Eksekusi 18 Tahanan dengan Cara IS, Jenderal Pemberontak Libya Dituntut PBB dan HRW

Eksekusi 18 Tahanan dengan Cara IS, Jenderal Pemberontak Libya Dituntut PBB dan HRW

LIBYA (Jurnalislam.com) – Jenderal pemberontak Libya Khalifah Haftar menghadapi tekanan untuk menyerahkan komandan lapangan pasukan khusus setelah muncul serangkaian video yang menunjukkan anak buahnya mengeksekusi puluhan tahanan kelompok Islamic State (IS) dengan cara kelompok tersebut .

PBB pekan lalu meminta Haftar, yang didukung oleh Mesir dan UEA, untuk menyerahkan Mahmoud al-Warfalli, beberapa hari sebelum video anak buahnya yang mengeksekusi 18 anggota IS muncul di media sosial, lansir Middle East Eye, Senin (24/7/2017).

Dalam video tersebut pasukan Tentara Nasional Libya (Libyan National Army -LNA) milik Haftar tampak menembak dari jarak dekat 18 tahanan yang terikat dan berlutut di kepala, sebelum mereka tersungkur ke tanah. Namun, video tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen oleh MEE. Peringatan dalam rekaman video itu adalah sebagai berikut:

Video tersebut merupakan yang terbaru dari sejumlah insiden yang terkait dengan Warfalli, yang secara resmi merupakan komandan lapangan pasukan khusus Haftar LNA, yang mengatakan bahwa pihaknya memerangi Islamic State dan kelompok lain yang dianggapnya sebagai “teroris”, sambil juga menentang pemerintah persatuan yang didukung PBB berkuasa di Tripoli.

Human Rights Watch (HRW) menyerukan penyelidikan pada tanggal 22 Maret, dan memanggil Warfalli menyusul tuduhan kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan LNA dalam pertempuran terakhir memperebutkan Ganfouda, setelah lama mengepung kota tersebut.

“Pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) kemungkinan telah melakukan kejahatan perang, termasuk membunuhi dan memukuli warga sipil, dan dengan sewenang-wenang mengeksekusi dan menyiksa kelompok pejuang oposisi di kota Benghazi di timur pada dan sekitar tanggal 18 Maret 2017,” kata HRW dalam sebuah laporan pemanggilan Warfalli sebagai penembak di video lain.

Warfalli menjadi terkenal karena video yang menunjukkan eksekusi dan penyiksaan terhadap tahanan.

Video yang beredar luas di media sosial pada bulan Maret tersebut diduga menunjukkan bahwa Warfalli mengeksekusi tiga orang dengan menembak mereka “di belakang kepala dengan senapan mesin saat mereka berlutut menghadap dinding dengan tangan terikat di belakang punggung mereka”, Human Rights Watch melaporkan.

Juru bicara Pasukan Khusus LNA mengeluarkan sebuah pernyataan pada tanggal 21 Maret untuk membela tindakan Warfalli karena terjadi “di dalam medan perang”.

Human Rights Watch mengatakan bahwa dengan mengeluarkan pernyataan yang membenarkan tindakan barbar ini, pimpinan LNA mengimplikasikan diri mereka dalam “apa yang tampaknya merupakan kejahatan perang”.

“Jurnalis setempat mengatakan kepada Human Rights Watch bahwa eksekusi tersebut terjadi di Benghazi selama pertempuran terakhir memperebutkan Ganfouda pada atau sekitar tanggal 18 Maret 2017,” kata laporan tersebut.

Haftar dijadwalkan untuk bertemu dengan kepala Pemerintah Accord Nasional (Government of National Accord) yang didukung oleh PBB pada hari ini Selasa (25/7/2017) di Prancis untuk pertama kalinya setelah lebih dari setahun.

Video terbaru ini muncul pada hari Ahad (23/7/2017) setelah gelombang bentrokan terbaru di kota terbesar kedua di Benghazi di negara itu, antara pasukan Haftar dan kelompok-kelompok saingannya.

Dua pekan yang lalu Haftar menyatakan “pembebasan” Benghazi dalam pidato di televisi setelah tiga tahun pertempuran, namun pertempuran berlanjut saat pasukannya menghadapi perlawanan di kota tersebut.

LNA juga melakukan serangan udara di kota Derna, yang mereka kepung.

Hamza al-Dernawy menjelaskan kepada Middle East Eye bahwa sebuah kota diisolasi oleh pasukan yang setia kepada Haftar, dengan toko-toko cepat kehabisan makanan dan obat-obatan.

“Derna dikepung oleh milisi Haftar,” kata Dernawy. “Siapa pun yang berusaha pergi akan diculik atau disiksa oleh tentara.”

“Ada kerusakan material besar pada infrastruktur, rumah, dan sekolah. Seorang wanita mengalami keguguran karena serangan tersebut, tapi untungnya tidak ada warga sipil yang terbunuh.”

Banyak pengguna media sosial menarik perbandingan antara taktik yang ditunjukkan di video, dan video lainnya yang menunjukkan eksekusi IS.

Rekaman telepon yang bocor sebelumnya juga berisi bahwa Haftar mengizinkan pasukan IS melarikan diri dari timur Libya dan mencapai Sirte yang masih menjadi benteng bagi mereka di negara tersebut selama berbulan-bulan.

Bagikan