Dewan Dakwah Rawat Indonesia dengan Dakwah

Dewan Dakwah Rawat Indonesia dengan Dakwah

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Ketua Bidang Dakwah Dewan Da’wah Ustaz Misbahul Anam menyatakan yang melatarbelakangi berdirinya Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia pada 26 Februari 1967 adalah soal keterasingan, ketertinggalan, keterpencilan, kemiskinan, dan kebodohan warga perbatasan yang rawan keselamatan aqidahnya membahayakan keutuhan NKRI.

“Di antara fungsi Dewan Da’wah yaitu mengawal Aqidah dan mendukung keutuhan NKRI. Karena itu, sejak awal Dewan Da’wah didirikan, Pak Natsir Allahu Yarham konsentrasi untuk mengirim da’i ke pedalaman,” ungkapnya dalam ‘Public Expose Program Dakwah Nasional 1439 H’ oleh Dewan Da’wah Pusat dan LAZNAS Dewan Da’wah di Gedung Menara Dakwah, Jl. Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (26/05/2018).

Misbah menjelaskan Program penempatan da’i pedalaman semakin berkembang dengan didirikannya lembaga pendidikan kader da‘i yang meliputi jenjang D-2 (diploma 2 tahun) yang diselenggarakan Akademi Dakwah Indonesia (ADI).

Hingga 2018, sudah berdiri ADI antara lain di Aceh, Sambas Kalbar, Batam Kepri, Metro Lampung, Bandung Jabar, Sukabumi Jabar, Serang Banten, Bukittinggi Sumbar, dan Kupang NTT.

“Sekitar 1.200 jejaring da’i Dewan Da’wah sudah dikirim sejak era Pak Natsir mengelola ADI. Mereka juga akan melakukan perekrutan untuk memperkuat jaringan di bawahnya. Melalui ADI, kami berharap terbentuk regenerasi dai lokal yang dapat menyesuaikan kultur daerahnya,” pungkasnya.

Selain itu, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir, Ustaz Dwi Budiman memaparkan, para da’i terpilih dari berbagai daerah setelah menempuh D-2, mereka dapat mengikuti jenjang S-1 (strata 1 selama 4 tahun) yang diselenggarakan STID Moh Natsir di Tambun, Bekasi, Jawa Barat.

“Ada dua hal yang kami pastikan pada diri da’i. Yaitu komitmen dakwah dan akhlaq sebagai seorang da’i. Sehingga, komitmen dakwahnya benar-benar kami pastikan ketika perekrutan,” kata Dwi.

Guna memantapkan ilmu dan pengalaman dai sebelum diterjunkan ke pedalaman selama 2 tahun wajib, lebih dari seratus da’i mendampingi masyarakat guna memakmurkan Ramadhan di pedalaman Aceh hingga NTT.

“Selama Ramadhan, kuliah diliburkan. Karena Ramadhan momentum yang sangat baik untuk mereka berdakwah. Sekalipun ini latihan, tapi seperti pilot membawa pesawat. Jadi harus benar-benar serius,” tukasnya.

Reporter: Gio

Bagikan