِرٍ لَيْلًا نَبَحَتِ الْكِلَابُ، قَالَتْ: أَيُّ مَاءٍ هَذَا ؟ قَالُوا: مَاءُ الْحَوْأَبِ قَالَتْ: مَا أَظُنُّنِي إِلَّا أَنِّي رَاجِعَةٌ فَقَالَ بَعْضُ مَنْ كَانَ مَعَهَا: بَلْ تَقْدَمِينَ فَيَرَاكِ الْمُسْلِمُونَ، فَيُصْلِحُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ ذَاتَ بَيْنِهِمْ، قَالَتْ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَنَا ذَاتَ يَوْمٍ: " كَيْفَ بِإِحْدَاكُنَّ تَنْبَحُ عَلَيْهَا كِلَابُ الْحَوْأَبِ ؟ " )) . أهـ . أخرجه ابن أبى شيبة (7/536، رقم 37771) ، ونعيم بن حماد (1/83، رقم 188) . هذا الحديث قدد صححهُ جمعٌ مِنْ أهل العلمِ كالإمام (( الألباني – وابن حجر – والهيثمي)

Mengapa sampai terjadi perang Shiffin dan perang Jamal kalau bukan agar umat Islam mengambil ibroh saat terjadi peristiwa yang sama di akhir zaman kelak?

Maka pasti akan ada orang yang memilih bersikap seperti Ali, ada yang memilih seperti Muawiyah dan Amr bin Ash, namun ada pula yang memilih seperti ibnu Abbas dan Ibnu Umar. Bahkan ternyata sikap kedua putra khalifah Ali tidak sama.

Namun marilah kita untuk tetap meminta kepada Allah agar segera terwujud Aamul Jama'ah atau tahun persatuan agar Islam kembali jaya agar khilafah segera tegak, sesungguhnya tidak ada yang mustahil bagi Allah. Dan do'a adalah senjata orang mukmin.

اللّهم انصر إخواننا مجاهدين في الشام و في يمن و في كلّ مكان واجمع كلمتهم والّف بين قلوبهم وأيّدهم بجنودك من السماء وانصرهم نصرا مؤرّرا

اللّهم أهلك الطواغين والمنافقين في الشام و في يمن و في كلّ مكان الّذين يصدّون عن سبيلك ويبدّلون دينك ويعادون المؤمنين

اللّهم خالف كلمتهم وشتّت بين قلوبهم وا جعل تدمير هم في تدبريهم وأدر عليهم دائرةالسّوء

اللّهم أنزل بهم بأسك الّذى لا يردّ عن القوم المجرمين

اللهم مجرى السّحا ب ومنزل الكتاب وهازم ا لأحزاب إهزمهم وزلزلهم وانصرنا عليهم

وصلّى الله على محمّد و على اله و أصحابه ومن تبعهم إلى يو م الدين امين

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.