Ketegangan Masjid Al Aqsha Masih Berlangsung, Ini Kata Erdogan

Ketegangan Masjid Al Aqsha Masih Berlangsung, Ini Kata Erdogan

ANKARA (Jurnalislam.com) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Kamis (201/7/2017) membahas meningkatnya ketegangan di Yerusalem dengan presiden Palestina dan Israel, menyusul pembatasan baru Israel atas masuknya muslim Palestina ke Masjid Al-Aqsha.

Erdogan menelepon Presiden Mahmoud Abbas Kamis pagi, menurut sumber dari kantor presiden Turki, dan menyatakan keprihatinan kepada mitranya dari Palestina itu, lansir Anadolu Agency.

“Setiap pembatasan terhadap umat Islam yang akan memasuki Masjid Al-Aqsha tidak dapat diterima,” kata Erdogan. “Perlindungan karakter dan kesucian Islam Al-Quds [Yerusalem] dan Al-Haram al-Sharif [Kompleks Masjid Al-Aqsa] penting bagi seluruh dunia Muslim.”

Pihak otoriter zionis menutup kompleks masjid Al-Aqsha dan melarang shalat Jumat untuk pertama kalinya dalam hampir lima dasawarsa, menyusul baku tembak pekan lalu yang menyebabkan tiga warga Palestina dan dua polisi Israel tewas di dekat lokasi suci di Yerusalem Timur.

Kantor berita Palestina WAFA mengatakan bahwa selama percakapan telepon tersebut, Abbas meminta Erdogan meminta AS untuk memberi tekanan pada Israel, sehingga membatalkan pembatasannya di Masjid Al-Aqsa.

Erdogan kemudian menelepon Presiden zionis Reuven Rivlin dan menyatakan kekecewaanya atas hilangnya nyawa selama insiden tersebut, menurut sumber presiden.

Dia lalu mendesak Rivlin bahwa umat Islam harus dapat memasuki Al-Aqsha tanpa batasan, dalam kerangka kebebasan menjalankan agama dan beribadah.

Rivlin mengklaim bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk tujuan keamanan kemudian meyakinkan Erdogan bahwa tidak akan ada perubahan status Haram al-Sharif dan bahwa kebebasan beragama umat Islam tidak akan dibatasi.

Pada hari Rabu, tentara penjajah zionis melukai sembilan warga muslim Palestina dan menangkap empat lainnya selama protes menentang penutupan Masjid Al Aqsha.

Protes dimulai pada hari Ahad setelah pimpinan Masjid meminta jamaah untuk memboikot detektor logam baru yang terpasang di pintu masuk Masjid.

Israel mempertahankan pemasangan detektor logam tersebut dipintu Masjid, dengan dalih bahwa mereka tidak berbeda dengan tindakan pengamanan di tempat-tempat lainnya di seluruh dunia.

Militer zionis yahudi menduduki Yerusalem Timur selama Perang Timur Tengah 1967. Mereka kemudian mencaplok kota tersebut pada tahun 1980, mengklaim seluruh Yerusalem sebagai ibukota “abadi” negara Yahudi – sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh dunia internasional.

Yerusalem adalah rumah bagi Masjid Al-Aqsha, yang bagi umat Islam merupakan tempat tersuci ketiga di dunia.

Bagikan