Keluarga Muslim yang Tangguh dan Merdeka di Era Pandemi Covid 19

Keluarga Muslim yang Tangguh dan Merdeka di Era Pandemi Covid 19

Oleh: Budi Eko Prasetiya, S.S, (Manager Griya Qur’an Al Hafizh Jember)

 

Mewujudkan keluarga muslim yang tangguh di tengah pandemi adalah keharusan dan kesungguhan. Tangguh di sini adalah bagaimana membuat keluarga menjadi mandiri secara lahiriyah dan batiniyah. Indikator penting dalam kemandirian tersebut tidak hanya terbatas dalam menyadari pentingnya hidup bersih dan sehat. Namun juga memahami tentang visi sebagai keluarga muslim, bahagia di dunia hingga ke akhirat.

 

Pandemi covid-19, memang bukanlah situasi yang mudah dihadapi. Menurut Survei Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada bulan April 2020, hanya 32% orang tua yang mendampingi anaknya belajar di rumah. Mirisnya, di masa Pandemi Covid-19, kasus kekerasan pada perempuan dan anak di Provinsi Jawa Timur yang terlaporkan di aplikasi SIMFONI sebesar 613 kasus dan 60% tempat kejadiannya ada di lingkungan keluarga.

 

Keluarga muslim diharapkan bisa saling menguatkan dan harmonis dalam menghadapi berbagai krisis yang ditimbulkan akibat pandemi Covid 19. Keyakinan yang kuat terhadap takdir Allah membuat manusia ridha dengan sunnatullah. Covid-19 adalah bagian dari sunnatullah.

 

Selain tangguh, Keluarga muslim harus memiliki semangat merdeka. Merdeka disini bukan bermakna bebas tanpa ikatan norma dan aturan. Namun, bermakna terjaga dalam mewujudkan visi keluarga muslim. Keluarga yang selalu menjaga kedekatan diri kepada Allah.

 

Mengutip dari ustadz Budi Ashari dalam Buku Inspirasi Rumah Cahaya, seharusnya visi keluarga muslim seharusnya mencakup beberapa indikator yakni menyejukkan pandangan mata, pemimpin bagi masyarakat bertakwa, terjaga dari api neraka, dan bersama hingga ke syurga.

 

Mari kita lihat bagaimana Al-Qur’an mengajarkan kita membangun visi ini:

“dan orang-orang yang berkata: ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa (QS. Al Furqon: 74)”

 

Inilah proses yang harus diperjuangkan dengan tangguh dan dijaga oleh setiap keluarga muslim. Lahirnya generasi yang akan menjadi pemimpin adalah merupakan proses panjang yang dilahirkan dari rahim setiap keluarga muslim. Keluarga adalah tempat yang pertama dan utama untuk lahirnya para pemimpin istimewa yang adil. Mereka yang telah mampu menyejukkan pandangan mata di rumahnya, maka diharapkan kelak saat amanah besar itu datang, akan menjadi pemimpin yang istimewa.

 

Keluarga penghasil Qurrota ayun (menyejukkan pandangan mata) dan pemimpin bagi masyarakat bertaqwa adalah keluarga yang bercahaya terang. Cahaya yang mampu menerangi setiap sudut hati penghuninya dan setiap jengkal aktifitasnya. Cahaya tersebut ada di masjid. Dari masjidlah hendaknya setiap keluarga mengambil kemilau cahaya itu agar bisa dibawa pulang. Jika jauh dari masjid, tentu jauh dari sumber cahaya.  Masjidlah tempat yang menjadi sumber cahaya itu. Tempat berkumpulnya orang-orang yang beriman untuk bertasbih memuji Allah dan mengagungkan namanya, baik di waktu pagi mau pun petang.

 

Beginilah harusnya keluarga yang tangguh dan merdeka itu tetap dalam eksistensinya. Keluarga yang konsep hidupnya bersumber dari kebenaran absolut di bawah bimbingan wahyu. Sebuah konsep keluarga yang diusung oleh orang mulia yang terbukti telah menghasilkan pemimpin bumi, pilar peradaban yang membawa cahaya, dikagumi lawan maupun kawan.

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.