GAZA (jurnalislam.com)– Menteri Pertahanan Israel pada Rabu (20/8/2025) menyetujui rencana militer untuk penaklukan Kota Gaza, termasuk pemanggilan sekitar 60.000 pasukan cadangan. Langkah ini diambil di tengah tekanan internasional agar Israel menyetujui gencatan senjata dengan Hamas.
Pejuang Palestina menanggapi keputusan tersebut dengan menyebut Israel telah menunjukkan “pengabaian terang-terangan” terhadap upaya mediasi, termasuk kesepakatan pembebasan tawanan. Mereka menuding Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menjadi “penghalang nyata” yang menghambat tercapainya perjanjian.
Seorang juru bicara militer Israel membenarkan persetujuan rencana itu. Pemerintah, kata dia, tetap bersikeras bahwa Hamas harus membebaskan seluruh tawanan Israel dalam kesepakatan apa pun.
𝗣𝗿𝗼𝗽𝗼𝘀𝗮𝗹 𝗚𝗲𝗻𝗰𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗦𝗲𝗻𝗷𝗮𝘁𝗮
Kerangka gencatan senjata yang disetujui Hamas mengacu pada proposal utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff. Usulan itu mencakup gencatan senjata awal 60 hari, pembebasan tawanan Israel secara bertahap, pelepasan sejumlah tahanan Palestina, serta akses masuk bantuan ke Gaza.
Sumber dari Hamas dan Jihad Islam menyebutkan, tahap awal akan mencakup pembebasan 10 tawanan dan 18 jenazah dari Gaza. Sisanya akan dibebaskan dalam pertukaran berikutnya selama periode 60 hari, sementara negosiasi untuk gencatan senjata permanen berlangsung.
Qatar, salah satu mediator, mengatakan proposal terbaru “hampir identik” dengan kesepakatan yang sebelumnya pernah disetujui Israel. Namun hingga kini Netanyahu belum memberikan tanggapan resmi, meski ia sempat menyatakan hanya menerima kesepakatan jika seluruh tawanan dibebaskan sekaligus sesuai syarat Israel.
𝗦𝗶𝘁𝘂𝗮𝘀𝗶 𝗱𝗶 𝗟𝗮𝗽𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻
Di Kota Gaza, kondisi semakin memburuk. Mustafa Qazzaat, kepala komite darurat setempat, menyebut situasi sebagai “bencana” dengan gelombang pengungsian massal, terutama dari kawasan timur.
Seorang warga, Anis Daloul (64), mengatakan sebagian besar bangunan di kawasan Zeitoun hancur akibat gempuran militer Israel. “Ribuan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka,” ujarnya.
Menurut pejabat medis, serangan udara dan tembakan Israel pada Rabu (20/8) menewaskan sedikitnya 76 orang di seluruh Jalur Gaza. Militer Israel mengatakan masih menyelidiki laporan delapan warga sipil tewas di dekat lokasi distribusi bantuan di Gaza tengah.
AFP mencatat, pembatasan media dan sulitnya akses ke wilayah Gaza membuat verifikasi independen atas jumlah korban tidak memungkinkan.
𝗧𝗲𝗸𝗮𝗻𝗮𝗻 𝗜𝗻𝘁𝗲𝗿𝗻𝗮𝘀𝗶𝗼𝗻𝗮𝗹
Persetujuan rencana penaklukan Kota Gaza menuai kritik dari sejumlah pihak. Pemerintah Jerman menegaskan penolakannya terhadap eskalasi baru Israel, sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan operasi itu hanya akan membawa “bencana total bagi kedua bangsa” dan berisiko menyeret kawasan ke dalam “perang permanen”.
Kabinet keamanan Israel sendiri telah lebih dulu menyetujui operasi militer di Gaza pada awal Agustus, yang menurut laporan akan memicu pengungsian besar-besaran dan memperburuk krisis kemanusiaan.
Selain Gaza, Israel pada Rabu juga menyetujui proyek permukiman baru di Tepi Barat, langkah yang dikecam keras Otoritas Palestina karena dianggap semakin mengikis prospek berdirinya negara Palestina. (Bahry)
Sumber: TNA