GAZA (jurnalislam.com)- Israel menghadapi tekanan internasional yang semakin besar untuk mengakhiri blokade total di Jalur Gaza. Sejak 2 Maret 2025, truk-truk yang membawa bantuan kemanusiaan, termasuk makanan dan obat-obatan, dilarang masuk ke wilayah tersebut, memperparah krisis kemanusiaan yang sudah berlangsung selama berbulan-bulan.
Laporan terbaru dari Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang didukung PBB menyebutkan bahwa lebih dari 93 persen anak-anak di Gaza — sekitar 930.000 anak — kini berada di ambang kelaparan. Situasi ini dinilai sebagai salah satu krisis kelaparan terburuk di dunia saat ini.
Pada Rabu (21/5/2025), militer Israel mengumumkan bahwa mereka telah mengizinkan masuknya 100 truk bantuan yang membawa tepung, makanan bayi, dan peralatan medis melalui perbatasan Kerem Shalom (dikenal juga sebagai Karem Abu Salem). Namun, pejabat PBB menyatakan bahwa masalah distribusi di lapangan membuat bantuan tersebut belum dapat menjangkau masyarakat yang membutuhkan secara langsung.
“Persediaan terbatas yang akhirnya diizinkan masuk ke Gaza tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan besar di wilayah itu. Jauh lebih banyak bantuan yang perlu masuk,” tegas Stephane Dujarric, juru bicara Sekjen PBB.
Kelompok bantuan internasional juga mengkritik langkah Israel, menyebutnya sebagai “kedok” untuk menutupi pengepungan yang masih berlangsung.
“Keputusan otoritas Israel untuk mengizinkan bantuan dalam jumlah sangat minim ini hanyalah upaya menghindari tuduhan membuat warga Gaza kelaparan, padahal kenyataannya mereka dipaksa bertahan hidup dalam kondisi yang nyaris mustahil,” ujar Pascale Coissard, Koordinator Darurat Doctors Without Borders di Khan Younis.
Meskipun ada sedikit pelonggaran, tekanan dari komunitas internasional terus meningkat agar Israel segera membuka jalur bantuan kemanusiaan secara penuh dan menghentikan blokade yang menyiksa lebih dari dua juta warga Gaza. (Bahry)
Sumber: Al Jazeera