Di Tengah Hujan Deras, Aktivis Solo Bacakan Puisi ‘Uyghur Digusur Habis’

Di Tengah Hujan Deras, Aktivis Solo Bacakan Puisi ‘Uyghur Digusur Habis’

SOLO (Jurnalislam.com) – Ada beragam cara umat Islam untuk memberikan dukungan terhadap muslim Uighur di Xinjiang yang diduga mengalami penindasan oleh pemerintah Cina.

Seperti yang dilakukan oleh aktivis Islam asal Klaten Muhammad Firdaus pada aksi solidaritas untuk muslim Uighur di Bundaran Gladak, Solo pada Jum’at, (20/12/2019).

Dihadapan ribuan umat Islam yang mengikuti aksi, ia membacakan puisi berjudul ‘Uighur Digusur Habis’ dari atas mobil komando dan dibawah derasnya hujan saat itu.

Dan berikut isi puisi ‘Uighur Digusur Habis’ oleh Muhammad Firdaus selengkapnya :

 

UYGHUR  DIGUSUR  HABIS

GORENGAN ( Goresan tangan ) Muhammad Firdaus
Kami bersatu dan berkata bukan untuk berbuat anarkis.
Kami bersuara atas penyiksaan saudara kami secara sporadis.
Setidaknya kami menuntut keadilan karena Islam adalah agama humanis.

Silahkan saja jika para mulut comberan bilang ini bersifat politis…
Bukankah sesama Muslim itu bersaudara yang harus saling harmonis…?
Maka tidaklah pantas ketika mereka di sana sedang susah & menangis.
Sementara negara yang mayoritas Muslim justru malah pringas-pringis.

Serta sangatlah terlalu jika sampai bersikap nyinyir apatis dan sinis.
Muslim Uyghur terus digusur ditindas dikikis dengan sadis.
Para pria disiksa & para wanitanya diperkosa bernasib tragis.

Hanya karena mereka Muslim dan mayoritas secara historis.
Hanya karena mereka bergamis lantas diberangus oleh kaum atheis.

Jangankan aktivis, jadi Muslim saja sudah dilukai tanpa obat rawat medis.
Maka tak sepatutnya kepada komunis kita bermesra apalagi romantis.
Sok bermanis tampil klimis karena hutang ke China jumlahnya fantastis.
Harusnya kita berbaris berlapis agar kudis komunis bisa kita tangkis.

Wahai kalian para penguasa negeri ini yang katanya demokratis.
Seharusnya lebih bisa kritis dalam mengambil sikap taktis dan praktis.
Gunakan jalur birokratis, usir Dubes China itu baru diplomatis strategis.
Jangan hanya cengingas-cengingis bangun citra ala artis selebritis.

Bukankah seharusnya arti nasionalis itu bersifat rasionalis.
Tidak hanya sebuah dogma retorika idealis dan teori pragmatis.
Kemerdekaan bernegara dan beragama sudah tegas jelas tergaris.
Maka sangat tidak sopan jika bersikap netral statis egois tak menggubris.

Apa nasionalisme sudah berubah metamorfosis jadi liberal borjuis…?
Yang penting menang tak peduli lainnya hidup kembang kempis ironis.
Apa karena tersandera hutang kronis hingga kau hanya mendesis pesimis?
Terjebak janji manis mimpi gratis racun ekonominya sosialis komunis.

Harusnya negeri kaya secara agraris tak pantas untuk ngemis-ngemis.
Karena jeratan hutang berubah jadi narsis nylekutis hilang optimis.
Tak bisa tegas imbas-imbis padahal jelas fakta Uyghur adalah pembersihan etnis.
Dengan harapan hidup yang tipis, masih pula dituduh teroris dicap separatis.

Sungguh pada dasarnya tak ada beda antara komunis dan fasis.
Keduanya persis sama-sama sistem setan penebar petaka miris.
Pantang untuk diwaris apalagi dilayani dan diservis layaknya turis.
Yang membelanya akan Alloh tulis sebagai bolone setan hizbusyaithonis.

Yaa Alloh Yaa Robb kami berkumpul dalam kondisi hati yang teriris.
Mohon kabulkan doa kami baik yang bersendiri dan yang bermajelis.
Mampukan kami untuk membela mereka dari kejamnya kaum rasis.
Kami yakin matinya para musuh Islam adalah kematian hina yang histeris

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.