Dikecam Dunia, China Justru Dukung Kuat Isolasi 1 Juta Muslim Xinjiang

Dikecam Dunia, China Justru Dukung Kuat Isolasi 1 Juta Muslim Xinjiang

CHINA (Jurnalislam.com) – China mengeluarkan pembelaan kuat terhadap pengisolasian massal pada minoritas Muslim di wilayah Xinjiang barat jauh, dengan pejabat bersikeras pemerintah setempat beralasan mencegah “terorisme” melalui pusat-pusat “pendidikan kejuruan”.

Sohrat Zakir, gubernur Xinjiang, berdalih bahwa Beijing menyelamatkan Uighur dan Kazak Muslim dari godaan kekerasan agama dengan mengajarkan mereka keterampilan kerja dan pelatihan berbicara bahasa Mandarin, menurut laporan oleh kantor berita resmi Xinhua pada hari Selasa (16/10/2018).

Wawancara media negara terjadi di tengah kecaman global atas laporan penahanan massal dan pengawasan ketat terhadap etnis Uighur dan minoritas Muslim Turki.

Baca juga: Ribuan Muslim Uighur Disekap di Tempat Penahanan Rahasia China

Hingga satu juta orang diyakini ditahan di kamp isolasi untuk dicuci otaknya, menurut perkiraan yang dikutip oleh panel Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Setelah awalnya mengeluarkan penolakan, para pejabat China dalam beberapa pekan terakhir mengatakan mereka tidak melakukan penahanan sewenang-wenang ataupun menyelenggarakan pendidikan ulang politik di seluruh jaringan kamp rahasia, tetapi hanya beberapa warga yang bersalah atas pelanggaran kecil yang dikirim ke pusat-pusat kejuruan untuk menyediakan kesempatan kerja.

Langkah-langkah itu membantu mencegah serangan di Xinjiang selama 21 bulan terakhir, kata Zakir dalam wawancara dengan Xinhua.

Dia tidak mengatakan berapa banyak orang yang ditahan di pusat-pusat itu.

Para trainee menandatangani “perjanjian pendidikan” untuk menerima “pelatihan terkonsentrasi” dan menjalani “live-in study“, kata Zakir.

Muslim Uighur di camp isolasi
Muslim Uighur di camp isolasi

Mereka menerima pelajaran bahasa China dan diceramahi tentang Konstitusi dan undang-undang, katanya. Pelatihan keterampilan termasuk pengolahan makanan, perakitan produk elektronik, tata rambut, pembuatan pakaian dan e-commerce.

“Melalui pelatihan kerja, sebagian besar peserta pelatihan telah mampu merefleksikan kesalahan mereka dan melihat dengan jelas esensi dan bahaya terorisme dan ekstremisme agama,” kata Zakir seperti dikutip.

“Mereka juga bisa lebih baik membedakan yang benar dari yang salah dan menahan infiltrasi pemikiran ekstremis,” katanya.

Baca juga: Pemerintah China Paksa Muslim Uighur Mengutuk Islam

Beberapa rincian keterangan dalam penggambaran Zakir tentang pusat-pusat itu justru bertentangan dengan laporan dari mantan tahanan, yang mengatakan bahwa kondisi di kamp-kamp itu buruk, dengan narapidana banyak yang mengalami pelecehan psikologis dan fisik.

Mereka mengatakan tahanan tidak menerima pelatihan kejuruan, mereka justru dipaksa untuk menolak ajaran agamanya (Islam).

Omir Bekali, seorang warga negara kelahiran Xinjiang, mengatakan kepada kantor berita Associated Press, ia dikurung di sebuah sel dengan 40 orang di dalam fasilitas yang dijaga ketat.

Sebelum makan, katanya, mereka disuruh melantunkan “Terima kasih Partai! Terima kasih Ibu Pertiwi!”

Selama kelas wajib harian, mereka diberitahu bahwa kelompok mereka berjalan mundur sebelum “dibebaskan” oleh partai pada tahun 1950-an.

Beberapa mengatakan mereka dipenjara karena memakai jenggot panjang dan kerudung wajah (jilbab) atau berbagi ucapan hari raya Islam di media sosial, sebuah proses yang menggemakan dekade reformasi pemikiran brutal di bawah Mao Zedong.

Patrick Poon, peneliti China Amnesty International, mengatakan klaim Zakir “terbantahkan di hadapan semua bukti yang ada dan merupakan penghinaan bagi mereka yang menderita di kamp dan keluarga mereka yang hilang”.

Dia menambahkan: “Tidak ada satu alasan pun yang dapat menyembunyikan fakta bahwa pihak berwenang China melakukan penindasan sistematis terhadap kaum Muslim.”

Laporan Xinhua muncul ketika Cina menggenjot upaya propaganda untuk mempertahankan langkah-langkahnya di Xinjiang, termasuk merangkul media asing dan menjalankan opini di luar negeri saat berusaha untuk memutar pesan yang lebih positif.

Baca juga: China Tolak Vonis Sanksi AS atas Diskriminasi Muslim Uighur

Pada Selasa malam, media negara China Central Television menayangkan program acara selama 20 menit yang konon memperlihatkan rekaman di dalam fasilitas pelatihan kejuruan di kota oasis selatan Hotan.

Dengan pakaian seperti seragam sekolah yang terang, puluhan siswa terlihat sedang di meja mempelajari bahasa Cina dan hukum-hukum mereka.

Dalam adegan lain, siswa ditampilkan di berbagai bengkel dan pabrik di depan mesin jahit, bekerja dengan kayu, menenun karpet atau membuat roti.

“Jika saya tidak belajar di sini, saya tidak dapat membayangkan kehidupan saya. Saya mungkin terus mengikuti para ekstremis religius itu menuju jalur kejahatan,” seorang mahasiswi muda mengatakan pada program itu.

Kepala hak asasi manusia PBB yang baru, Michelle Bachelet, mengatakan bulan lalu bahwa pengawas harus diizinkan masuk ke wilayah itu, dan Kongres AS telah menyuarakan seruan-seruan untuk menjatuhkan sanksi terhadap beberapa pejabat China.

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses