Kezaliman adalah Kegelapan yang Berlapis Pada Hari Kiamat

Kezaliman adalah Kegelapan yang Berlapis Pada Hari Kiamat

Jurnalislam.com – Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim, dan Tirmidzi dari Ibnu Umar, Rosulullah SAW bersabda:

اَلظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Kezaliman itu adalah kegelapan yang berlapis pada hari kiamat.”

Dan dalam hadis qudsi, Allah SWT berfirman:

يَا عِبَادِيْ إِنِّيْ حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِيْ وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا، فَلَا تَظَالَمُوْا

“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram terjadi diantara kalian, oleh karena itu janganlah kalian saling menzalimi.” (HR Muslim dan Tirmidzi dari Abu Dzar Al-Ghifari)

Banyak orang mengartikan kezaliman sebagai perbuatan melampaui batas terhadap orang lain dan memaksa mereka melakukan sesuatu yang tidak mereka kehendaki. Dengan pengertian ini mereka telah menyempitkan maknanya yang luas. Kezaliman artinya meletakkan sesuatu tidak secara proporsional baik dengan cara ditambah-tambahi atau dikurang-kurangi. Dengan pengertian yang luas ini, korban kezaliman bisa orang lain atau diri sendiri.

Kezaliman itu juga bisa terjadi secara fisik maupun non fisik. Seorang ayah yang tidak memperlakukan istrinya dengan baik, tidak berlaku adil di antara anak-anaknya, dan tidak memberikan nafkah kepada keluarganya disebut suami dan ayah yang zalim. Seorang ibu yang tidak mendidik anak-anaknya dengan ajaran Islam, tidak menjaga dan memelihara rumah suaminya dengan baik, dan tidak menunaikan kewajiban-kewajibannya disebut istri dan ibu yang zalim. Seorang yang mencaci maki, mengganggu, menyakiti, dan mengucapkan kata-kata keji kepada tetangganya juga disebut orang yang zalim. Bahkan, seseorang yang tidak menjalankan kewajiban-kewajibannya terhadap Allah SWT dan tidak menjauhi larangan-larangan-Nya pun disebut orang yang zalim. Intinya, kezaliman itu bermacam-macam dan tidak terbatas hanya kezaliman kepada orang lain saja, walaupun kezaliman dalam bentuk ini yang lebih jelas nilai kezalimannya di mata masyarakat secara umum.

Terkadang seseorang menzalimi dirinya sendiri seperti melakukan sesuatu yang dampak buruknya hanya mengenai dirinya sendiri, sebagaimana yang digambarkan dalam firman Allah SWT berikut:

وَإِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ سَرِّحُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ ۚ وَلَا تُمْسِكُوهُنَّ ضِرَارًا لِّتَعْتَدُوا ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ ۚ

“Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma’ruf (baik), atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma’ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu menzalimi mereka. Barangsiapa berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.” (QS Al-Baqoroh: 231)

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS Ali Imron: 135)

Zalim terhadap diri sendiri terwujud kadang-kadang dengan dosa-dosa besar dan kadang-kadang dengan dosa-dosa kecil. Kezaliman yang lebih dahsyat dari yang telah disebutkan di atas adalah syirik (mempersekutukan sesuatu dengan Allah), sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (sesuatu dengan Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar’.” (QS Luqman: 13)

Orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah tidak sekedar menzalimi dirinya sendiri, tapi dia telah menzalimi yang lain yaitu Tuhannya, anak keturunannya sendiri, sukunya, dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dengan perbuatan syiriknya tersebut dia telah menghalangi tumbuh suburnya nilai-nilai kebaikan yang dibawa oleh Islam. Akibatnya, dirinya dan orang-orang yang ada di sekitarnya terhalangi dari kebaikan di dunia dan di akhirat mereka semua digiring ke dalam neraka yang abadi, sebagaimana Allah SWT jelaskan dalam firman-Nya:

قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِكُم مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ فِي النَّارِ ۖ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَّعَنَتْ أُخْتَهَا ۖ حَتَّىٰ إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لِأُولَاهُمْ رَبَّنَا هَٰؤُلَاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِّنَ النَّارِ ۖ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَٰكِن لَّا تَعْلَمُونَ

“Allah berfirman, ‘Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu’. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu, ‘Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka’. Allah berfirman, ‘Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui’.” (QS Al-A’rof: 38)

Islam tidak menghendaki umatnya mengalami keterpurukan dalam hidupnya di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, Islam mewajibkan setiap orang untuk menjauhi kezaliman dan semua hal yang bisa mendorongnya pada kezaliman. Jika dia mendapati dirinya ada dalam sebuah pekerjaan yang menjadikan dia menzalimi dirinya sendiri atau orang lain maka hendaknya dia menjauhi pekerjaan tersebut. Jika dia berteman dengan seseorang yang selalu mengajak dan mendorongnya pada kezaliman maka wajib baginya untuk menjauhi temannya tersebut meskipun dia adalah orang yang paling dekat kekerabatannya. Wajib baginya untuk senantiasa mengevaluasi diri agar bersih dari kezaliman karena kezaliman adalah kegelapan yang berlapis pada hari kiamat.

Bagikan