MADINAH(Jurnalislam.com) –Pemerintah Arab Saudi menetapkan awal Ramadhan 1443 H jatuh pada 2 April 2022. Keputusan ini diambil melalui Hasil Rukyah yang menggunakan metode dan praktek penetapannya sama dengan di Indonesia.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, KH Asrorun Niam Sholeh, menceritakan pengalamannya saat berada di Madinah, Arab Saudi, untuk beribadah, termasuk melaksanakan ibadah di bulan Suci Ramadhan.
Kiai Asrorun Niam melihat pelaksanaan ibadah sholat berjamaah sudah kembali normal dengan kondisi shaf dirapatkan, daya tampung maksimal, meskipun masih adanya himbuan untuk memakai masker bagi seluruh jamaah. Selain itu, ia juga melihat bahwa seluruh umat Islam di Arab Saudi mengikuti awal Ramadhan berdasarkan keputusan pemerintah.
Kiai Asrorun Niam juga menyusuri tempat-tempat yang mustajab seperti Raudhah. Saat berada di sana, ia melihat suasana yang begitu ramai bahkan ‘membludak’ sehingga diberlakukan model pendaftaran melalui aplikasi, serta dilakukannya antrian untuk menjaga ketertiban.
Saat hendak buka puasa di Masjid Nabawi, ia melihat para takmir dan para muhsinin menyediakan menu buka puasa untuk para jamaah melaksanakan buka puasa bersama.
Kiai Asrorun Niam yang ikut dalam buka bersama ini merasa takjub dengan suasana jamaah yang begitu tertib mengikuti himbauan pemerintah Arab Saudi untuk tidak ngobrol saat buka bersama di Masjid Nabawi.
Setelah selesai buka bersama dengan para jamaah di Masjid Nabawi. Kiai Asrorun Niam yang kembali datang ke masjid untuk melaksanakan sholat Isya dan tarawih berjamah merasa kaget dengan kondisi Masjid Nabawi yang penuh secara maksimal, padahal masjid ini memiliki daya tampung mencapai satu juta jamaah.
Kiai Asrorun Niam yang datang sebelum Isya ini menjadi salah satu jamah yang terhalang untuk masuk ke dalam Masjid Nabawi.
Tapi ia melihat para petugas begitu sigap mengarahkan jamaah ke lantai atap atau rooftop dan di halaman masjid. Akhirnya, setelah diarahkan oleh petugas, kiai Asrorun Niam dapat melaksanakan Sholat Isya dan Sholat Tarawih berjamaah di halaman Masjid Nabawi.
Sholat tarawih di sana dilaksanakan dengan 11 rakaat dan saat sholat witir membaca doa Qunut.
Saat Adzan, sholat berjamah, termasuk shalat tarawih di Masjid Nabawi, menggunakan pengeras suara masjid luar dengan jangkauan yang sangat luas. Sehingga, semakin terasa syiar agama.
Kiai Asrorun Niam menjelaskan, kondisi tersebut justru membuat masyarakat sekitar menyesuaikan, bukan malah meminta untuk dikecilkan.
Bahkan, para pedagang dan para pelaku usaha di sekitar masjid Nabawi sampai rela menutup sementara tokonya dan menghentikan aktifitas usahanya.
Ia juga melihat tidak ada restoran yang ‘ngotot’ minta buka dengan alasan ada orang yang tidak berpuasa. Mereka merasa tidak terganggu dengan aktifitas di bulan Ramadhan. Bahkan, malah menikmati suasana Ramadhan yang syahdu. (mui)