Oleh Abu Hamasah
Kabar duka datang dari gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021) di Lumajang, Jawa Timur. Hingga. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Jum’at 10 Desember 2021, sudah terdapat 45 warga yang meninggal dunia, 9 warga dinyatakan hilang, 6.573 orang dan tersebar di 126 titik pengungsian. Kerugian material sementara berupa 2.970 rumah dan 33 fasum. Salah satu fasilitas umum sampai sekarang yang terparah adalah putusnya Gladak Perak
Bencana alam, termasuk letusan gunung merapi, menjadi suatu keniscayaan dalam fenomena hidup yang terjadi atas kehendak Allah ﷻ dan ada pula faktor lain seperti arogansi kemanusiaan yang menjadi sebab terjadinya suatu bencana alam.
Patutlah kita renungkan mendalam firman Allah ta’ala berikut:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ قُلۡ سِيۡرُوۡا فِى الۡاَرۡضِ فَانْظُرُوۡا كَيۡفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلُؕ كَانَ اَكۡثَرُهُمۡ مُّشۡرِكِيۡنَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah). QS Ar Ruum : 41-42
Melansir Tafsir Kemenag RI, isi kandungan dari surat Ar-Rum ayat 41-42 antara lain:
1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala membiarkan sebagian manusia merasakan dampak buruk akibat perbuatannya sendiri.
2. Keserakahan manusia mengakibatkan kerusakan dan kesengsaraan kepada manusia itu sendiri. Misalnya banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, pencemaran air, dan bencana yang lain.
3. Manusia tidak merasakan seluruh akibat buruk dari kerusakan lingkungan karena Allah menyediakan sistem alam untuk memulihkan kerusakannya.
4. Mempelajari kejadian masa lampau itu penting agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari.
5. Bencana merupakan salah satu cara Allah untuk menuntun hamba-Nya kembali ke jalan yang benar.
Berikut ini disajikan rangkuman kisah hikmah penggugah iman yang diperoleh dari fakta di lokasi dan kisah para relawan yang berinteraksi dengan masyarakat di lokasi bencana.
1. Kisah Nurfida yang selamat karena berlindung di Masjid
Nurfida, seorang anak berusia 7 tahun berlari kencang ketika Gunung Semeru meluapkan awan panas. Fida menyelamatkan diri dari erupsi terekam oleh ponsel salah seorang warga dan videonya viral kemana-mana.
Seperti biasa, Fida pergi mengaji pada pukul 14.30 WIB. Namun, belum sempat dia membuka buku Iqra’ gemuruh terdengar dari luar. Guru mengajinya pun berteriak menyuruh Fida dan teman-temannya untuk pergi menyelamatkan diri.
Setelah berlari sekian jauhnya, Fida melihat sebuah masjid dan masuk ke dalamnya. Orang tua Fidapun mencarinya dengan cemas dan menduga Fida sudah tiada. Ibu dan ayahnya mencarinya terus menerus hingga akhirnya mereka bisa menemukannya di Masjid.
Selama enam jam Fida bertahan di dalam masjid sampai ia ditemukan sekitar pukul 21.00 WIB. Fida selamat dalam perlindungan Allah di salah satu rumah Allah. Haru sedih dan senang bercampur, rasa bersyukur yang tinggi kala mampu kembali berkumpul dalam suasana bencana. Fida kini mengungsi di Balai Desa Sumber Mujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang dalam kondisi sehat
2. Rumini yang meninggal dengan memeluk ibunya
Rumini dan ibunya ditemukan meninggal dunia dalam kondisi berpelukan pasca Gunung Semeru meletus. Sebenarnya, Rumini bisa menyelamatkan diri, tetapi lebih memilih dampingi sang ibu.
Rumini dan sang bunda merupakan warga Desa Curah Kobokan, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur ini jadi korban reruntuhan bangunan yang roboh.
Doa untuk Rumini dan ibunya, Salamah ramai diungkapkan warganet di media sosial. Bahkan kisah Rumini yang lebih memilih mendampingi ibundanya bikin warganet ikut merasa haru.
3. Ibu Gendong Bayinya Tertimbun Lahar Gunung Semeru
Salah satu komunitas Relawan menemukan jenazah seorang ibu yang sedang menggendong bayinya tertimbun lahar Gunung Semeru di Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (5/4/2021).
Selain ibu gendong bayi yang tertimbun lahar Gunung Semeru, Relawan mengatakan ada perkampungan warga yang tak terlihat lagi seperti pemukiman karena rata tertimbun lahar.
4. Pasutri yang mengira tidak selamat akhirnya kembali bertemu
Sepasang suami istri saling berpelukan haru setelah berpisah 24 jam dan mengira tidak akan bertemu satu sama lainnya. Tetapi takdir kembali mempertemukan pasangan suami istri tanpa saling berkabar sebelumnya.
Kisah mengharukan dari sepasang suami istri yang terpisah waktu melarikan diri dari rumah yang terdampak abu vulkanik suhu panas. Terpisah 24 jam tanpa komunikasi. Mengira satu sama lain tidak selamat dari bencana, tapi takdir akhirnya berhasil pertemukan kembali di pengungsian. Pasutri ini kembali bertemu saat berada di lokasi pengungsian korban erupsi di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang
5. Perjuangan Ibu Selamatkan Anak dari Erupsi
Seorang ibu rela wajahnya terkena abu vulkanik Gunung Semeru ketika mengendarai motor untuk menyelamatkan diri bersama anaknya. Sembari mengenakan jas hujan sambil mengendarai sepeda motor. Kondisi tubuh sang ibu sudah berubah menjadi abu-abu lantaran debu dari semburan gunung yang menempel.
Terlihat wajahnya yang hitam akibat abu vulkanik yang dimuntahkan Semeru, Sabtu (4/12/2021).
Perempuan itu berhenti di depan rumah warga setempat dan terdengar ia meminta bantuan berupa air bersih.
Abu vulkanik sendiri merupakan campuran batuan, mineral, dan partikel kaca yang keluar akibat letusan gunung berapi. Partikel ini umumnya memiliki tepi bergerigi sehingga dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, paru-paru, hingga masalah pernapasan.
6. Rumah Wagiman satu-satunya yang selamat dari lahar
Di kampung Renteng desa Sumberwuluh ada satu-satunya rumah yang tidak tertimbun lahar Erupsi Semeru. Padahal di sekitarnya banyak rumah dan kendaraan bermotor yang tertimbun. Bahkan di kampung tetangga ada yang lenyap tak berbekas lagi.
Pemilik rumah yang bernama Wagiman menjadi perhatian banyak orang. Mereka semakin heran ketika tahu burung yang di sangkar dan ikan yang di kolam ternyata juga selamat.
Wagiman yang dikenal sederhana dan tekun beribadah sempat ditanya oleh warga yang sengaja datang untuk membuktikan fakta ini.
“Amalan apa pak yang menyebabkan rumah ini aman dari Erupsi?”
Dengan tersenyum santai dia menjawab,
“banyak-banyak lah baca al Quran dan amalkan semua isinya”
Allah menurunkan kisah di setiap keadaan yang berbeda-beda. Melalui kisah, kita mendapat nasihat dan bimbingan tentang hikmah di balik peristiwa-peristiwa tertentu. Di balik bencana alam tersimpan hikmah yang perlu dijadikan pembelajaran. Termasuk dari adanya Musibah Bencana Erupsi Semeru ini.
لَقَدْ كَانَ فِى قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
”Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS Yusuf :111)
Peristiwa Gunung Semeru ini dan juga peristiwa-peristiwa alam lainnya memberikan kita hikmah dan pelajaran, bahwa musibah adalah penggugur dosa. Musibah mengingatkan kita bahwa manusia tidak punya kekuatan dan daya upaya selain kekuatan dari Allah.
Adanya musibah adalah kesempatan yang diberikan oleh Allah agar kita tanggap terhadap sesama untuk saling membantu dan mendoakan. Bahkan, musibah adalah kesempatan bagi siapa saja untuk memperbaiki imannya dan memperbaiki ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.